Don’t angry be happy, hehehehe..
HAI-HAI...
PrenkzZz.. masih ingat tho dengan saia? Si author bla-bla-blanya FFN? Yang fanatik banget dengan pairing NaruHina?. Hehehhe... kali ini, saia tidak akan membahas mengenai masalah pairing tersebut, ataupun malah curhat gaje tentang perut saia yang lapar*?*. tapi yang kali ini akan saia tulis adalah..
Ngomongin flame/flamer yang memang gak pernah ada habisnya.
Mengenai kisruh FFn akhir-akhir ini.
But, pertama-tama saia bakalan mohon maaf dulu, bila nanti ketika kamu-kamu semua baca nih tulisan gaje bakalan merasa bahwa kata-kata dalam tulisan gaje ini rasanya seperti cabe rawit alias pedas abis. Lagipula, saia menulis kayak begini untuk membuat perasaan saia lega, dari pada saia simpan dalam hati dan malah jadi penyakit hati? Gimana? Gomenasai before it (lha, apa coba?)
Yo! Check it out, baby!
-
MENGGUNAKAN dalil atas nama persaudaraan dan kepedulian sesama author, ada beberapa orang yang membuat fict-fict yang kurang lebih berisi fight back terhadap flamer. Memang, semua orang sudah tahu bahwa flame itu adalah kata-kata/pendapat/ kritikan pedas yang diberikan seseorang kepada kita—author. Saia mungkin tidak bisa bependapat banyak mengenai perasaan kita ketika mendapatkan flame, orang saia belum pernah (alhamdulillah) mendapatkan flame. Tapi, setidaknya saia bisa merasakan sedikit kepedihan dari teman-teman yang mungkin pernah di flame. Yang pasti kita bakalan merasa sakit hati dan sedih.. (gak tahu ya buat yang pernah mendapat flame langsung. Hehehe...).
Lantas, bagaimana kita bersikap menanggapi flame (ini menurut saia ya..)
* kalau seandainya flame tersebut benar-benar membangun, tidak menghujat dan memaki, tidak bernada menjatuhkan, mungkin kita dapat sedikit bersyukur akan hal ini. Karena itu membuktikan bahwa ada orang yang mau memperingati dan menunjukkan kesalahan kita. Mengatakan bahwa kita salah dalam tata bahasa (alias miss typo nyebar dimana-mana, dan saia sadar dalam fict saia masih banyak hal-hal yang demikian. Hiks..), alur cerita yang gaje, pengembangan character (mary sue dan bashing yang gak ketulungan), ‘pernak-pernik fanfict’, de elel. Kita harus ehmm.. sedikit ‘bersyukur’ ada yang memberitahu kita akan hal itu. meskipun caranya sedikit ekstrem.
* bila kita mendapat flame yang asli menghujat dan mencaci maki kita, bernada kasar bin nyolot wal alay bin nyakitin hati, seharusnya kita gak usah peduli dengan hal itu. coz, kenapa kita mau sibuk ngurusin orang yang kurang kerjaan? yang pembendaharaan katanya hanya kata p@#!#$r, F%^k, dan sederet kata-kata yang musti disensor lainnya. Menanggapi hal-hal seperti itukan hanya akan membuang-buang tenaga dan pikiran kita. Toh seharusnya kita asyik mikirin lanjutan cerita, malah jadi mikirin flame. Oh, no...Mungkin, kalau kita di flame ala junk begitu, mending kita lihat balik fict buatan kita. Kalau fict kita memang hancur dan bikin sakit mata (introspeksi diri buat yang biasanya dengan sengaja melakukan kesalahan), kita harus berusaha untuk membuat karya yang lebih baik lagi, supaya flame itu ndak datang lagi. Namun, kalau karya kita emang bisa dibilang COOL bin TOP, kenapa kita mesti pusing dengan flame-flame itu? flamer-flamer itu paling sirik kali sama kamu-kamu yang punya fanfict yang KEREN ABIS!
Lalu, berlanjut dari adanya junk flamer. Berbondong-bondong (atau beberapa?) author yang terbakar esmosi... eh, emosi karena fanfictnya di-flame atau fanfict teman/ author lain di-flame, maka diapun (author) membuat fanfict ‘Fight Back’ untuk si flamer tersebut. Fanfict yang dikhususkan kepada junkflamer. ASTRADA... tahu gak sih? Bahwa mereka-mereka (junkflamer) itu Cuma pengen eksis, dan kamu-kamu malah melancarkan keinginan mereka dengan membuat ‘Fanfict Fight Back’ khusus untuk mereka.
Dan munculah fanfict yang menyatakan/ mengatasnamakan/ mengumandangkan (ye mengumandangkan, adzan kaleee..) untuk menjaga perdamaian di FFn kita tercinta ini. Fanfict macam itu dibuat untuk menyatakan apa ya.. perang terhadap flamer? Hujatan terhadap junkflamer?.. saia tidak tahu pasti..
Demi rasa persaudaraan, maka lahirlah fanfict-fanfict yang digunakan untuk menyadarkan Flamer. Tapi, ujung-ujungnya apa? Pas di page feedback (Review) orang-orang malah makin kisruh, dan mulai ikut-ikutan mencaci maki. Lha, padahal untuk menjaga perdamaian, tapi kenapa isi reviewnya tak lebih seperti mengajak perang? Ckckck... lalu, si flamer yang dibicarain ikut-ikutan me-review (padahal sudah ada warning ‘FLAMER DILARANG BACA’, wkwkwk...), si flamer jadi ‘panas’ dan langsung ngata-ngatain si author ‘Fanfict Fight Back’ tersebut dengan kata-kata yang seharga dengan sampah.
Lha... nanti? Kemudian? Lalu ujung muaranya kemana? (ye, muara.. lo kata sungai..)
Page review yang seharusnya menjadi tempat untuk mengutarakan perasaan setelah membaca fict, tempat memberikan concrit, pujian dan lain sebagainya, malah jadi tempat untuk saling mencaci maki, saling melempar kata-kata kotor, alias buka ‘forum’ di tempat yang tidak seharusnya. Lha, jadi orang-orang bakalan berpikir, fanfict ini dibuat untuk apa? Untuk perdamaian atau untuk membuat FFn makin kacau? Ckckckck... tragis..
Saia tahu, dan saia cukup sadar serta juga merasakan bahwa emang flame itu rasanya.. beuuhhh... sakit, pedih, perih hati ini ketika mendapatkannya. Tapi, setidaknya kita jangan terbakar api kemarahan begitu mendapatkan flame. Setidaknya, kita selami dulu flame itu. Kita baca baik-baik, kita cari, apa sih yang sebenarnya yang membuat flamer nge-flame fanfict kita. Kita jangan terbawa emosi ketika mendapatkan flame, karena itu bakalan membuat kita rugi (dan FFn makin kacau)
PrenkzZz, kalau seandainya kita mau menunjukkan ke flamer bahwa apa yang dia lakukan itu salah (dalam hal ini memberikan junkflame), maka kita harus memacu diri untuk membuat fanfict yang lebih berkualitas. Kita bungkam flamer-flamer alay itu dengan karya-karya yang COOL BANGET! gak perlu mempedulikan orang-orang yang sok eksis bin sok tahu wal sok benar tapi bahlul kuadrat (wkwkwk...). kita jadikan junkFlame sebagai salah satu motivasi yang membuat kita setingkat lebih tinggi dan menjadi terkenal.. (lha, emang bisa?).
And then, buat si flamer atau flamer yang maha agung atau flamer tingkat tinggi atau flamer yang biasa-biasa aja atau junkFlamer (lha, flamer kok tingkatannya banyak amat ya?)...
Buat mbah-mbah flamer di luar sana, ‘tak mohon.. kami sebagai author (atau mungkin saia sendiri) masih banyak kekurangan dalam menulis fanfict. Yang mana butuh saran dan kritikan dari banyak pihak. Tapi, tolong dong.. kalau memberikan kritikan juga jangan terlalu pedas sampai bikin sakit perut dan BAB kurang lancar *?*. Jangan malah membuat kreatifitas kita jatuh dan mati (lha?).
(pedas mode : ON)
Dan buat mbah-mbah Flamer alay bin gak tahu diri. Tolong ya.. kalau ngasih flame itu juga harus berdasarkan logika, pake otak, bukan pake emosi. Ndak usah memaksakan kehendakmu terhadap si author. Yang bisa lo kritik tuh masalah yang udah saia tulis diatas tadi. Masalah tata bahasa, alur, pendeskripsian (maybe..), dan masalah-masalah lainnya. Jangan yang lo kritik masalah pairing, genre, dan rating. Lo (flamer) sinting ya? Sampe mau maksain kehendak lo dengan ngata-ngatain orang? Masalah hal-hal intern seperti pairing dkk itukan suka-suka author. Lo gak punya hak buat nentuin hal-hal macam ntu.
(wah, jangan-jangan nanti setelah pair war, ada juga lagi genre war dan rating war, wkwkwk..)
Dan..
Please dong ih! Kata-kata yang mbah flamer gunakan.. kata-katanya itu jangan terlalu kasar. Malah pake kata-kata yang mesti disensor lagi. Emang, ndak ada ya kata-kata yang lebih sopan?
Ckckck, jangan sampai nanti... fanfictnya rate K+ ---> T, ehhh.. malah reviewnya yang rate M gara-gara penggunaan kata-kata yang yah.. gitu deh. Hihihihi...
-
SO friends.. we are the big family oh FFn, especially FNI. Jangan kita jadikan masalah-masalah ini sebagai jalan buat ‘perang’, tetapi jalan untuk membawa kita menjadi lebih baik lagi. Author, Reviewer, Reader, dan Flamer adalah satu didalam FFn ini. Tanpa mereka, mungkin.. kita bakalan ‘pincang’ kali ya? Kalo nggak ada author, apa yang mau kita baca? Apa yang mau kita review?. Tanpa Reader dan Reviewer , siapa yang bakal memberikan author pujian dan dukungan? Tanpa Flamer, siapa yang bakal mengkiritisi kita lagi? Siapa yang dengan ‘panas’nya memotivasi kita untuk lebih baik lagi? Iya nggak?
So, kita jaga damai FNI kitorang! Bukan dengan Fanfict Fight Back, bukan dengan kata-kata kasar, tapi dengan karya yang emang OKE punya.
FRIENDS... pada akhirnya, saia memohon/ meminta maaf yang sebesar-besarnya bila kata-kata saia ini terkesan menggurui teman-teman (dan senpai-senpai) sekalian. Ditengah-tengah ‘panas’ FFn saia malah dengan sotoy nulis-nulis essay gak jelas begini. Saia, yang notabenenya baru gabung di FFn malah sok-sok menasehati. Saia dengan seenak jidat malah sok menasehati, tapi diri sendiri kagak ditahu udah bener apa belum.. waduh...
Sekali lagi, saia memohon maaf bila ada pihak yang tersinggung atas essay sotoy bin GaJe ini. ¬^_^v
(SORRY berat, bila ada yang tersinggung.., jangan marah lama-lama ya.. :D)
Regards,
R.A.B.
HAI-HAI...
PrenkzZz.. masih ingat tho dengan saia? Si author bla-bla-blanya FFN? Yang fanatik banget dengan pairing NaruHina?. Hehehhe... kali ini, saia tidak akan membahas mengenai masalah pairing tersebut, ataupun malah curhat gaje tentang perut saia yang lapar*?*. tapi yang kali ini akan saia tulis adalah..
Ngomongin flame/flamer yang memang gak pernah ada habisnya.
Mengenai kisruh FFn akhir-akhir ini.
But, pertama-tama saia bakalan mohon maaf dulu, bila nanti ketika kamu-kamu semua baca nih tulisan gaje bakalan merasa bahwa kata-kata dalam tulisan gaje ini rasanya seperti cabe rawit alias pedas abis. Lagipula, saia menulis kayak begini untuk membuat perasaan saia lega, dari pada saia simpan dalam hati dan malah jadi penyakit hati? Gimana? Gomenasai before it (lha, apa coba?)
Yo! Check it out, baby!
-
MENGGUNAKAN dalil atas nama persaudaraan dan kepedulian sesama author, ada beberapa orang yang membuat fict-fict yang kurang lebih berisi fight back terhadap flamer. Memang, semua orang sudah tahu bahwa flame itu adalah kata-kata/pendapat/ kritikan pedas yang diberikan seseorang kepada kita—author. Saia mungkin tidak bisa bependapat banyak mengenai perasaan kita ketika mendapatkan flame, orang saia belum pernah (alhamdulillah) mendapatkan flame. Tapi, setidaknya saia bisa merasakan sedikit kepedihan dari teman-teman yang mungkin pernah di flame. Yang pasti kita bakalan merasa sakit hati dan sedih.. (gak tahu ya buat yang pernah mendapat flame langsung. Hehehe...).
Lantas, bagaimana kita bersikap menanggapi flame (ini menurut saia ya..)
* kalau seandainya flame tersebut benar-benar membangun, tidak menghujat dan memaki, tidak bernada menjatuhkan, mungkin kita dapat sedikit bersyukur akan hal ini. Karena itu membuktikan bahwa ada orang yang mau memperingati dan menunjukkan kesalahan kita. Mengatakan bahwa kita salah dalam tata bahasa (alias miss typo nyebar dimana-mana, dan saia sadar dalam fict saia masih banyak hal-hal yang demikian. Hiks..), alur cerita yang gaje, pengembangan character (mary sue dan bashing yang gak ketulungan), ‘pernak-pernik fanfict’, de elel. Kita harus ehmm.. sedikit ‘bersyukur’ ada yang memberitahu kita akan hal itu. meskipun caranya sedikit ekstrem.
* bila kita mendapat flame yang asli menghujat dan mencaci maki kita, bernada kasar bin nyolot wal alay bin nyakitin hati, seharusnya kita gak usah peduli dengan hal itu. coz, kenapa kita mau sibuk ngurusin orang yang kurang kerjaan? yang pembendaharaan katanya hanya kata p@#!#$r, F%^k, dan sederet kata-kata yang musti disensor lainnya. Menanggapi hal-hal seperti itukan hanya akan membuang-buang tenaga dan pikiran kita. Toh seharusnya kita asyik mikirin lanjutan cerita, malah jadi mikirin flame. Oh, no...Mungkin, kalau kita di flame ala junk begitu, mending kita lihat balik fict buatan kita. Kalau fict kita memang hancur dan bikin sakit mata (introspeksi diri buat yang biasanya dengan sengaja melakukan kesalahan), kita harus berusaha untuk membuat karya yang lebih baik lagi, supaya flame itu ndak datang lagi. Namun, kalau karya kita emang bisa dibilang COOL bin TOP, kenapa kita mesti pusing dengan flame-flame itu? flamer-flamer itu paling sirik kali sama kamu-kamu yang punya fanfict yang KEREN ABIS!
Lalu, berlanjut dari adanya junk flamer. Berbondong-bondong (atau beberapa?) author yang terbakar esmosi... eh, emosi karena fanfictnya di-flame atau fanfict teman/ author lain di-flame, maka diapun (author) membuat fanfict ‘Fight Back’ untuk si flamer tersebut. Fanfict yang dikhususkan kepada junkflamer. ASTRADA... tahu gak sih? Bahwa mereka-mereka (junkflamer) itu Cuma pengen eksis, dan kamu-kamu malah melancarkan keinginan mereka dengan membuat ‘Fanfict Fight Back’ khusus untuk mereka.
Dan munculah fanfict yang menyatakan/ mengatasnamakan/ mengumandangkan (ye mengumandangkan, adzan kaleee..) untuk menjaga perdamaian di FFn kita tercinta ini. Fanfict macam itu dibuat untuk menyatakan apa ya.. perang terhadap flamer? Hujatan terhadap junkflamer?.. saia tidak tahu pasti..
Demi rasa persaudaraan, maka lahirlah fanfict-fanfict yang digunakan untuk menyadarkan Flamer. Tapi, ujung-ujungnya apa? Pas di page feedback (Review) orang-orang malah makin kisruh, dan mulai ikut-ikutan mencaci maki. Lha, padahal untuk menjaga perdamaian, tapi kenapa isi reviewnya tak lebih seperti mengajak perang? Ckckck... lalu, si flamer yang dibicarain ikut-ikutan me-review (padahal sudah ada warning ‘FLAMER DILARANG BACA’, wkwkwk...), si flamer jadi ‘panas’ dan langsung ngata-ngatain si author ‘Fanfict Fight Back’ tersebut dengan kata-kata yang seharga dengan sampah.
Lha... nanti? Kemudian? Lalu ujung muaranya kemana? (ye, muara.. lo kata sungai..)
Page review yang seharusnya menjadi tempat untuk mengutarakan perasaan setelah membaca fict, tempat memberikan concrit, pujian dan lain sebagainya, malah jadi tempat untuk saling mencaci maki, saling melempar kata-kata kotor, alias buka ‘forum’ di tempat yang tidak seharusnya. Lha, jadi orang-orang bakalan berpikir, fanfict ini dibuat untuk apa? Untuk perdamaian atau untuk membuat FFn makin kacau? Ckckckck... tragis..
Saia tahu, dan saia cukup sadar serta juga merasakan bahwa emang flame itu rasanya.. beuuhhh... sakit, pedih, perih hati ini ketika mendapatkannya. Tapi, setidaknya kita jangan terbakar api kemarahan begitu mendapatkan flame. Setidaknya, kita selami dulu flame itu. Kita baca baik-baik, kita cari, apa sih yang sebenarnya yang membuat flamer nge-flame fanfict kita. Kita jangan terbawa emosi ketika mendapatkan flame, karena itu bakalan membuat kita rugi (dan FFn makin kacau)
PrenkzZz, kalau seandainya kita mau menunjukkan ke flamer bahwa apa yang dia lakukan itu salah (dalam hal ini memberikan junkflame), maka kita harus memacu diri untuk membuat fanfict yang lebih berkualitas. Kita bungkam flamer-flamer alay itu dengan karya-karya yang COOL BANGET! gak perlu mempedulikan orang-orang yang sok eksis bin sok tahu wal sok benar tapi bahlul kuadrat (wkwkwk...). kita jadikan junkFlame sebagai salah satu motivasi yang membuat kita setingkat lebih tinggi dan menjadi terkenal.. (lha, emang bisa?).
And then, buat si flamer atau flamer yang maha agung atau flamer tingkat tinggi atau flamer yang biasa-biasa aja atau junkFlamer (lha, flamer kok tingkatannya banyak amat ya?)...
Buat mbah-mbah flamer di luar sana, ‘tak mohon.. kami sebagai author (atau mungkin saia sendiri) masih banyak kekurangan dalam menulis fanfict. Yang mana butuh saran dan kritikan dari banyak pihak. Tapi, tolong dong.. kalau memberikan kritikan juga jangan terlalu pedas sampai bikin sakit perut dan BAB kurang lancar *?*. Jangan malah membuat kreatifitas kita jatuh dan mati (lha?).
(pedas mode : ON)
Dan buat mbah-mbah Flamer alay bin gak tahu diri. Tolong ya.. kalau ngasih flame itu juga harus berdasarkan logika, pake otak, bukan pake emosi. Ndak usah memaksakan kehendakmu terhadap si author. Yang bisa lo kritik tuh masalah yang udah saia tulis diatas tadi. Masalah tata bahasa, alur, pendeskripsian (maybe..), dan masalah-masalah lainnya. Jangan yang lo kritik masalah pairing, genre, dan rating. Lo (flamer) sinting ya? Sampe mau maksain kehendak lo dengan ngata-ngatain orang? Masalah hal-hal intern seperti pairing dkk itukan suka-suka author. Lo gak punya hak buat nentuin hal-hal macam ntu.
(wah, jangan-jangan nanti setelah pair war, ada juga lagi genre war dan rating war, wkwkwk..)
Dan..
Please dong ih! Kata-kata yang mbah flamer gunakan.. kata-katanya itu jangan terlalu kasar. Malah pake kata-kata yang mesti disensor lagi. Emang, ndak ada ya kata-kata yang lebih sopan?
Ckckck, jangan sampai nanti... fanfictnya rate K+ ---> T, ehhh.. malah reviewnya yang rate M gara-gara penggunaan kata-kata yang yah.. gitu deh. Hihihihi...
-
SO friends.. we are the big family oh FFn, especially FNI. Jangan kita jadikan masalah-masalah ini sebagai jalan buat ‘perang’, tetapi jalan untuk membawa kita menjadi lebih baik lagi. Author, Reviewer, Reader, dan Flamer adalah satu didalam FFn ini. Tanpa mereka, mungkin.. kita bakalan ‘pincang’ kali ya? Kalo nggak ada author, apa yang mau kita baca? Apa yang mau kita review?. Tanpa Reader dan Reviewer , siapa yang bakal memberikan author pujian dan dukungan? Tanpa Flamer, siapa yang bakal mengkiritisi kita lagi? Siapa yang dengan ‘panas’nya memotivasi kita untuk lebih baik lagi? Iya nggak?
So, kita jaga damai FNI kitorang! Bukan dengan Fanfict Fight Back, bukan dengan kata-kata kasar, tapi dengan karya yang emang OKE punya.
FRIENDS... pada akhirnya, saia memohon/ meminta maaf yang sebesar-besarnya bila kata-kata saia ini terkesan menggurui teman-teman (dan senpai-senpai) sekalian. Ditengah-tengah ‘panas’ FFn saia malah dengan sotoy nulis-nulis essay gak jelas begini. Saia, yang notabenenya baru gabung di FFn malah sok-sok menasehati. Saia dengan seenak jidat malah sok menasehati, tapi diri sendiri kagak ditahu udah bener apa belum.. waduh...
Sekali lagi, saia memohon maaf bila ada pihak yang tersinggung atas essay sotoy bin GaJe ini. ¬^_^v
(SORRY berat, bila ada yang tersinggung.., jangan marah lama-lama ya.. :D)
Regards,
R.A.B.
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?