Kegagalan-Kegagalan di Tahun 2013

Tuesday, December 31, 2013

Good Bye, 2013

Kegagalan-kegagalanku selama tahun 2013.
1.                   Saya masih jadi orang yang malas.
2.                   Saya masih jadi orang yang suka mengumpat.
3.                   Saya masih suka menghambur-hamburkan uang.
4.                   Saya masih jadi orang yang tidak disiplin.
5.                   Saya masih malas belajar.

Kapan Saya Bisa Berjalan Santai dengan Mama?

Sunday, December 29, 2013

Happy birthday, Mom. The Queen of Our Heart

Hari ini saya ke berkunjung ke salah satu pasar dan pusat perbelanjaan di Makassar dalam hal mengobservasi, untuk tugas salah satu mata kuliah. Sekalian refreshing bersama teman-teman, meninggalkan tugas-tugas lainnya menumpuk dan nantinya akan dikerjakan semalam suntuk karena dikerja helline. Mengobservasi yang menjadi objek tugas sih hanya butuh waktu lima belas menit, namun mengobservasi apa yang menjadi 'pencuci' mata bisa sampai

Something Stupid Called Life

Saturday, December 28, 2013

What this is?
The meaning?
Maybe this is the reason, so I can put my anger to this something stupid called life. Maybe this is just the reason so I can blame something.
It is too much. Too much. Too much to blame.
But, I just want to blame. Blame. Blame. Blame. B-L-A-M-E.

So let me, let me throw it from my mouth. Set this free....
FUCK!

Membendung

Sunday, December 15, 2013

Membendung itu
sulit.
Apa lagi, dengan bendungan yang terbuat dari otot-otot sirkular, dengan banyak pembuluh darah. Terlebih lagi, ketika memikirkan efek mengerikan yang bisa ditimbulkan bila bendungan itu jebol.
Akhir-akhir ini, aku terlalu banyak membendung.

Apa-Apa Saja yang Tidak Sempat Gue Post Bulan Ini

Thursday, December 5, 2013

Bonjour!
When I was @Kompas Gramedia Fair - Makassar, CCC.
Me, with Dira and Nila

Secarik Tisu yang Robek di Matamu

Thursday, November 28, 2013

'ere

Bagaimana rasanya berteriak dalam diam?
ketika kepala lebih banyak berucap.
dan mulut yang tetap terkunci rapat.
lelah. semua kisah ini melelahkan untuk dimainkan lagi.
apakah kisah ini akan berakhir dengan sendirinya?

Mengapa yang Karenanya Begitu Sulit Dicari

Saturday, November 23, 2013

here
Kamu jangan bertanya
Mengapa aku selalu saja salah tingkah
selalu mengalihkan pandangan
selalu bersikap sok tenang
tiap kali kau memandangiku

Plan! Plan! Plan

Tuesday, November 19, 2013

voila
Plan, not pelan. Wkwkwkwkwk

Bonjour mon amie!
Yang akan mengawali postingan kali ini adalah...
Heuuuhhh, kemarin itu kampus gue kena masalah lagi. Biasa peperangan antara Vikings versus Spartans  pada perang Temp-wuran jilid sekian-sekian-sekian yang melibatkan lontaran bom nuklir dan senjata biologis alias  bentrok turun temurun seribu turunan gak selesai-selesai. But, bukan tawuran itu yang mau gue bahas. Malesin banget. Bikin keki, dungpret #eh. Mending gue bahas dampaknya ke gue karena bahas

Kayaknya, Saya Lagi 'Sakit'

Wednesday, November 13, 2013

here

Kemarin, entah sudah berapa orang yang saya pelototi, saya maki-maki, saya sinisin,  masih untung kemarin saya tidak main lempar bogem. Kemarin rasa-rasanya saya menjalani hari yang berat, tidak tahu kenapa. Mungkin penyebabnya karena saya 'salah bangun' pagi kemarin, mungkin karena saya lalai mengerjakan tugas, mungkin karena kemarin saya dipanggil naik presentasi, namun malah tidak memahami materi yang saya presentasikan.
Malu, iya. Soalnya imbas dari hal-hal di atas itu tidak hanya ke saya saja.

Hasil Rajutan Pertamaku

Monday, November 11, 2013


 Bonjour my friend!
Holaholaholaaaa!
Beberapa hari yang lalu itu gue telah menyelesaikan satu karya rajutan gue yang bisa dibilang ‘beres’ lah. Rajutannya ini berupa pita-pita gitu deh. Hohoho… Soalnya dua karya pertama yang berupa bunga spiral itu hasilnya amburadul banget, bunga pertama salah pola, bunga kedua benangnya gak cukup. T.T
Pitanya lumayan-lumayan lucu deh, berasa jadi cewek beneran gue kalau pake tuh pita (hasil karya sendiri lagi :D). Sampai tadi dikatain sama sister Anna “Cieee, sudah jadi perempuan mii Rhyme…”. Hihihi :D
Ini dia nih penampakan pitanya

Cukup Simpan Saja

Tuesday, November 5, 2013


Simpan saja, masukkan ke dalam laci dan buanglah kuncinya ke dalam sungai. Biarkan semua langkah yang sudah kita tapaki musnah menghilang ditelan waktu.
Museumkan saja cinta kita ini, dia sudah lapuk dan usang. Dan kamu sudah enggan untuk meliriknya lagi.Masukkan saja sayang ini ke dalam panti jompo, dia sudah renta dan bungkuk. Dan kamu menolak untuk meliriknya lagi.
Kubur saja semua perasaan ini, semua kisah tentang kamu dan aku. Taburkan bunga kembang tujuh rupa, biar busuknya rasa ini tak terlalu tajam tercium orang-orang. Sirami dengan air, dan doa'kan. Semoga kesalahan yang dulu pernah kita lakukan termaafkan. Semoga luka-luka yang dulu kau guratkan padaku tak menjadi lintah penghisap darah di dalam malam-malammu
Dan aku pun akan berdo'a, semoga kamu tenang. Tidak bergentayangan melayang-layang di atas tempat tidurku.



Belajar Hal yang Baru

Thursday, October 24, 2013

Jangan pernah mau berhenti belajar.
Entah siapa yang pernah mengatakan itu, tapi hal itulah yang selalu nempel nangkring di dalam otak gue. Memperdalam ilmu-ilmu yang sudah kita punya, dan menambahnya dengan hal-hal yang baru. Dunia ini luas, rugi kita kalau cuma stuck di satu titik saja sementara ada banyak hal yang amazing di luar sana yang menunggu kita.

BODY 2013 Part I - Crowded

Wednesday, October 23, 2013

Bonjour my friend!
Hohoho, akhirnya gue nulis post lagi. 
Nih mau cerita-cerita soal kegiatan di kampus beberapa hari ini, yaitu Body (Biology Open Day) 2013. BODY ini adalah kegiatan tahunan di Jurusan Biologi kampus gue. Di BODY 2013 yang diadakan selama seminggu  ini ada banyak kegiatan, kayak LCC, LKTI, Olimpiade biologi tingkat SD-SMP-SMA, Lomba Akustik, Lmba Mading, Pelatihan MenLab seminar nasional, reuni akbar dan de el el. 

Belajar Bahasa Perancis - Apprendre le Français

Monday, October 14, 2013

voila

Salut my friend!
Hehehe, mumpung hari ini libur dan lagi nggak ada kerjaan (alias males ngerjain tugas, ect) gue coba-coba belajar Bahasa Perancis. Hohoho...
Dan lumayan lah, gue jadi bisa sedikit-sedikit tahu gimana tuh bahasa lipat-lipat lidah ke sana kemari itu. Ini gue belajar Bahasa Perancis lewat situs Memrise. Lumayan loh, di situs ini kita nggak cuma bisa Belajar Bahasa Perancis doang, tapi juga belajar Bahasa Italia, Jerman, dan Spanyol. Dan ini lah beberapa kosa kata Bahasa Prancis yang aku pelajari selama dua jam...
Xixixi...

Sebut Saja Ini Mimpi yang Sempurna

Monday, October 7, 2013

here

Sebut saja ini mimpi yang sempurna. 
Tentang purnama yang begitu sempurna, jelmaan lampu tidur raksasa pada langit-langit kamar yang menggelap. Tentang jalan panjang yang berkilauan, meliuk seperti naga. Tentang bukit hijau yang menghampar luas, yang dibingkai pohon-pohon dedalu dari kejauhan, dibercaki dengan satu-dua warna bunga daffodil.
Ini tentang kita, yang berbagi selimut untuk menghangatkan jari-jari kaki yang menggigil. Ini tentang kamu yang bersandar di bahuku, mendonggak menatap perpaduan kilau di atas sana, lalu mengangkat tangan berusaha menggapai. Dan aku yang merangkulmu,

Good Bye, 18. Hello, 19.

Wednesday, October 2, 2013

Satu pertemuan tengah malam, dengan dentang jam 12 kali. Menjadi peralihan, dari tahun-tahun yang disebut masa lalu, menuju tahun yang sedang melangkah ke masa depan.
18.
Bagaimana?
Apakah hidup selama satu tahun belakangan ini sulit bagimu? Apakah kedewasaan telah sempurna mengiringimu? Apakah setiap emosimu telah mampu kau taklukkan?Apakah… kau berjalan dengan ringan dan bahagia?
Tidak tahu pasti.
Jelasnya kamu pun sudah harus kulepaskan sekarang. Kedatangan sosok yang akan menggantikanmu tak mampu kuelakkan dan dia pun harus diterima. Entah senang atau pun lelah dengan hidup.
18.
Kamu, kamu telah mengajarkan saya banyak hal kemarin. Tentang menjadi dewasa yang tidak begitu mudah. Tentang alasan-alasan  mengapa saya harus terus melangkah maju. Tentang kelalaian yang membuat sakit.Tentang kekalahan yang membuat kecewa. Tentang hidup yang tidak selamanya mulus.

Knitting!

Friday, September 27, 2013

Holaaaa Holaaaa!!!
Kekeke....
Hari ini gue tuh lagi senang sekali, hohoho... Soalnya gue lagi nyoba-nyoba sesuatu yang baru, yaitu... Merajut! Xixixixi...

Sebenarnya, sudah lama sih ingin belajar merajut, sejak waktu PMB dulu penah kenalan sama sesama MABA UNM yang pake bros hasil rajutannya sendiri. Terus pas mau lebaran kemarin sempat beli bros bunga rajutan, nah pas tadi nih ceritanya cuma mau update blog aja, semacam bikin flashfiction baru. Eh.... entah tadi kerasukan  apa malah coba-coba cari di google tentang tutorial knitting, terus lari ke youtube dan akhirnya dapat tutorialnya GoodKnitKisses. Asli keren tutorialnya, dari dasarnya memang kita diajarin, di-shoot dari dekat juga cara knitting-nya, dan bisa bikin merajut kelihatan gampang! Wkekekekek...

Terus gue coba-coba merajut deh, berhubung nggak ada benang wol, aku pake tali kur (yang biasa dipake buat bikin gelang) terus jarumnya diganti sama sumpit. Ihhh... saking pengennya merajut, sampe pinjam sumpit ke teman kost. Kekekeke....

Freedom

Tuesday, September 24, 2013

#ThingsOfTheDay
voilà
"Karena sedang gusar akan sesuatu, kesal akan maya, terlebih pada diri sendiri, maka saya mencoba untuk menyimpan dan mengunci sesuatu. Setelah tenang, saya akan kembali... kalau saya masih berniat kembali."

Girl and Boy

Monday, September 23, 2013

#QuoteOfTheDay
here
"Cowok, kalo nangis tandanya dia sakit banget."

Lugu.

Saturday, September 21, 2013

here
Sebagai lelaki yang sudah berkali-kali berselingkuh, menyeleweng, menikung, dan mendua-mentiga-mengempat, seharusnya dia sadar, cerdas dan dia tahu untuk menyembunyikan segala hubungan busuknya. Ala bisa karena biasa, istilahnya. Kejayaan dan kemenangannya dalam menghancurkan hati dan membuat parit-parit air mata di pipi perempuan akhirnya luruh oleh waktu. Lama-lama dia semakin bodoh dalam menjalin hubungan.
Pada akhirnya dia jatuh pada seorang perempuan. Sejenis perempuan diam, lugu, manis, terlalu kosong dan putih untuk dibercaki gombalan gulali.

Ketika Kita Bersama

Tuesday, September 17, 2013

Hahaha! ICPB12


Selalu bersama...  satu rasa... satu kata...


-Hymne Himabio-



That's!

'Selalu bersama' yang akhirnya datang kembali seminggu yang lalu. Selalu bersama yang pernah hilang karena suatu masalah yang kayaknya nggak etis kalau dibahas di sini—dan nggak ada habis-habisnya—yang pernah melanda kelas gue.
Akhirnya, dengan satu acara Ulang tahun dari dua orang teman gue, yaitu Ni Syam dan Dasri, kelas gue bisa ngumpul-ngumpul lagi dengan cerianya. Ya, meskipun ada beberapa orang yang nggak hadir, namun acara itu seakan-akan bisa bikin teman-teman gue balik lagi kayak dulu.

Utak-Atik Blog! Uhuuuu...

Thursday, September 12, 2013


Holahop!!!

Yeah, akhirnya blog ini jadi ada sedikit peningkatan tampilan. Iya sih, model header sama lapak postingannya masih pake tampilan yang dulu, cuma beda warna doang. Tapi sekarang, bagian Navigasi Tab sudah di model baru lagi, pake hover. Jadi kalau di di sorot bakalan berubah warna. Kekkekeke #katrok nih
Terus yang bagian scrollbarnya juga. Setelah berbulan-bulan ngeliat scrollbar blog orang yang kewl, glossy and full color, finally mine too. <3
Blockquotenya juga, pake model yang sudah dimodifikasi, sekaligus dengan linknya. Huhohoho...
Ini sih katrok banget yap =='
Maklum deh, baru mulai lagi utak-atik tempelate blog, jadinya ya kampungan gini deh.
The next sih mau coba-coba tampilan baru lagi, kayak blog The Londoner. Asli keren loh tampilannya, ala-ala foto polaroid gitu sidebar-widgetnya.
Utak-atik blog ini gue lakukan selama berjam-jam. Beberapa diantaranya memodifikasi kode CSS dari Blogskins, mempelajari kode-kode, sama bereksperimen sendiri. Hohoho...
Yosh! Sudah dulu ya, postingan katrok kali ini. Nanti daku bikin tutorialnya deh, biar nanti teman-teman yang lain juga bisa 'memper-cute-kan' blog teman-teman!

Dudu!
<3 <3
setidaknya bukan tutorial make-up

Intuisi (Semacam Curhat Sekaligus Cerita) #eh

here

intuisi /in·tu·i·si/ n daya atau kemampuan mengetahui atau mema-hami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan hati; gerak hati (KBBI)
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran. (wikipedia)

Apa yang paling gue suka dari fisik gue?
Mata. Sometimes bibir. Then, brain.

Yeah. I like my brain. Bukan karena gue pintar (masih cenderung bodo'-bodo' aja gue ini), tapi karena intuisi. Yeah, gue udah lama pernah ikut tes personality dan gue dapat INTJ sebagai personality type gue. Awalnya pas gue dapat itu, gue sempat sebel soalnya kayaknya karakter INTJ itu 'kaku' banget. Tapi lama-lama.... anjrit, gue jadi seneng masuk kategory INTJ. Gue ngerasa... ini gue banget! (apa deh!)... Etapi sempat kecewa juga deh kemarin, pas tes ulang aku masuk kategori INTP, tapi tesnya bukan di web aslinya itu, tapi yaa... masa' berubah sih... udah PW banget ini di INTJ.
Tapi bukan itu yang mau gue bahas...

Lelaki yang di Bibirnya Ada bulan Sabit

Thursday, September 5, 2013


here
~0o0~
Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halamanku, menempuh perjalanan sendiri dengan kereta api yang berangkat malam. Gerbong kelas 2 sudah mulai penuh dengan penumpang, sebagian bercengkrama dengan penumpang sebangkunya, sebagian memakan makan malamnya, sebagian lagi memilih menutup mata dengan tubuh yang dibungkus sarung rapat-rapat. Ramai suara ibu-ibu dan anak remaja menjajakan dagangan mereka, beberapa kali aku ditawari  nasi bungkus dan majalah namun aku menggeleng saja. Sekarang aku hanya ingin mengistirahatkan kakiku. Aku berjalan pelan di lorong gerbong, sedikit kerepotan dengan backpack besar yang kubawa dibahuku.
Kursi 13A.
Akhirnya. Segera kuhempaskan backpack-ku, menggerak-gerakkan sedikit bahuku, lalu mengangkat lagi tas besar itu dan memasukkannya ke dalam kabin. Lekas aku dudukkan diriku, menatap ke luar jendela. Bintang-bintang berjejer membentuk timbangan, rasi bintang libra sedang berdampingan dengan bulan sabit malam ini. Aku tersenyum tipis, menghembuskan napas perlahan. Jejak-jejak itu masih kentara di dalam kepalaku, terlebih pada hati yang tiba-tiba menghangat. Bulan, pada malam ini telah mengingatkanku pada dirinya.
Sosok yang lengkungan senyumnya seperti bulan sabit.
"Kamu Fara, kan?"
Sebuah suara mengagetkanku. Bukan karena ditanyai tiba-tiba, tetapi karena suara itu terasa akrab ditelingaku. Nyaring dan penuh rasa pencaya diri.
Aku menolehkan kepala, meski hati sudah mengatisipasi namun kejut tetap saja mengaliri seluruh tubuhku. Sosok bulan sabit yang baru saja kupikirkan kini berdiri dihadapanku. Telunjuknya terangkat ke arahku, mata coklatnya menatapku dengan binar cerah. Bibirnya, melengkungkan bulan sabit.
Aku masih terpana menatapnya. Ini benar-benar dia?

Perempuan yang Kutemui di Depan Kedai Kopi

Wednesday, August 21, 2013


here

Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari kantor, berjalan menyusuri kota menuju stasiun kereta api. Salju sedang turun di bulannya yang kedua, langit tampak kelabu, begitu kontras dengan jalan-jalan yang berkerlap-kerlip dan atap-atap gedung serta tepi jalan yang putih tertutupi salju. Jalan mulai sepi, wajar saja karena sekarang ini waktu hampir menunjukkan dini hari.
Aku berbelok menuruni tangga yang membawaku ke arah stasiun, menempelkan kartu pass-ku pada mesin berpalang dan melangkahkan kaki begitu tabung melintang di depanku itu bergeser membuka. Aku menghela napas sejenak, menoleh ke kanan kiri dan mendapati hanya beberapa orang yang sedang menunggu kereta terakhir datang. Aku kembali melangkahkan kakiku, menuju kedai kopi kecil yang berada di sisi kiri stasiun kereta api.
Setidaknya, aku butuh teman untuk perjalanan pulangku sebentar.
Aku baru saja meraih kenop pintu ketika ada tangan lain yang berada di atas tanganku—hendak masuk juga mungkin ke dalam kedai ini. Kurasakan dingin merambat masuk ke dalam sarung tangan kulit yang kukenakan. Sontak, aku menoleh ke arah tangan kananku. sebuah tangan putih mulus berjemari lentik yang tertangkap mataku, lalu aku melirik ke atas dan mendapati sesosok perempuan tengah tersenyum ke arahku.
"Maaf," katanya pelan.

Kita yang Mulai Berbeda

Monday, August 19, 2013

R.A.B on NaruHina Fanfiction
Naruto by Masashi Khisimoto-sensei~tukang bikin galau selaluuuu
Warning: OOC.OOC. OOC. Bertele-telempret.
Enjoy this!
~0o0~
here
“Sekarang, harus kuapakan perasaan yang tak terkatakan ini?”
~0o0~
Segalanya berubah.
Sejak pernyataan Yakushi-senpai di kelasku beberapa hari yang lalu, semua hal mulai terlihat berbeda dihadapanku. Aku yang tidak pernah mendapatkan telepon bernada perhatian dari pria selain Ayah, Neji-nii dan Naru-kun, kini aku mulai sering mendapatkan banyak pesan singkat atau sesekali telepon dari Yakushi-senpai. Meskipun hanya berupa ucapan selamat pagi, atau menanyakan kabarku.
Begitu pula tingkah laku Naru-kun kepadaku. Kini ia seolah-olah menjaga jarak dariku. Ia mulai jarang mengusik diriku, menghindari tatapanku, dan cenderung terburu-buru saat berbicara. Sikapnya terkadang membuatku bingung, ada saatnya ia seperti ingin mengatakan sesuatu namun seolah-olah ada yang menahannya. Tak jarang pula, ia bersikap dingin. Hanya membalas perkataanku sepatah kata.
Aku... tidak begitu menyukai perubahan ini. Terlebih lagi, aku semakin membenci diriku sendiri.
Terkadang, ada kelegaan yang hadir saat Yakushi-senpai sedang bersamaku.Kami akan larut dalam diskusi kecil kami di perpustakaan, atau diamnya kami dan hanya ada suara gesekan halaman buku yang di bolak-balik setiap sekian menit. Namun, rasa bersalah itu sering mampir saat aku secara tidak sengaja menghindari tangannya yang hendak menggenggam tanganku. Terkadang aku masih sering terlupa akan statusku bersama Yakushi-senpai. Ada sepersekian detik yang terisi oleh orang lain sekalipun aku sedang bersama Yakushi-senpai.
Yakushi-senpai pacarku. Kutanamkan itu dalam-dalam di kepalaku. Ini bukan lagi saatnya untuk memikirkan orang lain.
***
"Kau itu ingin jualan makan siang atau apa sih? Bawa kotak makan segitu banyaknya." tegur Ino ketika melihatku menaikkan tiga buah kotak makan siang ke atas mejaku.
"Ini untukku, Naru-kun, dan Yakushi-senpai" aku menjawab sekenanya, bergegas menuju kelas Naru-kun sehingga aku bisa cepat-cepat menemui Yakushi-senpai di taman dekat lapangan basket.
"Kau seperti berpacaran dengan dua orang saja, Hinata." suara Ino mengejutkanku, membuat langkahku terhenti.
"Maksudmu?"
Ino tidak menjawab, malah berjalan ke arahku dan merangkul bahuku. "Kau... benar-benar menyukai Yakushi-senpai kan?"
Perkataannya membuatku tersentak, namun aku buru-buru tersenyum, tidak ingin membahas ini lebih jauh lagi. "T-tentu saja. A-ano, aku pergi dulu."
Aku cepat-cepat melangkahkan kakiku, bisa kurasakan tatapan Ino menatap punggungku.
***
Aku menghentikan langkahku tepat di depan pintu kelas IPS-3, kelas Naru-kun. Aku melongokkan kepalaku ke dalam kelas, mencari-cari sosok Naru-kun sampai akhirnya aku menemukannya sedang bersenda gurau dengan teman-temannya di pojokan kelas.
Si gadis berambt pirang itu juga di sana, duduk di samping Naru-kun sambil sesekali tertawa karena lelucoan yang saling mereka lontarkan.
Andai aku bisa... ah tidak!Aku harusnya sudah bisa melepaskan perasaan ini. Aku hanya akan mengingat, bahwa Naru-kun hanyalah sahabatku, sahabatku sejak kecil, sahabat terbaik yang pernah aku punya. Tidak lebih.
Ya, seperti itu.
Aku baru saja hendak memanggil Naru-kun ketika ia secara tiba-tiba berbalik ke arah pintu, membuatku membatu dengan tatapannya.
Degupan ini seharusnya tidak kurasakan lagi.
Dan ya, memang tidak kurasakan lagi. Tanganku cuma berkeringat karena udara yang panas.
Dan aku tersenyum, melambai kaku ke arahnya. Awalnya aku yang ingin menghampiri Naru-kun di tempat duduknya, tapi ia sudah terlebih dulu beranjak dan kini ia sedang berjalan ke arahku.
"Ada apa?" tanyanya.
Aku mengangsurkan kotak makan yang berwarna orange cerah. "Ini, makan siang untuk Naru-kun."
"Untukku?" ia tersenyum lima jari, senyum yang menyilaukan. "Haaa!! Tidak ada racunnya kan, nenek?"
"Maksudmu apa?"
Ia terkekeh pelan, lalu meraih tanganku, menarikku ke luar dari kelasnya. "Ya sudah, kau mau kita makan di mana? Jangan di kelasku ya, terlalu berisik."
"A—ano, Naru-kun..." panggilanku membuatnya menghentikan langkah, lantas berbalik.
"Apa?"
"Ano..." jemariku mengerat pada pegangan tas plastikku. "Ano... mungkin siang ini kita... kita tidak bisa makan siang bersama. Aku... aku... aku sudah ada janji makan siang dengan Yakushi-senpai."
Sesaat, ada kilatan yang lain di matanya yang langsung ia ganti dengan senyuman, senyuman yang membuatku merasa bersalah. "Ah, iya. Aku lupa, sekarang kan kau sudah punya pacar."
Ia lantas melepaskan genggamannya dan berbalik masuk ke dalam kelasnya. Aku membuka mulut untuk mengatakan sesuatu padanya, tapi tidak ada satu kata pun yang terucap. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa padanya.
"Ah, iya," tiba-tiba ia berpaling ke arahku. Senyumnya bukanlah senyum tersiksa yang kuinginkan "Tenang saja, aku akan memakannya kok. Biar pun ini beracun."
Aku ingin sekali mengatakan sesuatu.
Ia melambai singkat padaku, gerakannya menyuruhku cepat-cepat ke tempat Yakushi-senpai.
Aku memutar arah, berlari.
Kenapa semuanya jadi seperti ini?
Kenapa semuanya jadi begitu menyakitkan?
***
"... ta? Hinata? Hinata Hyuuga—"
"A... ada apa, Yakushi-senpai?"
Kudengar ia menghela napas panjang, diikuti suara kotak makan yang diletakkan di bangku tempat kami duduk. Aku mencoba melirik ke arahnya, dan dia menatapku begitu tajam. "Apa kau sedang ada masalah?"
Aku menggeleng pelanq.
"Benarkah?" ia memastikan.
"Iya, tidak ada kok." kataku, mengulas senyum. Bisa kurasakan jemarinya mengepal di atas jemariku. Ia tersenyum.
"Kalau kamu ada masalah, kamu cerita ya. Aku pengen jadi orang yang selalu ada di sampingmu, jadi seseorang yang bisa kamu andalkan. Ya?"
Aku mengangguk, "arigatou, Yakushi-senpai."
Ia tersenyum lagi, lalu merongoh saku celananya dan mengeluarkan dua buah lembar kertas. Rautnya penuh harap ketika menatapku. "Kudengar, kau suka sekali minions, mau nonton bersamaku? sabtu ini?"
Aku sedikit tercengang mendengar ajakannya, mataku berulang kali melirik dua tiket nonton yang ada di tangannya dan juga wajah Yakushi-senpai. Entah mengapa, aku ragu untuk menerimanya. Namun, sekali lagi logika menampar keraguanku. Untuk apa? Bukan kah sekarang ini aku adalah kekasih Yakushi-senpai?
"Ummm, boleh."
"Benarkah? Syukurlah. Ini akan menjadi kencan pertama kita." gumamnya sembari tersenyum simpul, memandangi mataku dalam-dalam. Aku menunduk memutuskan pandangannya, mengangguk, berharap ragu ini menghilang.
Aku tidak boleh meragu. Aku punya kenyataan yang harus kuhadapi.
***
Sekarang aku bingung menghadapi Naruto yang sedang berjalan beriringan denganku. Aku meremas pelan tali tas selempangku, seakan-akan dengan melakukan hal itu rasa resah yang ada pada diriku bisa sedikit berkurang. Aku berencana mengatakan bahwa acara sabtu-malam yang biasa aku lewati bersamanya tidak bisa aku lakukan untuk sabtu minggu ini, karena aku sudah ada janji dengan Yakushi-senpai. Dan sampai sekarang, aku belum juga bisa mengatakan hal ini padanya.
Tahu-tahu, aku sudah ada di depan gerbang rumahku.
“Hinata, aku duluan ya…” katanya, sekilas melambaikan tangannya padaku dan melanjutkan perjalanan ke rumahnya yang hanya berjarak dua blok dari tempat tinggalku.
“Ano, Naru-kun…”
Ia berhenti, lalu berbalik menatapku yang berdiri gelisah tak jauh dari tempatnya. Sebelah alisnya terangkat naik, mengisyaratkan sebuah pertanyaan padaku.
“Itu… untuk malam minggu nanti…” aku menelan ludah, tenggorokanku tiba-tiba saja terasa kering. “anu, itu… bisakan kalau kita nggak ngumpul dulu?”
Naruto masih saja diam dan menatapku dalam-dalam, kegelisahan makin menjadi menggolakkan dadaku. Bagaimana kalau dia makin marah padaku? Dia yang masih mau pulang bersama-samaku saja sudah bagus, dan aku malah semakin mengecewakannya. Ia mendengus.
“Kamu ada acara lain ya?” tanyanya, datar. Ekspresinya tidak terbaca.
Ini bukan Naru-kun.
Aku mengangguk kaku.
Ia mengulas senyum tipis, namun yang kurasakan hatiku seperti disayat-sayat. “Hmm, terserah kau saja. Kau pasti punya kehidupan sendiri juga kan.” Ujarnya pelan, melambai lagi. “Semoga sabtu malammu menyenangkan, selamat bersenang-senang.”
Lalu ia berbalik, tanpa menunggu balasanku.
Aku hanya menatap punggungnya.
~0o0~
"Aku ingin lupa..."

Sepucuk Surat untuk Tuan Matahari

Sunday, July 7, 2013


Rhyme A. Black
PresenT
A NaruHina Fanfiction
Sepucuk Surat untuk Tuan Matahari
Dedicated for NaruHina Tragedy Day #4
And for all NaruHina Lovers, yang tak pernah menyerah untuk terus mencintai NaruHina. Kalian lah yang terbaik!
WARNING : OOC. OOC. OOC. Lumayan Gaje. AU.
Naruto always and always belongs to Masashi Khisimoto-sensei
Hope you enjoy this story! :D
1… 2… 3… TAKE… ACTION!!!
~0o0~

here


 "Senyum dan matamu lebih banyak berkata-kata...Namun, terkadang segala sesuatu butuh suara. Tidak hanya isyarat.”
~0o0~

Untuk kamu,
Tuan Matahari.           

Hai, apa kabar?
Aku selalu berharap agar kau baik-baik saja, sehat, dan senyum hangat selalu menyertaimu. Mungkin, kamu akan terheran-heran, mendapati surat bersampul ungu muda ini di meja kerjamu, dan menyapamu sok akrab. Kini mungkin kau tengah mengernyitkan dahimu, tapi aku mohon, bacalah beberapa lembar kertas ini sampai habis. Karena di sini lah aku menulliskan perasaan yang sudah lama aku pendam untukmu.
Mungkinkah kamu penasaran padaku?
Aku hanyalah seseorang yang telah lama mengagumimu, yang sejak pertemuan pertama telah jatuh hati padamu. Kamu dengan mudahnya membuatku terkagum-kagum dengan keberanianmu sewaktu MOS di SMA dulu. Tahukah kamu mengapa aku memanggilmu Tuan Matahari, Naruto? Senyumanmu. Karena senyumanmu sehangat matahari pagi, menenangkan dan cerah. Hanya dengan berdiri saja di sampingmu aku sudah merasakan ketenangan.
Masih ingatkah kamu pada gadis yang kau gendong ke UKS? Yang pingsan gara-gara bola basket mengenai kepalanya? Itu aku. Maaf, karena saat itu aku begitu merepotkanmu.