Lugu.

Saturday, September 21, 2013

here
Sebagai lelaki yang sudah berkali-kali berselingkuh, menyeleweng, menikung, dan mendua-mentiga-mengempat, seharusnya dia sadar, cerdas dan dia tahu untuk menyembunyikan segala hubungan busuknya. Ala bisa karena biasa, istilahnya. Kejayaan dan kemenangannya dalam menghancurkan hati dan membuat parit-parit air mata di pipi perempuan akhirnya luruh oleh waktu. Lama-lama dia semakin bodoh dalam menjalin hubungan.
Pada akhirnya dia jatuh pada seorang perempuan. Sejenis perempuan diam, lugu, manis, terlalu kosong dan putih untuk dibercaki gombalan gulali.
Tapi, tidak selamanya penilaian luar itu benar pada pandangan pertama. Ada kalanya ia salah. Itu mutlak untuk beberapa hal.
Jadi, ketika si pria menjalin hati dengan si lugu, ia benar-benar  terikat. Seakan ia bumi yang mengitari si lugu sebagai matahari. Dan yang namanya kebiasaan, susah untuk dilepaskan. Ketika ada perempuan lain, yang lebih terbuka, lebih rahasia, lebih menantang, ia mulai berpaling. Katanya, ini hanyalah pertemanan. Si lugu tetaplah matahari, sedangkan yang lain adalah bulan yang makan dari sinar matahari. Katanya, ia hanya butuh peralihan karena terkadang matahari membuatnya gerah dan bosan.
Dan, ketika itulah kita tahu. Bahwa matahari akan tertutupi mendung.
Matahari tak lagi menarik.
Dan si pria mengubah arah rotasi dengan menggantungkan matahari.
Ia lalai pada sesuatu yang indah, namun semu.
Dan menuai kemarahan.
Matahari yang tertutupi mendung lenyap menjadi petir-kilat-badai yang menyambar.
Satu peluru lepas dari kolom-kolom bajanya. Berganti mendiami sisi jantung sebelah kanan, memutus aliran dari aorta.
Salah sendiri, selingkuh. Tanpa tahu siapa yang dia selingkuhi.
Perempuan lugu, alien dari Venus.

4 comments:

Kalau menurutmu, bagaimana?