Happy birthday, Mom. The Queen of Our Heart |
Hari
ini saya ke berkunjung ke salah satu pasar dan pusat perbelanjaan di Makassar
dalam hal mengobservasi, untuk tugas salah satu mata kuliah. Sekalian
refreshing bersama teman-teman, meninggalkan tugas-tugas lainnya menumpuk dan
nantinya akan dikerjakan semalam suntuk karena dikerja helline. Mengobservasi yang
menjadi objek tugas sih hanya butuh waktu lima belas menit, namun mengobservasi
apa yang menjadi 'pencuci' mata bisa sampai
Jalan-jalan
bersama teman tadi, menjadi salah satu strategi untuk melupakan sejenak
masalah-masalah yang ada. Karena ketika pulang, masalah itu tetap akan
menunggu, terkurung bersama menunggu diselesaikan. Mungkin ini lah yang
menyebabkan banyak anak-anak yang memiliki banyak masalah di dalam dirinya
memilih untuk lari, nongkrong bersama teman-teman mereka. Karena, ketika kita
berada di sekitar orang lain, yang tidak tahu atau setengah tahu tentang
masalah kita, tertawa bersama mereka, masalah-masalah yang ada di dalam kepala
kita bisa menyingkir sejenak, tersisihkan selama beberapa jam karena ada tawa
yang sedang mengisi waktu dan pikiran kita. Bersama teman-teman. Tidak
peduli apakah itu pertemanan yang baik atau pun buruk.
Dan
sejauh ini, saya mendapatkan pertemanan yang baik.
Berjalan-jalan,
melelahkan kaki karena berkeliling sana sini, mengamati di antara kerumunan
orang banyak.
Tadi,
ketika sibuk memotret untuk bahan tugas, ketika sibuk berjalan di antara
orang-orang yang berbelanja, ketika asyik menyantap makan siang, ketika asyik
melihat-lihat sepatu yang sedang disale. Ada pemandangan yang sedikit
membuat iri.
Ada
banyak anak-anak, remaja putri yang menggandengn tangan mama mereka. Asyik
memilih-milih belanjaan, digandeng berkeliling ke mana-mana, sama-sama bingung
memilih sepatu A atau sepatu B, kemeja Y atau kemeja X, mau makan di mana.
Anak-Ibu yang saling berdebat, kemudian diikuti hentakan kaki si anak,
pelototan si Ibu. Berakhir dengan si Anak yang merengek, Si Ibu yang menghela
napas lalu mengeluarkan dompet. Membayar ke penjual, ditukar dengan kemeja yang
dimaui si Anak. Si Anak tersenyum senang, kemudian bergelayut manja. Lalu
berlalu dengan senda gurau, dan memulai perdebatan yang baru.
Terkadang,
kita begitu resah ketika Ibu kita terlalu ikut campur dengan hidup kita. Entah
ketika kita masih berseragam putih-merah, atau bahkan ketika kita sudah
memiliki lingkaran hidup sendiri. Namun, ibu manakah yang akan melepaskn
anaknya begitu saja?
Saya
tidak bisa berkata banyak tentang perasaan seorang ibu, saya belum jadi seorang
ibu. Masih jauh. Saya mau jadi orang kaya dulu. Jadi saya bisa membawa Mama
saya jalan-jalan kemana pun yang saya mau, kemana pun yang Mama mau.
Tapi
rasanya harapan itu begitu jauh.
Saya
yang jauh dirantau, dan Mama yang saat ini sedang sakit.
Ada
banyak penyesalan. Rasanya berat sekali, dan juga menyesakkan kadang-kadang.
Mama sakit dan saya tidak ada di tempat untuk merawat. Hanya ada adik-adik saya
yang mendampingi Mama. Anak dan kakak macam apa saya ini?
Dulu
rasanya menyebalkan ketika Mama terlalu pemilih dan ikut campur dalam urusan
apa pun yang mau saya beli, atau kemana saya mau pergi. Namun sekarang, saya
merindukan saat-saat itu.
Saat
dipelototi ketika saya ngotot.
Saat
pintu kamar saya dipukul karena terlambat bangun.
Saat
saya diomeli karena banyak piring menumpuk di bak cuci.
Saat
saya diomeli karena cucian kotor, lantai rumah yang belum disapu,
pekerjaan-pekerjaan rumah yang belum selesai.
Saat
tanggal muda, dimana ada selembar uang seratus ribu dikasih ke saya untuk
jajan, yang ujung-ujungnya saya musnahkan di Gramedia. Buat beli novel.
Saat
dia yang mengomeli saya karena beli novel terus, bukannya beli buku pelajaran.
Lucu,
saat saya merindukannya adalah saat ketika saya dimarahi atau ketika dia
mengeluarkan uang untuk saya.
Masih
kelihatan ya, matrenya saya?
Saya
mau pulang. Saya rindu sekali. Khawatir sekali. Bagaimana keadaan Mama? Kapan
Mama sembuh? Saya lelah berada dalam ketakutan. Saya lelah takut ditinggalkan
lagi.
Sekarang
ini, saya hanya punya Mama.
Banyak
pikiran bodoh yang mondar-mandir di dalam kepala saya. Dan itu menakutkan, tak
bisa dicegah untuk tidak muncul. Mengkhawatirkan orang lain begitu menyebalkan.
Dua
hari yang lalu, Mama ulang tahun dan saya cuma bisa kasih selamat lewat SMS.
Pelitnya
saya.
Cuma
bisa kasih do'a.
Semoga
Mama cepat sembuh, sehat dan berumur panjang.
Semoga
Mama diberikan kekuatan dan kesabaran.
Semoga
Mama tidak sakit lagi.
Semoga
Mama tetap berpikir positif dan optimis.
Semoga
Mama, Alan, Nur, dan saya bisa tetap kuat menghadapi hidup.
Semoga
sakit, khawatir, takutnya kita hari ini diganti dengan bahagia esok hari.
Amin.
Selamat
berulang tahun, Ma.
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?