Kapan Saya Bisa Berjalan Santai dengan Mama?

Sunday, December 29, 2013

Happy birthday, Mom. The Queen of Our Heart

Hari ini saya ke berkunjung ke salah satu pasar dan pusat perbelanjaan di Makassar dalam hal mengobservasi, untuk tugas salah satu mata kuliah. Sekalian refreshing bersama teman-teman, meninggalkan tugas-tugas lainnya menumpuk dan nantinya akan dikerjakan semalam suntuk karena dikerja helline. Mengobservasi yang menjadi objek tugas sih hanya butuh waktu lima belas menit, namun mengobservasi apa yang menjadi 'pencuci' mata bisa sampai
berlangsung selama berjam-jam. Tanpa sadar, waktu sudah menjelang sore.

Jalan-jalan bersama teman tadi, menjadi salah satu strategi untuk melupakan sejenak masalah-masalah yang ada. Karena ketika pulang, masalah itu tetap akan menunggu, terkurung bersama menunggu diselesaikan. Mungkin ini lah yang menyebabkan banyak anak-anak yang memiliki banyak masalah di dalam dirinya memilih untuk lari, nongkrong bersama teman-teman mereka. Karena, ketika kita berada di sekitar orang lain, yang tidak tahu atau setengah tahu tentang masalah kita, tertawa bersama mereka, masalah-masalah yang ada di dalam kepala kita bisa menyingkir sejenak, tersisihkan selama beberapa jam karena ada tawa yang sedang mengisi waktu dan pikiran kita.  Bersama teman-teman. Tidak peduli apakah itu pertemanan yang baik atau pun buruk.

Dan sejauh ini, saya mendapatkan pertemanan yang baik.

Berjalan-jalan, melelahkan kaki karena berkeliling sana sini, mengamati di antara kerumunan orang banyak.

Tadi, ketika sibuk memotret untuk bahan tugas, ketika sibuk berjalan di antara orang-orang yang berbelanja, ketika asyik menyantap makan siang, ketika asyik melihat-lihat sepatu yang sedang disale. Ada pemandangan yang sedikit membuat iri.

Ada banyak anak-anak, remaja putri yang menggandengn tangan mama mereka. Asyik memilih-milih belanjaan, digandeng berkeliling ke mana-mana, sama-sama bingung memilih sepatu A atau sepatu B, kemeja Y atau kemeja X, mau makan di mana. Anak-Ibu yang saling berdebat, kemudian diikuti hentakan kaki si anak, pelototan si Ibu. Berakhir dengan si Anak yang merengek, Si Ibu yang menghela napas lalu mengeluarkan dompet. Membayar ke penjual, ditukar dengan kemeja yang dimaui si Anak. Si Anak tersenyum senang, kemudian bergelayut manja. Lalu berlalu dengan senda gurau, dan memulai perdebatan yang baru.

Terkadang, kita begitu resah ketika Ibu kita terlalu ikut campur dengan hidup kita. Entah ketika kita masih berseragam putih-merah, atau bahkan ketika kita sudah memiliki lingkaran hidup sendiri. Namun, ibu manakah yang akan melepaskn anaknya begitu saja?

Saya tidak bisa berkata banyak tentang perasaan seorang ibu, saya belum jadi seorang ibu. Masih jauh. Saya mau jadi orang kaya dulu. Jadi saya bisa membawa Mama saya jalan-jalan kemana pun yang saya mau, kemana pun yang Mama mau.

Tapi rasanya harapan itu begitu jauh.

Saya yang jauh dirantau, dan Mama yang saat ini sedang sakit.

Ada banyak penyesalan. Rasanya berat sekali, dan juga menyesakkan kadang-kadang. Mama sakit dan saya tidak ada di tempat untuk merawat. Hanya ada adik-adik saya yang mendampingi Mama. Anak dan kakak macam apa saya ini?

Dulu rasanya menyebalkan ketika Mama terlalu pemilih dan ikut campur dalam urusan apa pun yang mau saya beli, atau kemana saya mau pergi. Namun sekarang, saya merindukan saat-saat itu.

Saat dipelototi ketika saya ngotot.
Saat pintu kamar saya dipukul karena terlambat bangun.
Saat saya diomeli karena banyak piring menumpuk di bak cuci.
Saat saya diomeli karena cucian kotor, lantai rumah yang belum disapu, pekerjaan-pekerjaan rumah yang belum selesai.
Saat tanggal muda, dimana ada selembar uang seratus ribu dikasih ke saya untuk jajan, yang ujung-ujungnya saya musnahkan di Gramedia. Buat beli novel.
Saat dia yang mengomeli saya karena beli novel terus, bukannya beli buku pelajaran.

Lucu, saat saya merindukannya adalah saat ketika saya dimarahi atau ketika dia mengeluarkan uang untuk saya.
Masih kelihatan ya, matrenya saya?

Saya mau pulang. Saya rindu sekali. Khawatir sekali. Bagaimana keadaan Mama? Kapan Mama sembuh? Saya lelah berada dalam ketakutan. Saya lelah takut ditinggalkan lagi.

Sekarang ini, saya hanya punya Mama. 

Banyak pikiran bodoh yang mondar-mandir di dalam kepala saya. Dan itu menakutkan, tak bisa dicegah untuk tidak muncul. Mengkhawatirkan orang lain begitu menyebalkan.

Dua hari yang lalu, Mama ulang tahun dan saya cuma bisa kasih selamat lewat SMS.
Pelitnya saya.

Cuma bisa kasih do'a.
Semoga Mama cepat sembuh, sehat dan berumur panjang.
Semoga Mama diberikan kekuatan dan kesabaran.
Semoga Mama tidak sakit lagi.
Semoga Mama tetap berpikir positif dan optimis.
Semoga Mama, Alan, Nur, dan saya bisa tetap kuat menghadapi hidup.
Semoga sakit, khawatir, takutnya kita hari ini diganti dengan bahagia esok hari.

Amin.

Selamat berulang tahun, Ma.


No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?