The Bride y.1.uTLD

Saturday, November 22, 2014

here

Kupikir, kisah yang seperti itu hanya ada di film-film, sinetron cengeng, atau FTV saja. kisah tentang pengantin wanita yang ditingggal mati mempelai pria di hari pernikahan mereka. Namun kini, aku benar-benar melihat produk asli dari film-film romantis cengeng itu. Sosok asli mempelai wanita yang digambarkan menyedihkan dan juga...
Cantik.

Tahun pertama.
Dia datang dengan berantakan.

Itu adalah kalimat pertama yang muncul di benakku saat kulihat dia muncul di hadapanku. Malam itu, aku bertugas untuk menutup kafe. Aku tinggal membalikkan kursi dan mengangkat sapu untuk bersih-bersih ketika ia datang dengan gaun pengantin yang basah dan kotor
. Dia masuk begitu saja, tanpa mempedulikan tanda 'closed' yang terpasang di pintu. Ia mengambil duduk di samping jendela dan diam mematung di sana. Menatap kosong ke luar jendela, ke arah jalan yang sudah lenggang dan juga basah sehabis hujan. Ekor gaunnya begitu panjang dan coklat karena lumpur.  Aku yang baru saja selesai mengepel bagian tempatnya duduk dan ia mengotorinya begitu saja.
Aku kesal. Jelas aku kesal. Kedatangannya tiba-tiba, tidak tahu waktu  dan seperti hantu. begitu pikirku.
Aku langsung saja mendekatinya, hendak memintanya keluar sampai aku berdiri di sampingnya dan melihatnya begitu... rapuh dan juga menyedihkan. Kalimat permohonan agar dia meninggalkan tempat ini langsung saja kutelan kembali. Wajahnya begitu pucat dan ia  seperti memikul kesedihan penghuni bumi. Ia gemetaran. Namun aku tahu, itu bukan karena dia kedinginan.
Saat itu, aku tidak tahu apa yang merasukiku. Aku tiba-tiba saja balik badan dan mengambil cangkir, menyendokkan dan memanaskan coklat. Lima menit kemudian. Aku berjalan ke arahnya, dengan secangkir coklat dan juga selembar handuk bersih. Dalam diam, kuletakkan kedua benda itu di hadapannya. Dia tidak bergeming, matanya, mata yang cantik dan sedih itu, menatap ke arahku. Berganti ke kedua benda yang ada di mejanya. Aku diam saja, mau melempar senyum salah jadi kuputuskan berbalik dan mengambil kursi yang jaraknya cukup untuk melihatnya.
Dua puluh tujuh Desember, sepanjang malam itu aku hanya duduk diam di kafe-ku, menatap seorang pengantin wanita menangis terisak-isak.
Coklat buatanku menjadi dingin dan tak tersentuh. Namun handukku melaksanakan tugasnya dengan baik.


2 comments:

  1. Sebenarnya udah lama sa mau komen postmu yg ini, tapi ternyata gak k publish komenku rhyme hehehe.
    Perasaanku atau semakin lama tulisanmu semakin angs? lagi berangs-angs riakah hatimu sista?
    Tapi memang tulisanmu makin gereget aja rhme, request lg dong yg kayak gini...

    main ke blogku jg ye rhyme http://biancamind.blogspot.com/ yang akhirnya setelah sekian lama ta urusin jg hehehe. see you next post

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyooo baaah, akumulasi dari suasana hati dan bacaan ini....

      Ngek kampret kau di', buat blog baru ndak bilang-bilang...

      Jahat! Jahat!!!

      #KemudianDrama
      #AliandoMuncul

      Delete

Kalau menurutmu, bagaimana?