Holaaaaa!!!
Kali ini gue mau cerita tentang pengalaman gue cabut gigi. Kan beberapa hari yang lalu gue
pergi cabut gigi. Gigi geraham belakang gue yang sebelah kiri sudah hancur
parah. Dan gue pikir setelah berrtahun-tahun hidup dengan gigi yang berlubang
dan patah-patah gitu mending gue cabut aja. Karena gue udah nggak mau lagi
berhadapan dengan yang namanya sakit gigi, gusi bengkak, dan nggak bisa makan.
Pokoknya kalau sakit gigi, gue tuh jadi pesakitan banget deh pokoknya.
Gue cabut giginya di klinik gigi
anaknya Ibu kost gue. Dokternya tuh baik banget, nggak nyeremin, kadang
ngajakin ngobrol dan suka bercanda lah. Gue nunggu selama sekitar setengah jam
karena si dokter lagi ada pasien pas gue datang. Pas masuk ruang dokternya,
gila. Kalau kalian selalu merasa seram ketika masuk ruang dokter gigi, yang gue
rasain juga begitu, men. Kursinya yang ada lampunya itu udah kayak tempat
penjagalan. Alat-alatnya yang super banyak dan besi semua itu, yang mengkilap
dan runcing-runcing itu nyeremin banget. Dan ini adalah kali pertama gue datang
ke dokter gigi tanpa ditemani sama orang tua gue. Biasanya tuh Bapak atau sama
Mama. Terakhir kali ke dokter gigi sama mama pas mau cabut gigi geraham
belakang gue yang di sebelah kanan. Iya geraham belakang sebelah kanan gue udah
nggak ada, gue cabut gegara dulu juga berlubang. Gigi geraham gue udah nggak
ada ya Allahhhh!
Waktu dulu sama Mama pergi cabut
gigi, Mama tuh ikut masuk sampai ke ruang dokternya, duduk di dekat kursi
'operasinya'. Nungguin gue sambil ngetawain gue yang penakut banget. Kalian
bayangin teganya Mama gue. Tapi sekarang berhubung mereka jauh, jadi gue jalan
sendiri. Nggak sendiri sih, ditemani sama teman kost, tapi pas masuk ruang
dokternya itu sendiri.
Untungnya, ada Ibu Kost gue!
yeyyyyyyy!!!
Ibu Kost gue ikut masuk ke ruang
dokternya (kan si dokter adalah anak si Ibu Kost yeee). Gue yang penakutnya
kambuh, malah melarang Ibu Kost gue untuk keluar dan minta supaya gue
ditemenin, minta supaya Ibu Kost gue nggak jauh-jauh dari kursi 'operasi'.
Manja gue kambuh ya ampun malu-maluin banget. Tapi untungnya ibu kost gue paham
dan yeah, dia seneng-seneng aja tinggal di dekat gue. Yeeeeyyyy senangnya! Takutnya
jadi berkurang.
Sebenarnya, gue tuh ngerasa sayang buat
cabut giggi gue ini. Karena gigi geraham gue ini adalah gigi andalan yang gue
pake buat makan (ya iyalah!). Kalau makan tanpa gigi geraham tuh susah, kadang
suka sakit gusinya. Kayak sisi kanan gue yang sudah nggak punya geraham besar
lagi, jadinya jarang gue pakai sampai akhirnya mengakibatkan gigi geraham gue
yang paling pojok jadi miring ke dalam. Posisinya nggak banget dan udah susah
buat dipakai mengunyah. Jadi menyesal juga kenapa dulu gue jarang pakai sisi
mmulut yang sebelah kanan buat mengunyah. Huhuhu….
Dan dimulailah acara penjagalan gigi
geraham kiri gue yang berlubang itu.
Dokternya periksa gigi gue dulu, dan
dia bilang... bahwa gigi gue harus dicabut secara terpisah. Heeehhhh?
Kan gigi gue patah-patah dan rapuh
dan tidak berdaya (apaansih ini oiyyy!), jadi giginya harus dicabut bagian per
bagian. Mulai dari bagian yang di atas, kemudian akarnya. Waktu cabut gigi yang
biasanya cuma makan waktu 15 menitan malah jadi satu jam lebih. Gigi gue susah
banget dicabut. Dokternya tuh sampai mesti ganti alat berkali-kali, selain tang
yang umumnya dipakai buat cabut gigi. Kalau gue hitung-hitung kayaknya tuh ada
tiga sampai empat alat yang dia pakai. Gusi gue aja sampai mesti dianestesi
tiga kali, nggak mempan kalau cuma satu kali. Terus selama proses pencabutan
gigi gue itu, gue bisa dengar dengan jelas suara krek-krek-krek gigi gue yang
dipatahkan dan dicabut.
Serem?
Ya iyalah serem!
Tapi gue harap, setelah baca
postingan gue ini, kalian nggak takut ya ke dokter gigi. Meskipun gue
deskripsiinnya serem banget. Tapi selama kalian berani, nggak parno, dan punya
seseorang untuk mendampingi kalian buat cabut gigi, ya nggak apa-apa. Ini gue
serem ya karena gue emang rada-rada penakut orangnya.
Jangan takut ke dokter gigi!
Kalau kalian penakut, ya kalian
harus rawat gigi kalian dengan baik. Sikat gigi dua kali sehari, setelah
sarapan (atau kalau yang nggak sarapan ya pas mandi pagi, gila aja dah pas
mandi pagi nggak sikat gigi itu bau jigong ya ampuunnnn) dan sebelum tidur.
Jangan malas rawat gigi kalian, ya itu deh tadi minimal sikat gigi dua kali
sehari. Terus kalau ada gigi yang berlubang segera tambal, sebelum nanti
nasibnya kayak gigi gue. Keburu besar lubangnya, patah dan tak bisa bangkit
lagi.... Eh maksudnya, mesti dicabut.
Pokoknya pikiran macam lebih baik
sakit gigi daripada sakit hati itu dibuang jauh-jauh. Sakit gigi itu parah,
sadis, gila. Gusi bengkak dan bernanah, pipi bengkak, susah ngomong, nggak bisa
makan. Parah pokoknya jadi mending kalian jangan sampai sakit gigi. Hindari
sakit gigi dengan merawat gigi kalian dengan baik. Oke?
Terus….
Selama prosesi pencabutan gigi gue
itu, gue berpikir bahwa gue nggak akan bisa jadi dokter gigi. Jadi dokter gigi
itu harus sabar, nggak boleh panikan, nggak boleh penakut (Ya iyalah
Rhymeeee!!!), nggak boleh nyeremin, bisa bercanda alias nggak kelewat serius,
dan pintar menenangkan pasiennya. Sifat-sifat itu nggak gue banget. Hahahha....
Terus, gue juga mikir (itu selama
prosesi pencabutan gigi, pikiran gue melanglang buana banget). Kalau gigi
geraham gue ini, benar-benar bertahan sampai akhir di singasananya. Sebelum
dicabut aja, dia tuh mengirimkan sinyal-sinyal ngilu yang samar gitu di mulut
gue. Dan ya itu tadi, selama prosesi pencabutan dia bertahan! Dia nggak mau
hengkang dari tempatnya dengan begitu mudahnya. Dia bertahan dan mesti dicabut
bagian per bagian, Gue salut sama gigi geraham gue. Pertahanannya ckckck....
Gue nggak boleh kalah dari gigi geraham gue sendiri! Gue juga harus mampu
bertahan di dunia yang menyeramkan ini! Karena seramnya dokter gigi tidak ada
bandingannya dibanding seramnya kehidupan! Uyeeeee!!!
(Serius paragaf terakhir gila
abisss. Absurd).
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?