Maleficent 2: Mistress of Evil |
There
are a lot of things that I should post--scratch--write, but I'm too lazy to do
that (I'm so busy for sleeping). For this post, like what the tittle said, I
want to talk about the movie that I just watch. Maleficent 2: Mistress of Evil.
Its not a review, maybe this is just a random talking about Maleficent, the 'villain'
but actually not a villain.
source |
Film ini dibuka
dengan adegan yang sangat memanjakan mata, penuh bunga-bunga, hutan,
sungai, dan makhluk-makhluk magis lainnya. Singkat cerita (dan karena ndak mau
sopiler juga tentunya), cerita digiring ke isu pernikahan Princess Aurora dan
Pangeran Philip. Yang kalau mengingat film sebelumnya, mereka berdua ini sudah
saling bertemu dan jatuh cinta, tapi Princess Aurora balik dulu ke kerajaan
Moors dan memerintah di sana bersama Maleficent. Si pangeran pun melamar dan
tuan putri menerima. Seluruh warga kerajaan Moors menyambut dengan gembira
kabar bahagia dari dua anak manusia yang sudah ngebet kawin--nikah ini. But, of course dong yha Maleficent
menolak dengan keras, hellowww enak aja setelah dikhianati dan disalahpahami
sebagai penjahat, Maleficent dengan suka rela melepaskan Aurora? Uwwwww.
Bukan melepaskan juga sih yah, cuma ya masa setelah tahu manusia tuh bentukannya
kayak gimana, sifat-sifat terburuknya kayak apa terus Maleficent iya-iya saja
menyerahkan anak angkatnya (yang manusia juga) ke manusia lainnya. Duka lara
karena pernah dikhianati membuat Maleficent super duper berhati-hati.
Aurora terus saja
meyakinkan ibu angkatnya dan si Maleficent pun yah... luluh. Meskipun tidak yakin,
tapi dia yaiya saja diajak makan malam sebagai langkah awal untuk membicarakan
pernikahan dua anak muda ini, Aurora dan Philip. Dan juga ya, sebagai awal
konflik di film ini.
source |
Maleficent yang
penampilannya aneh dan meyeramkan, terpaksa harus 'membungkus' dirinya, tidak
bisa memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya ketika hendak bertemu dengan
orang-orang dari kerajaan lain. Is this
sounds familiar to you?
Like,
kita
semua punya keanehan. We have our own
weirdness in ourselves, but we often need to conceal that for the sake of
society, so other people could accept us. Because we look and act like them. We
have our own horn and wings with their beautiful colors, but we paint them in
the same color so all of us look similar and more acceptable.
Yang berkilauan memang lebih indah, uwo-oo |
And
here is the Queen, a person that soft-talked, beautiful, but arrogant, a kind of human that think other creatures not equal with
her dan
serakah (ada juga sih sedikit backstory
tentang ratu ini, tapi yha ewww I can't
relate). Di mata dia penduduk Moors itu hanyalah makhluk yang sebaiknya
dimusnahkan saja. Ya tipikal Nazi. Merasa mayoritas, merasa tinggi, merasa
punya hak terhadap orang-orang yang berbeda dengan dia. Okay, this sounds political now.
Sepanjang cerita kita
bakalan disuguhkan dengan keberadaan bangsa Fey yang terpaksa harus bersembunyi
dari opresi yang dilakukan manusia, yang bikin aku mau banget ngomel dan
marah-marah. Pengen banget ribut dan ngejitakin manusia yang ada di film ini, para peri yang ngebet banget
liat orang nikah (nah rasain kan lu, pada gatel sih ngatur-ngatur nikahan),
tuan putri yang sumbu pendek, dan juga orang-orang yang sok korban padahal
penjahat licik.
Karena, gimana yah...
I
will restate what I say before.
Just
because there are people that different, doesn't make it right for us to
oppress them. Segala prasangka muncul karena kita
melihat orang lain yang tampilannya aneh, lantas jadi membenci orang lain
tersebut. Bahkan tidak jarang, orang yang kita percaya dan kita sayangi pun,
bisa saja memberikan prasangka yang salah kepada kita.
Dan juga, dengan
begitu arogan dan ignorannya, mengabaikan hak orang lain dan common sense, merasa bahwa orang lain
tuh berhak diambil rumahnya hanya karena mereka terlihat hidup lebih baik
dibanding kita. Ya, begimana yak, kan para orang-orang sok ini yang emang suka
bikin susah diri sendiri. Susah kalau liat orang lain hidup damai dan tenang.
Tanpa memikirkan apa yang sudah dia perbuat terhadap orang lain, dengan
seenaknya merasa paling korban dan menganggap sah-sah saja melakukan
penindasan. Wagelaseh.
Selama kedua bangsa
ini berperang, aku menunggu banget si ratunya kena cakar dan mati. Setelah bikin
jengkel selama dia muncul kan ya, setidaknya muncul lah adegan dia
berdarah-darah (but, ooppss this movie is
'Semua Umur', so no overflowing blood).
Dan endingnya okelah. Kusuka. Pembalasan sempurna memang buat ratu yang arogan
dan ignoran.
Perubahan Maleficent
juga yang selama perang makin badass, Aurora dan Philip yang yha okelah. Woah
sepanjang nonton wa menganga melulu kalau Maleficent hadir. Keren beut dah, cool girl banget dianya mah! Manusia tuh emang kayak gini harusnya, kalau ditindas yha ngelawan. Setidaknya dijulidin
deh, biar ndak makan hati banget.
Well
well well, segala omelan randomku sepertinya
sudah kukeluarkan. Yang intinya adalah bahwa perang, dimana pun dan kapan
pun, selalu ada karena keserakahan dan betapa tidak pedulinnya kita terhadap
sesama.
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?