Banyak dan Sedikit

Sunday, December 8, 2019

source

Jika orang lain yang kau kejar, lantas apa arti dari seluruh percakapan ini? Jam-jam malam yang dihabiskan di telepon? Kiriman-kiriman instragram lucu berikut curahan-curahan hari yang melelahkan?
Jangan membuat bingung.

Kan sudah kubilang, jika orang lain yang ada di dalam hati dan pikiranmu, maka kejarlah sampai dapat, dan jangan lagi berbicara padaku. Sehingga tuntaslah mata rantai yang menyakitkan ini. 
Kamu memiliki banyak, sedangkan aku sedikit. Kenapa datang lagi padaku jika tidak benar-benar ingin tinggal? Kenapa datang hanya untuk membicarakan orang lain yang terus membayangi kepalamu?
Kesepian adalah hal yang menyedihkan, kau tahu itu. Sudah lama kubersamai rasa sepi ini, tapi jelas aku tidak suka dengannya. Jadi berhentilah membuat orang lain merasa sepi dengan datang-pergimu yang tidak jelas maksudnya itu. Karena kau punya banyak, sedangkan aku sedikit. 
Berhentilah meminta kawanmu berperan sebagai penyambung lidah, dia bukan Tirto Adji. Memalukan dan melelahkan bagiku, orang lain turut dibawa-bawa dalam kubangan menyedihkan ini. Kamu yang punya urusan, kawanmu yang kudera. 
Bukannya aku tidak peduli, tapi bagiku ini  sudah cukup. 
Cukup dengan yang tidak pasti.
Cukup dengan diriku yang memberi banyak perasaan.
Cukup dengan diriku yang memelihara banyak harapan.
Cukup dengan pikiran panjang "entah apakah ini  baik-baik saja untukku." setelah percakapan telepon hingga jam tiga pagi.
Cukup dengan rasa sesak di tenggorokan karena "Kamu datang menceritakan hal-hal mengusik dan menyenangkan tentang orang lain, yang meskipun diceritakan dengan nada usang tapi aku tahu kamu cuma berusaha mengingkari perasaanmu."
Hingga di pecakapan terakhir, pada satu titik yang membuatku bertanya-tanya "Rini, what's the point? ndak capek ko  kah? Berhenti mii."
Capek loh, dengan hal-hal yang tidak jelas diikuti harapan yang lucu. Lelah untuk terpaku pada omongan-omonganmu. Lelah memberitahu diri untuk terus berhati-hati agar tidak melepaskan terlalu banyak, dan ujung-ujungnya tahu kalau itu tidak bermakna.
Dari segala hal-hal melelahkan yang terjadi padaku, aku juga ingin istirahat sejenak. Aku ingin pulang ke rumah, yang meskipun kosong, tapi setidaknya membuatku tenang. Aku ingin ketika pulang ke rumah, tidak ada hati sakit yang menyambutku pulang. Aku ingin ketika aku pulang ke rumah, ada hal-hal baik yang merangkulku.
Jadi kamu berhentilah. Tidak ada janji yang belum kamu tepati, karena bagiku sudah kuanggap lunas.
Kudoakan kamu baik-baik saja dan bahagia, tuntas segala yang membuatmu sulit. 
Kamu sudah punya banyak.

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?