Apa yang Terjadi?

Thursday, December 31, 2020

 Awal Januari tahun ini untuk pertama kalinya dari sekian tahun menjadi dewasa aku main kembang api lagi. Bukan kembang api yang diarahkan dan meluncur ke langit, tapi jenis kembang api yang bisa dipegang. Niat bermain kembang api terjadi secara spontan, tiba-tiba saja ingin melakukannya. Saat temanku pulang, segera kumuncul di depan pintunya dan...

"Fi, bisa pinjam motor?"

Setelah diberikan benda suci yang bernama kunci motor itu, aku langsung ngacir cari penjual lappo-lappo.


    Awalnya aku hanya berniat melakukannya sendirian di teras kost-kostan saat itu. Tapi karena seluruh penghuni kost terlalu mager untuk keluar merayakan tahun baru, kami semua keluar dan bermain kembang api.

Sungguh, tahun baru yang semarak. Tanpa tahu apa yang akan terjadi berbulan-bulan kemudian.

Februari tahun ini, aku pergi ke konser musik pertamaku. Sebenarnya itu pensi anak SMA sih. Dan entah bagaimana aku selalu terheran-heran dengan bagaimana anak-anak SMA ini bisa menyelenggarakan acara sebesar itu, mengundang banyak penampil, dan heboh. Jadi ingat pas SMA dulu, sekolahku juga bikin pensi dan kupikir itu sudah heboh. Ternyata, anak SMA sekarang udah ngga ada obat dah. Aku paling ngebet datang di pensi ini karena mereka undang Jason Ranti. Untungnya saat itu ada Miss Kiki dan temannya Miss Kiki, Rara yang juga mau nonton pensinya. Akhirnya aku tidak merasa harus sendirian nonton pensinya, menjadi jompo di antara para tulang-tulang muda itu. Uwuwuwuuwuwu. Akhirnya gaes. Aku bisa menyanyikan lagu Variasi Pink sambil teriak-teriak heboh dan ngga ada yang peduli karena penonton lain juga ikutan nyanyi bareng dan asik! Astaga! I feel so happy because I can sing freely salah satu lagu yang kusukai!


Maret menjadi awal segalanya. Paradise in disguise or hell in disguise. Its all based on your perspective how you look at this situation. Covid-19 jadi heboh dan orang-orang pada sekolah dari rumah. Its so hectic and all the teachers learn how to do distance learning. Semuanya terjadi begitu saja. Awalnya terasa menyenangkan, ini seperti mendapatkan kesempatan untuk bersantai di tengah-tengah kehidupan 07.30-16.00 yang monoton. Menghadapi anak-anak dari balik layar selama dua jam per hari, tidak perlu pakai seragam, dan setelahnya bisa bersantai. Awalnya dipikir-pikir hanya akan berlangsung selama 1 bulan saja. Tapi ternyata.... 



April sudah mulai terjadi kelelahan batin dengan layar. Terlena dengan jadwal kerja yang fleksibel membuat jadwal tidur juga fleksibel dan semuanya menjadi serba fleksibel alias berantakan. Tidur malam menjadi tidak teratur begitu juga dengan bangun pagi. Belum lagi dengan segala stres-stres yang ada. Namun, aku jadi mengalihkan pikiranku ke hal-hal yang lain. Seperti memasak! Aku mulai belajar memasak. Awalnya aku cuma bikin kare raisu, ini semua gegara Mama Tari. Dia ajak aku makan kare raisu, dan saat itu aku jadi ngidam lagi. Mau makan di luar tidak bisa gegara Corona dan, harga kare raisu itu meholita astage alias bikin kantong kering gaes. Jadi aku belajar masak sendiri dan well, rasanya masih bisa lah ya, cukup bisa diterima oleh lidah manusia.

Mei untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku lebaran sendirian. Rasanya? Hmmm B aja (((TT.TT nangis banget))) Awalnya sih merasa bakalan kesepian tapi jadi tidak terlalu merasa sendiri karena ada teman kost yang juga tidak pulang. Terus kupikir bakalan makan mie instan di hari lebaran, tapi ada induk semang yang ternyata tidak pulang kampung juga dan akhirnya memberi makan anak domba yang tersesat ini dengan opor ayam dan ketupat. Belum lagi Miss Irfah juga datang bawa makanan. Huahahhahah. Tapi dia tidak bisa lama-lama karena masih Corona dan kita harus Social Distancing.

Juni jadi bulan yang paling berantakan astaganaga karena aku jadi menemukan sisi lain dari diriku. Yaitu... aku punya alergi lagi T.T. Aku ngga tahu gimana awalnya bisa kena, ada bintil-bintil berisi air yang muncul di jari-jari tangan kiriku. Awalnya yang diserang cuma jari manis kiri saja, tapi sepertinya aku salah menangani (yang baru kutahu belakangan), jadi merembet ke mana-mana. Aku sudah tanya kawanku yang dokter, konsultasi online, dan kawan-kawanku yang lainnya juga sudah mengingatkan agar segera ke dokter kulit. Tapi kan tapi kan, aku tidak punya BPJS, jadi saat itu kucoba obati sendiri dulu dengan melihat-lihat di Internet. Ada yang bernasib sama sepertiku, bahkan ada yang sudah menahun dan tidak sembuh sepenuhnya. Kucoba pakai krim Cinolon N, pakai kompres rivanol, kompres bawang putih. Tapi sepertinya, aku tidak cocok melakukan hal-hal itu, jadi pada suatu malam dengan keputusan yang impulsif aku kembali mengganggu teman kostku.

"Fi, bisa pinjam motor?"

Setelah sekali lagi dipercayai benda keramat itu, aku segera melaju ke dokter kulit yang lokasinya dekat dengan kost-kostan. Sebelum aku ke klinik itu aku sudah riset terlebih dahulu lewat Google Maps, melihat penilaian rang-orang yang sudah pernah berobat ke dokter itu. Semua review bilang oke, tapi sebenarnya yang bikin aku ke dokter itu karena dia punya nama depan yang sama denganku. Huahahahhaha. Sungguh penilaian yang tidak jelas.

Ujung punya ujung, ternyata bintil-bintil itu muncul karena aku stress. Stress. S-T-R-E-S-S. Dan memang sih, saat-saat itu jadi masa paling down. Kek apa yah, hmmm, aku jadi memikirkan pilihan-pilihan hidup di masa lalu yang membuat diriku berakhir seperti sekarang ini. Setelah diperiksa dan dikasih obat sama dokternya aku pulang. Tapi sampai obatnya habis beberapa minggu kemudian, sakitnya belum sembuh juga sampai akhirnya aku balik lagi ke dokternya dan dikasih obat yang lebih maknyus. Sama diperingatkan supaya jan terlalu stress. Aku cek-cek obatnya, aku cari di internet ada yang antibiotik, ada krim kortikosteroid yang memang untuk mengatasi penyakit phompolix. Tapi ada satu komposisi yang nggak bisa aku baca. Aku sudah tanya dokter Clara dan juga Dian, kawanku yang apoteker. But, they have no idea. Asumsinya Dian, itu Cimetidin, obat lambung. Kupikir-pikir aku didiagnosa stress oleh dokter, kan stress bisa ngefek ke lambung, pikiran kan lagi pusing-pusing kan ya, terus sinyal-sinyal pusing itu dibawa sampai ke lambung, mikrobiome yang ada di lambung stress, terus jadi ngga bisa kerja maksimal terus jadi sakit deh (((seriously ini apaan sih))). I even think this unknown composititon like a placebo drugs or maybe--pikiran terliarku--antidepresan dengan dosis rendah. Buuuuttt, I can not take a conclusion out of nowhere so I leave it them be unknown. Terus aku lanjut dengan riset-riset kecil-kecilku. Meskipun dokter bilang aku ngga ada pantangan makanan apa-apa, tapi tetaplah aku cari tahu ya. Jadi pasien pun kita harus proaktif dan berpikir positif gaes because

n o   s t r e s s   a l l o w e d.

Kucari tahu, ternyata sakit Phompolix tuh jangan konsumsi susu dulu kan ya. Kupikir-pikir selama sekolah di rumah tiap hari bikin kopi dalgona aku ini. I can't imagine myself berhenti minum kopi susu. Okelah. Kutidak minum kopi susu selama satu minggu. Mulai mereda. Oh ternyata penyebabnya susu gaes. Dan tanpa sengaja, I found the real culprit. Saat itu aku kan lagi mau masak-masak kan ya, bikin sapo tahu. Terus kupotong-potong lah bahan makanannya. Tak lama kemudian kurasa gatal tanganku dan malamnya jeduarrrr! Muncul lagi bintil-bintilnya, tapi kali ini di jari tangan kanan. Setelah kutelisik... oalah! Penyebab phompolix aku ini ternyata bawang putih! Hhhhh.

Jadi itulah gaes, mulai saat itu aku mikir bagaimana caranya bisa potong bawang putih tanpa harus kusentuh langsung. Sepertinya aku harus punya blender.

Juli. Errr. I don't wanna talk about it. Let's past be the past. Even if they left bad marks on my heart that hard to dibuang dan kadang diingat-ingat, sesuatu yang kalau dipikir-pikir rasanya tidak adil tapi tidak bisa berbuat apa-apa, jadi cukup dijadikan pelajaran saja bahwa memang ada hal-hal dari diri orang lain yang bisa memengaruhi hidupmu, entah kamu mau atau tidak. Jadi, kumpulkan bola-bola nagamu ehhh--bola-bola semangat maksudnya!



Agustus untuk pertama kalinya aku dikasih tanggung jawab besar. Bukan hanya aku dapat beberapa tambahan dalam pekerjaan, tapi juga dikasih tanggung jawab buat jadi ketupat di salah satu acara sekolah. Ugh, the pressure is real, but thanks god we have awesome teamwork and anak-anak pada bisa diajak kerja sama. So I can pass this month good dan yeah, beradaptasi dan bertahan gaes.

September, aku dapat kerjaan jadi guru les di salah satu rumah Al-Quran. Sungguh menjadi pengalaman baru dipanggil "Ustadzah". Hehehe.

Oktober aku lewati dengan senang hati. Aku beli buku baru, tapi bukan fiksi karena aku sadar ada banyak sekali tumpukan buku yang sudah kubuka bungkusnya tapi baru kubaca satu-dua lembar. Tahun depan, aku berencana menghabiskan semuanya. Semoga sanggup aku ya. Aku beli buku Atomic Habit karya James Clear, sebagai salah satu langkah untuk membentuk diriku yang baru .... yang bukunya baru kubaca beberapa halaman juga. Errr I know I need to be consistent, I need to work hard to get rid this bad habit, procrastination all the way hhh. 

Selain itu, di bulan Oktober yang istimewa ini aku mencoba hal baru. Yaitu.... Aku mencoba bermain ukulele! YAY! Again, I'm interested in random thing and for the first time I take a big step to learn something new, a music instrument and I choose ukulele. Aku dulu sudah pernah belajar merajut, mencoba bermain make up, belajar melukis dengan cat air, dan yeah yang terbaru belajar bermain alat musik. Aku dulu cuma bisa lihat aja orang main alat musik dengan amazing. Dan aku dulu jiper banget sama alat musik karena pas SMP ada ujian praktik Seni Budaya dan diminta main piano mini (itu tuh piano mainan anak-anak), but I can't even play the first line of Ibu Kita Kartini song. So aku pikir aku ngga punya kemampuan apa-apa dengan alat musik dan  kalau belajar juga bakalan ngga bisa lancar.

Tapi tapi tapi kemudian di masa sekarang ini, di masa dewasa ketika aku punya kerja, dan hidup sendiri dan aku punya fake freedom, why... why am I not doing things that I want? I mean, I will not hurt anybody right? Kecuali kalau aku nge-gonjreng ukulelenya dengan brutal dan nyanyi dengan fales dan tidak tahu malu sampai bikin tetangga ngelempar bata ke rumah. And I always envy people who can play instrument and sing along. I want that too, I want to play and sing along. So I buy a gift for myself, a band new ukulele. And even I'm still not good at it, I can play some songs, not the whole song, but at least I can play. Hehehe.


November rasa-rasanya menjadi bulan termager. Aku mulai capek ngapa-ngapain, jadi gampang marah, dan aku bahkan sampai izin ngga masuk les sehari karena rasanya aku ngga sanggup dan capek banget. Mau nonton drama Korea aja ngga ngangkat niatnya. Hal paling meredakan cuma ngegonjreng ukulele aja, sambil nyanyi setengah-setengah. Good decision for me ngga masuk les karena memang aku butuh banget istirahat, karena rasanya setelah ngajar online dan malamnya mau kugas lagi dengan ngajar les yang lokasi lesnya itu berkilo-kilo meter dari kost rasanya udah ngga sanggup. Yah, meskipun pada akhirnya ada rasa bersalah gegara ngga masuk les tapi ini demi rehat mental agar waras esok harinya. Ngga apa-apa hilang sekian ribu, yang utama istirahat dulu.  

Desember menjadi bulan perpisahan. Kawan-kawan lorong dua pada cabut, tinggal aku sendiri nih penghuni lorong dua sebelah kiri. They were the best part of my working life. Maybe because we are in the same age so we click more that anybody else. Mereka nyambung banget, asik diajak ngobrol, curhat-curhat bareng, saling menenangkan kalau ada apa-apa, gokil bodo-bodo kelakuannya (((baik di dalam kelas, atau pun di ruang guru, wkwkwkkw))) Hhhhh. It makes me feel good karena aku punya kesempatan buat kerja sama mereka, have the best teamwork. Mama Tari bilang kalau kamu bekerja, setidaknya kamu punya satu teman yang bisa kamu tempeli. Tapi tahun kemarin dan tahun ini aku dapat banyak teman yang bisa kutempeli. Dan sekarang mereka pada pergi. Hehehe, but I'm happy for them because they get the best things they deserve. Kasih senyum paling lebar peluk paling erat dan doa paling baik buat mereka semua. And I hope, I can have the best things for me soon.

Desember ini juga aku balik kampung dulu. Huahahahahha. Merasakan suasana kampung halaman sembari mempertimbangkan beberapa hal. Dan juga ternyata gaes, ada banyak timbunan buku yang menanti aku untuk segera dibaca gaes. Hehehhe. Entah sepertinya tumpukan buku ini sudah dari tiga-dua tahun yang lalu, yang tentunya mereka perlu kuselesaikan. Ini adalah salah satu misiku untuk tahun 2021!

Ya, mari kita harapkan yang terbaik di tahun depan.

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?