Hasil stress...
Pict from here |
The Perfect Saga
***
Saga
Cahaya memantul di kulitnya, membelai punggungnya yang telanjang tak tertutupi kain. Matanya yang sewarna bulan menatap kosong pada sisa-sisa petualangannya malam ini. Kasur yang koyak, seprai putih yang tak lagi lurus, kusut masai, menggumpal dan ada bercak-bercak merah berbau anyir di tengahnya. Matanya menanjak naik pada kepala tempat tidur yang sewarna saga dan pekat, lalu turun ke lantai marmer yang bagaikan dilukis halus jalinan-jalinannya.
Baju yang kancingnya terlepas, jeans yang robek, dan selimut yang tak sengaja terlempar menutupi sofa beludru yang menjadi salah satu saksi bisu kejadian malam ini. Lagi-lagi mata itu bergulir tajam, terhenti pada pintu berwarna keabu-abuan dengan kenop yang mengkilap.
Hasratnya kembali naik. Pelan ia langkahkan kakinya di antara serakan potongan-potongan yang sudah ia koyak. Terhampar acak berserakan.
Kaki. Betis. Paha. Lengan. Tangan. Selangkangan. Anyir yang menggenang dan meninggalkan bercak-bercaknya di dinding.
Ia ketuk pintu yang dingin itu.
"Naruto-kun, sudah selesai?"
Gema suaranya berganti hening, lalu pecah oleh derit pintu besi. Senyumnya merekah, sebelum akhirnya ia terjun bergabung bersama Sang Kekasih yang lebih dulu menyelami pekatnya merah. Membaui anyir.
Bulan menggantung indah. Malam terkunci bersama sunyi.
***
Sempurna
Aku akan memberikan semua yang kumiliki kepadamu. Semua. Semuanya. Dari ujung kaki sampai ujung kepala akan kuberikan kepadamu, sebagai bukti bahwa aku telah merelakan Naruto untuk kau miliki. Tapi selalu kau tolak dengan perasaan yang tak enak, padahal aku ikhlas memberikannya padamu. Aku ikhlas, karena kamu adalah sumber kebahagian dari dia yang kucintai.
Aku rela memberikan semuanya kepadamu. Semua. Semuanya. Agar kau tak pernah merasa kekurangan setiap kali berada di sampingnya, atau agar kau tak selalu merendahkan dirimu di hadapannya. Karena aku tahu, dia paling benci dengan kerendahdirian dan paling menyukai rasa percaya diri. Aku akan memberikanmu suaraku agar kau selalu bisa mendendangkan lagu untuknya, akan kuberikan bibirku sehingga ia tak perlu lagi mengecup pahit bibirmu, akan kuberikan mataku, hidungku, pipiku, tanganku, dadaku, pahaku, kakiku, jemariku, kuku bahkan helaian rambutku untukmu. Agar kau tak perlu lagi merasa tak sempurna dengan dirimu yang sekarang karena aku akan menyempurnakanmu.
"Biar kupasangkan ini untukmu," kataku pelan. Meski pun hatiku serasa diremas-remas, dan harga diriku yang terhempas karena tetap nekat menghadiri hari bahagiamu bersamanya.
Ah, jangan menatapku dengan pandangan seperti itu. Aku ikhlas memberikan ini padamu sebagai hadiah dari hari bahagiamu. Tolonglah, izinkan aku memakaikannya untukmu.
Kau hanya diam menatapku dengan mata yang indah itu, mata yang membuat sosok yang kucintai enggan mengalihkan pandangannya. Tak apa, aku ikhlas.
"Hei, apa kalian sudah selesai bersiap-siap? Upacara pernikahannya akan segera dimulai." Suara ketukan pintu diiringi seruan menggema begitu aku menyentuh lehermu, hendak memasangkan hadiahku yang pasti terlihat cantik ketika kau pakai.
"Aaaa, be—belum. Ssse... sebentar lagi selesai." jawabku tergesa-gesa. Ah sial, tanganku gemetaran menjahit lehermu. Semoga gemetar ini hilang karena masih ada lidahku yang perlu kusambung di dalam mulutmu.
***
Well guys! Here I come again...
Semingu yang lalu, para NHL sudah merayakan yang namanya event NHTD 3rd Year. Sumpah dari tiga event NaruHina, sudah event ini yang bikin gue stress berat. Shit banget, tahu nggak sih lo. Gue frustasi bikin fanfic yang kayaknya gak gue banget gitu... Gue keluar dari zona nyaman gue. Sok berani gitu ngambil tema kanker, pernikahan, rate M... resikonya tinggi banget buat gue yang gak bisa serius. menulis kisah itu, benar-benar menyakitkan buat gue. Dan hasil yang gue terima... well... gak tahu deh gimana, parah banget. Cengeng gitu ceritanya.
Nah, pas gue nulis fanfic 'Melepasmu'. Konsentrasi gue selalu aja terpecah. Terlebih lagi, karena ada pengunguman SNMPTN, yang bikin gue gak bisa melanjutkan menulis fanfic selama dua hari. Makanya waktu apdethnya itu telat. Dan, selama menulis fanfic dengan dua chapter itu gue malah menghasilkan dua ficlet yang gak jelas banget apa isinya. Hasil stress, yang stress abiieezzz.
And, that's it...Ini lah hasilnya, rate M keempat yang tercipta dan kedua yang berhasil dipublikasikan. See? Stress kan? Gaje abiezzz... iuwwww....
astradaaaaa....
ReplyDelete*spechless*
waktu pertama kali lihat ficmu yang rated M sa langsung mikir "betul ji ka ini Rhyme?"
tapi ficmu itu T.O.P, bagus banget XD
kadar psycomu meninggi ya? *lirik-lirik posting di atas*
nb :congrats for kelulusan snmptnnya *bahasa gado-gado*
Jangan mhy ko spikless... hasil frustasi betul ini pwa...
ReplyDeletemana mhy hellline (baca : deadline) sudah di depan mata, belum lagi euphorianya SNMPTN, buuuu... stress pwa...
bukan mhy psycho ini... neneknya mhy psycho... sa takut baca pwa...
xixixi, you too sister... met jadi bu dokter hewan, wakakkaka...
Daripada NHTD lebih pas buat NHDD deh Rhy.
ReplyDeleteMaenannya darah euyy..XD
wkwkwk...
ReplyDeletethanks too ibu guru ^__^