Rhyme A. Black
PresenT
A NaruHina Fanfiction
Naruto belongs to Masashi Khisimoto-sensei.
WARNING : always, OOC. OOC. OOC. AU.
WARNING : always, OOC. OOC. OOC. AU.
Hope You Enjoy It!! ^_^
Pict from here |
how I can tell, I love you?
~OoO~
Malam itu langit begitu tenang dengan sinar bulan sabit yang keperakan. Kita duduk-duduk berdua di teras belakang rumahku. Seperti malam-malam minggu sebelum-sebelumnya, selalu kita habiskan berdua. Kadang kita keluar dan mengelilingi kota lalu pulang larut malam, namun kadang kala kita hanya duduk mendiami bulan. Seperti malam ini. Kita melakukan salah satu ritual persahabatan kita. Kamu dengan gitar dan senandung lirihmu, sedangkan aku hanya diam sembari sesekali memejamkan mata. Meresapi bau angin dan menikmati suara-suara yang ditawarkan alam pada malam ini. Pula menikmati kehadiranmu di sisiku.
Banyak hal yang telah kita lakukan bersama-sama. Namun aku selalu menikmati yang satu ini. Di mana hanya ada kita dan keheningan yang merajai. Lalu perlahan-lahan, seperti gerbang besi yang membuka dan suaramu adalah anak kuncinya, hatiku pun terbuka. Mengalirkan desir-desir aneh namun menyenangkan, pula detak-detak yang terasa begitu nikmat.
Cause I was born...
to tell you I love you...
And I am torn to do what I have to
To make you mine
Stay with me tonight
Lantunan nada Your Call yang menjadi lagu pembukamu malam ini. Suaramu menenangkanku. Satu lagu kamu tuntaskan lalu suara nada yang acak yang kamu mainkan mengisi sepi.
"Hime..."
"Hmm?"
Kamu kembali memainkan gitarmu. Lantunan akustik lagu When I See Your Smile menyela.
"Apa kamu pernah... ada rasa... gitu, sama seseorang?"
"Ma... maksud Naru-kun apa?"
"Errr, kayak apa ya? kamu suka-suka gitu."
"Jatuh cinta?"
Kepalamu mengangguk penuh semangat dan jempol tangan kananmu mengacung mengiyakan tebakanku.
Cinta. Ini topik yang tidak pernah kita bahas dalam setiap malam minggu kita. Ini pula yang selalu aku hindari sekaligusdan di satu sisi ingin aku bahas denganmu. Ada apa sampai kamu menyinggung topik yang begitu sensitif bagiku? Jangan katakan kalau kamu sedang jatuh cinta.
"Memangnya kenapa?" tanyaku lagi, mengindahkan raungan keras di dalam perutku.
Gitarmu memecah hening. Entah itu kau lakukan karena memang ingin atau hanya untuk menutupi gugupmu yang begitu kentara.
"Aku nggak tahu perasaan apa ini, Hime. Tapi, kayaknya... aku lagi ada rasa sama seseorang."
Pengakuanmu menjadi palu godam. Kata-katamu menjadi sembilu yang menorehkan luka di hatiku. Dan pertanyaanku menjadi garam yang melengkapi kepedihan ini.
"Si...siapa?"
"Seseorang."
Kamu tidak mungkin jatuh cinta kepada yang bukan manusia, Naru-kun. rutukku dalam hati.
"Dia satu sekolah dengan kita, dia juga udah deket banget sama aku." lanjutmu lagi, menoreh luka. Sia-sia aku buka sedikit perasaanku, sia-sia.
"Aku kenal nggak?"
"Yap!"
kamu meng-genjreng gitarmu. dan suaraku tertahan di tenggorokan.
Bisa jadi dia yang beberapa bulan terakhir in dekat denganmu. Dia yang cantik, menarik, pintar, dan sesuai dengan tipemu. Punya mata yang indah.
"Jadi gimana, kamu mau mengutarakannya?"
Ini bunuh diri.
"Kalau Hime setuju, iya. Aku bakalan bilang perasaanku padanya."
Aku tercekat. Binar matamu begitu cerah, berbeda dengan pandanganku yang kini begitu panas. Kamu tersenyum hangat, lalu memandangi bulan yang ada di atas sana.
"Dia cantik banget, Hime. Kayak Dewi Bulan..."
"Kalau Naru-kun yakin. Maka Naru-kun harus mengutarakannya."
Kataku, seiring dengan hati yang aku pecahkan. Hatiku sendiri.
~OoO~
Menangisimu semalaman menjadi satu-satunya yang bisa aku lakukan setelah kepulanganmu. Menangisi hati yang telah menjadi serpihan. Menangisi perasaan ini. Menangisi persahabatan kita. Menangisi diriku.
Aku merasa diriku benar-benar menyedihkan. Kamu begitu dekat dengan diriku namun aku tak pernah bisa meraihmu. jarak tak kasat mata membentang di antara kita. Menyiksa diriku yang hanya bisa memandangimu.
Rasa ini menjadi siksaan yang paling menyenangkan. Dan dengan bodohnya aku larut di dalamnya. Untuk pertama kalinya aku menyesal menjadi sahabatmu, Naru-kun. Aku menyesal karena persahabatan kita begitu membatasi gerakku. Persahabatan ini mempermainkanku.
Aku benci persahabatan ini, Naru-kun. Aku benci. Aku benci menjadi sahabatmu. Aku bahkan membenci kata yang kerap kali keluar dari bibirmu.
"Kamu kan sahabat aku yang paling baik, Hime-chan."
Dulu kata itu membuatku tersenyum. Dan kini aku menangis karenanya. Sekarang baru kamu mengatakannya. Kamu menyukai seseorang dan aku tahu seeorang itu bukan aku.
Lantas sekarang apa?
Melupakanmu sama sulitnya seperti mengubah bunga matahari untuk tidak merunduk mengikuti matahari.
Bagaimana, Naru-kun?
Bagaimana caranya untuk melupakanmu?
Bagai...
...mana?
~O0O~
Please, let me know how. So, I can tell you every day. I love you...
jleb-jleb *mati*
ReplyDelete*bangkit lagi* masih ada harapan! *berapi-api*
lanjut-lanjut! *demo depan rumah rhime* *ditendang*
weeee... Belum apa-apa sudah demo mhy... ==' *wakakakkak*
DeleteIueeeehhh... Gak sabar nunggu kelanjutannya Rhy.
ReplyDeleteTapi Naru suka siapa? Jangan bilang bukan Hinata? #ngacungin katana.
O-em-ji, Rhy... Pengen tau perasaannya Narutonya sihh..
ditunggu ya? *nyibak poni #bangga #taboked
Deletebakalan aku kerjain nihhh lanjutannya! Beneran ditunggu yaa, semoga kelanjutannya gak membosankan nanti... Hohoho...
Hmm... Perasaannya Naruto itu... Kayaknya udah ketahuan deh, tapi...
wuih, keren! Gk sabar nunggu lanjutannya :* :*
ReplyDeletethanks, abang Daniii!! Just wait, okeee?!! XD
Delete