[PoH] Too Late

Wednesday, January 30, 2013



Rhyme A. Black
PresenT
A NaruHina Fanfiction
Naruto itu punya Masashi Khishimoto-sensei (yang hobi banget bikin galau fans-fansnya) #taboked #nuntutNaruHina
Warning : OOC. OOC. OOC.AU. Galau-mendayu-dayu-kampret-bertele-tele.
Hope you enjoy this story!  :D
From here

“Hari ini ku akan menyatakan cinta, nyatakan cinta
Aku tak mau menunggu terlalu lama, terlalu lama” 
Vierra - Terlalu Lama

 ~oOo~

Sedari tadi, kamu terus-menerus tersenyum bahagia. Aneh dan terkesan mirip orang gila menurutku. Sekali-kali kamu bersenandung riang, bergerak kikuk ketika kau menatapku, lalu tertawa-tawa sendiri. Kau terlihat begitu bahagia hari ini. Meskipun aku tidak tahu apa yang membuatmu bahagia, tapi aku pun turut tersenyuum bersamamu.

“Hime…”

“Hm?” balasku terhadap panggilanmu, sedikit gugup menatap wajahmu yang begitu cerah hari ini.

Kamu menggeleng cepat-cepat, “bukan apa-apa.”

“Kau kenapa, Naru-kun?” tanyaku heran. Kamu begitu aneh hari ini.

Kau mengabaikan pertanyaanku, malah bersenandung bahagia sembari meletakkan kedua tanganmu di belakang kepalamu. Kau menoleh menatapku yang mencoba mensejajarkan diri dengan langkah kakimu yang panjang, kau sedikit melambat. Lagi, kau tersenyum.

Andaikan aku bisa seperti ini selamanya denganmu, tanpa ada rasa takut kehilangan dirimu meski ada rasa yang harus aku sembunyikan di  sudut hatiku. Andaikan tidak ada orang lain. Hanya kau dan aku.

“Ne, Hime” panggilmu ketika kita memasuki gerbang sekolah, “pas jam istirahat sebentar, tunggu aku di kelasmu ya.”

“Kenapa?” tanyaku, akhir-akhir ini kau sering kali membuatku penasaran.

“Tunggu saja aku, ya!” katamu, lalu berlari-lari kecil meningggalkanku yang masih saja heran terhadap sikapmu.

Sepeninggalanmu, aku hanya mampu menghela napas, berat. Selalu seperti ini, sejak kejadian di kantin seminggu yang lalu. Akhir-akhir ini hatiku tidak pernah tenang, terusik denganmu yang kini terlihat menyembunyikan sesuatu dariku. Aku lebih dari sekedar sadar untuk tahu bahwa tidak mungkin diriku mampu memilikimu, memilikimu lebih dari sekedar sahabat. Melepaskanmu membuatku serba salah. Sekuat apa pun aku berusaha, bayangan dirimu selalu saja hadir di dalam kepalaku. Begitu mustahil untukku, karena kehadiranmu yang selalu ada di sampingku.

“Hinataaa!! Sadarlah! Dia sudah menyukai gadis  lain!!!” aku mengingatkan diriku sendiri.

Mulai sekarang, aku harus mampu menghapus perasaan ini. Aku harus mampu untuk tidak mencintaimu lagi…

~0O0~

Jantungku berdebar kencang.

Entah mengapa suasana di dalam kelas jadi agak sedikit berbeda. Biasanya, saat jam istirahat, belum cukup satu langkah guru meninggalkan ruang kelas, teman-temanku berbondong-bondong menuju kantin. Namun saat ini mereka hanya tinggal duduk di bangku mereka masing-masing. Bukan berarti teman-temanku harus ke kantin kalau jam istirahat, hanya saja ini tidak biasa. Bukan tidak bisa, hanya tidak biasa.

Aku hendak membereskan buku-bukuku dan beranjak menuju kantin, sebelum tiba-tiba aku teringat pesan Naru-kun tadi pagi sebelum aku berpisah dengannya di koridor sekolah. Sembari bertopang dagu, aku duduk menunggunya.

Tak lama, dari arah luar kelas terdengar kegaduhan, beberapa orang dari dalam kelaskku melongok berkerumun di depan pintu.

"A—ada apa Ino-chan?" tanyaku pada Ino yang berada paling dekat dengan posisiku sekarang.

Ia tersenyum simpul, mengangkat bahu. "Nanti kau akan tahu sendiri."

Hah, hal ini malah membuatku makin penasaran. Aku beranjak dari tempat dudukku untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tangan Ino menahan langkahku. Aku menatapnya heran, dan dia hanya memberikanku tatapan yang seolah-olah berkata 'tunggu saja'.

Tatapan mata Ino tiba-tiba saja membuatku gusar, genggamannya terlepas saat ia merasakan tanganku gemetaran, lalu bergantian mengusap punggungku. Bibirnya mengulas senyum, mencoba menenangkanku. Ia seakan-akan ia apa yang kupikirkan.

Apa ini... kamu?

Tentang apa yang tadi  kamu ucapkan, membuatku sedikit berharap.

Gusar ini tergantikan menjadi rasa berdebar-debar. Seakan-akan seluruh aliran darahku melambat. Harapan itu muncul lagi, berselang-seling dengan gelisah. Entah mengapa aku benar-benar mengharapkan ada kamu di luar sana, di balik pintu kelasku yang dikerumuni teman-temanku. Asa itu datang, membuat sugesti dalam kepalaku sendiri. Kamu masuk ke kelasku, membawa seikat bunga, mendekat ke arahku, tersenyum padaku, berlutut di hadapanku, dan—

Aish! kenapa khayalanku malah ke mana-mana?

"He Hinata, apa yang sedang kau pikirkan hah?" suara Ino sedikit menyentakku, sekarang ia tengah menyerigai menatapku.

"Tid-tidak ada," sanggahku, kembali ke tempat dudukku yang tepat di belakangnya.

Ia berbalik cepat, tatapan matanya usil kepadaku. Aku cepat-cepat menunduk, malu memperlihatkan wajahku yang memerah total gara—gara khayalanku tadi kepadanya.

"Tenang saja," katanya. "apa yang terjadi sebentar akan membuatmu bahagia."

Aku mengangkat kepalaku dan melihat senyum sahabat di wajahnya. Meskipun usil dan terkadang suka sekali mengurusi urusan orang lain, dia benar-benar sahabat yang bisa diandalkan. Aku mengangguk pelan, balas tersenyum kepadanya.

Tiba-tiba saja kerumunan yang ada di depan pintu tersibak, dan seseorang yang membawa sebuket besar mawar merah berjalan ke arahku. jantungku berontak, kurasakan pipiku mulai memanas karena menjadi pusat perhatian saat ini. Orang itu berhenti tepat selangkah di depanku, buket besar itu menutupi wajahnya. Membuatku penasaran.

Tangan yang memegang buket itu mengerat. Aku kaku saat wajah di balik buket itu muncul.

"Hinata-san..."

Ini... bukan kamu.

Kakak kelas yang berkacamata itu, Yakushi-senpai.

Matanya menatap tajm ke arahku. Hatiku mencelos kecewa, kecewa pada kenyataan yang datang. kecewa, bukan kau yang ada di sini.

Yakushi-senpai menunduk, genggaman pada buketnya makin mengerat, sementara aku semakin gelisah dengan apa yang akan ia katakan.

"Hinata-san, aku... aku menyukaimu. Kamu mau... jadi pacarku?" mantap kata-kata itu keluar dari bibir Yakushi-senpi diiringi riuh-kicau teman-temanku menggoda diriku. Sebagian besar dari mereka malah sudah berterik 'terima! terima!'

Apa yang terjadi saat ini seakan-akan mendesakku, sorak-sorakan itu, keringat yang membasahi tanganku, tatapan pengharapan Yakushi-senpai...

Aku mengedarkan pandanganku berkeliling, Semua teman-temanku tampak antusias menunggu jawabanku. Perasaan ini mulai bimbang. Aku hanya menganggap Yakushi-senpai sebagai seorang kakak, tidak lebih. Tapi ia ada di sini, menawarkan sesuatu yang begitu kuharap darimu. Aku masih, masih mengharapkanmu. Berharap kau yang berdiri di sini sekali pun itu mustahil bagiku. Karena aku tahu, kamu punya orang lain. Seseorang yang menempati hatimu.

Aku benar-benar bimbang.

Hatiku mencelos saat aku menemukanmu berdiri di depan pintu kelasku, di antara teman-temanku yang lain. Mataku dan matamu saling berirobok dalam satu pandangan. Ada satu rasa yang tak dapat kuungkapkan saat menatapmu. Pandanganku  berubah sesaat ketika menyadari kau menatapku begitu tajam. Bahkan, dalam keadaan yang seperti ini pun kamu mampu mengambil semua fokusku. Tatapanmu membuatku lupa akan posisiku.

Menatapmu membuatku berpikir dengan keadaanku yang sekarang. Harus kuapakan perasaan ini?

"Hinata-san? bagaimana...?" panggilan Yakushi-senpai menyadarkanku kembali. Kutatap wajahnya yang gugup dan penuh pengharapan. Aku bergerak kikuk, bimbang masih menguasai hatiku.

Haruskah aku tetap bertahan dengan perasaan ini?

Atau, memulai langkah yang baru?

Ketika perasaan ini tak lagi berbalas, ketika kau telah memiliki seseorang di hatimu. Maka, harus aku apakan perasaan ini?

"Yy—Yakushi...ssenpai..." aku mengangkat kepalaku, kepalan tanganku makin berkeringat. Kelas tiba-tiba saja menjadi sepi, seolah tegang menunggu jawabanku. "Aku... aku... mmau. aku mau jadi pacar Yakushi-senpai." ujarku mantap.

Yakushi-senpai tersenyum lebar mendengar jawabanku, meskipun aku bisa melihat kikuk geraknya. Aku berusaha mengatur napasku, meyakinkan diri ahwa keputusan ini adalah keputusan yang tepat. Teman-temanku kembali membuat riuh kelas, dengan norak beberapa dari mereka menyalami Yakushi-senpai sementara yang lainnya mengerubungiku, mengucapkan selamat.

Tanpa sengaja, aku menatap dirimu lagi.

Kau hanya diam menatapku, dengan wajah yang tanpa ekspresi sedikit pun. Namun, ada sesuatu di matamu. Kau tidak pernah memandangku dengan pandangan seperti itu.

Kamu berbalik, tanpa mendekat, berkata-kata padaku atau bahkan sekedar mengulas senyum.

Kamu pergi.

Dan sekali lagi, aku hanya mampu menatap punggungmu.

~oOo~ 

“Sayangnya, aku terlambat.”

oOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOoOo
Lama sekali ya baru di-apdeth? Dari tahun 2012 sampe 2013.... Satu tahun coy... #plak
Galau berat, sumpah! Ini cerita udah gak jelas ujungnya nanti gimana.T.T
Hope this story can make you pleasant... :D
#pasrah banget sama nih cerita


6 comments:

  1. haiiiiiiiiiii Rhy-chaan ,, kamu telat ,, terlambat sangaaaat hihi ..

    aah sedihnya baca fict kamu yang ini ,, knapa hinata mesti terima kabutoo sih?? >_<

    ReplyDelete
  2. mee' chan.. lagi.. keren...

    likee likee daahh. :D

    ReplyDelete
  3. @Angel-neechan : Ha'i! Arigatou gozaimazu, neechan!
    Huweee, ternyata masih aa yang mau nungguin ini cerita.
    Hehehehe :D

    Hmmm, emang gitu tuh si Hinata, lagi galau sih... #plak #emang yang bikin nih cerita siapa

    @Dirah : Sippp, doa kan saja semoa nak atang malasku... hohoho

    ReplyDelete
  4. kasian naruto, padahal kelihatannya akan ada sesuatu yg terjadi wkt naruto nyuruh hinata nunggu....

    kenapa kabuto harus muncul? kenapa!! *nunjuk-nunjuk rhyme *ditabok

    ReplyDelete
  5. kenapa hinata nerima aja sih.. >.<

    o ya mau nanya 'berirobok' apaan? ._.

    ReplyDelete
  6. @Bibibi : apa ya, yang ingin Naru-kun katakan? wkwkwkwk...

    @Sukma-neechan : Hinata kan pengen punya pacar juga nee... pengen ngerasain punya seseorang yang bisa dimiliki... hohoho...

    uppppss! that's misstype. Harusnya bersirobok... hehehe, ntu artinya kayak 'berpapasan' lah...

    ReplyDelete

Kalau menurutmu, bagaimana?