Rhyme A. Black
PresenT
A NaruHina Fanfiction
Senyum dan Genggaman yang Jatuh Cinta
WARNING
: OOC. OOC. OOC. Romance kurang jelas. AU.
Naruto always and always belongs to Masashi Khisimoto-sensei
~0O0~
Gadis berambut biru tua itu tersentak sehabis melakukan service. Entah, mungkin tangannya
salah urat, terkilir atau apalah ketika memukul bola Volly tadi.
Jelasnya, kini bagian atas telapak tangannya berdenyut-denyut, memerah dan
terasa perih. Di tengah lapangan, teman-teman setimnya berebut memukul bola,
sementara ia masih berada di belakang garis service. Mengibas-ngibas,
menekan-nekan, memijit bagian telapak tangannya yang nyeri, namun rasa itu tak
kunjung mereda. Malahan denyutannya makin parah, membuatnya sedikit
membungkukkan badan guna meredam sakitnya.
Ia tidak
menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengawasi gerak-geriknya.
Tiba-tiba
saja, Guru Olahraga yang saat itu sedang menjadi wasit pertandingan meniup
peluitnya, membuat pertandingan yang sedang seru-serunya terhenti.
"Oii, ada
apa Hyuuga-san?"
Si gadis yang dipanggil sontak menoleh pada suara yang memanggilknya. "Aa—ano...
ta—tanganku..."
"Tanganmu
kenapa, Hinata-chan?" Pemuda pirang itu sudah ada di dekatnya, tepat
berdiri di sampingnya.
"Mu—mungkin
keseleo, Nnnaa... Naruto-kun." Cepat-cepat ia menundukkan kepalanya,
berada di samping pemuda ini membuatnya merasa tak karuan.
"Sensei,
tangannya keseleo!" teriak pemuda yang dipanggil Naruto-kun itu kepada
Guru berambut ala John Lennon yang sedang berdiri di dekat tiang net.
"Oh,
sebaiknya kau beristirahan dulu Hyuuga-san. Hei kau, Yamanaka-san silakan ganti
posisi Hyuuga-san." perintah guru itu cepat. Setelahnya seorang gadis
berambut pirang panjang yang dikuncir satu memasuki lapangan menggantikan
posisi Hinata. Sementara itu, Naruto tanpa izin langsung saja menarik tangan
Hinata dan membawanya ke pinggir lapangan yang diteduhi pepohonan.
"Sini
coba kulihat tanganmu." Naruto meneliti telapak kanan Hinata, kemudian
memijat bagian di antara jempol dan jari telunjuk yang tampak memerah.
Serta
merta, rasa perih yang tadi ada di telapak tangan Hinata berganti dengan
gelenyar aneh pada titik yang disentuh oleh Naruto. Lalu gelenyar itu berganti
hangat, memercik dan menyusupi nadi-nadinya dan merambat ke jantung.
Menciptakan debaran aneh dan semburat merah muda di pipinya.
Naruto
tidak menyadari perubahan yang terjadi pada Hinata. Tangannya dengan luwes
memijat telapak tangan gadis berambut panjang itu, berusaha sebaik mungkin
menyembuhkan keseleonya—atau dalam hal ini, berusaha sebaik mungkin
memanfaatkan kesempatan yang tidak datang dua kali padanya. Untuk berduaan
dengan gadis pemalu itu.
Detik-detik
melawati mereka dengan diam. Hinata terbawa dalam gelenyar hangat di telapak
tangannya, sementara pemuda berambut pirang itu sibuk berkonsentrasi pada
tangan yangsedang ia pijat—juga pada raungan aneh di perutnya.
Naruto
menekan sedikit pada sela jari jempol Hinata. Lalu menanyakan keadaan gadis itu. "Bagaimana, sudah
mending...ngan?" Namun suku kata terakhir dari kalimatnya sedikit
tersendat kala ia mengangkat wajahnya dan mendapati Hinata tengah menatapnya
dengan wajah yang merona merah.
Rasio
detak jantungnya meningkat tiba-tiba, membuat pijatannya terhenti dan berubah
menjadi genggaman.
Ini adalah
kali kesekian, dimana mata sewarna bulan itu kembali menarik seluruh
perhatiannya. Kini ia bisa menatap manik bening itu dengan jarak yang begitu
dekat, merasai sendiri bagaimana misteriusnya mata itu hanya dengan jarak
beberapa belas senti. Mengingat bahwa selama ini dia tidak pernah bisa
berdekatan dengan Hinata.
Dan senyum
itu. Senyum yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Senyum yang bukan senyum
terpaksa atau pun senyum yang sarat akan kecemasan. Melainkan sebuah senyum
tulus yang berasa dari dalam hati. Semakin lama ia pandangi, semakin bertambah
gedoran di rongga dadanya.
Lama
mereka saling menatap. Saling terpana pada masing-masing raut wajah yang
menunjukkan keterpesonaan.
Waktu
rasanya berhenti berdetak, dan materi di sekeliling mereka seolah lepas
menapak, absen satu persatu dan membiarkan sepasang anak manusia itu larut pada
kebersamaan yang menyepikan mereka namun terasa begitu menyenangkan.
Mereka
tidak menyadari, bahwa permainan volly berhenti karena mereka.
Bagi siswa
kelas XI-A yang sedang berada di lapangan volly, dua sosok di tepi lapangan itu
hanyalah sepasang orang bodoh yang sedang jatuh cinta.
1...
...2
...3
"CIEEEE
CIEEEEE YANG PEGANGAN TANGAAAANNN!!!"
"MODUSSS!!!"
“NJRITTT!!
JADIAN AJA LO BERDUA!”
Ada kejut.
Lalu kesadaran yang datang tiba-tiba.
Namun
bukannya malu dan menarik tangan mereka masing-masing, genggaman Naruto pada
Hinata semakin mengerat. Dan Hinata tersenyum karenanya.
~0O0~
"When I see You I fell in love with you, and you smile because you knew it"-Arrigo Boito-
-just End-
Rangka cerita ditulis saat sedang kuliah
Bahasa Indonesia, disela membaca The
Night Circus dan pikiran yang mengawang ke Tuan Matahari dan Nona Kelabu.
Bukannya belajar malah ngetik fict, durhaka
saia jadi mahasiswa. Hihihi.
Guys, Thanks for read. Ini adalah kisah saya
untuk NaruHina lagi.
See You NHLicious! :D
ps: buat gambar di atas, ada yang tahu itu tangan siapa sama tangan siapa? hihihi :p
ps: buat gambar di atas, ada yang tahu itu tangan siapa sama tangan siapa? hihihi :p
Aduh, kisah kasih di sekolah. XD
ReplyDeleteBuat lagi dong, Rhy. :p
Ampun dah! Daripada bosan dengerin dosen 'curhat', mending bikin cerita NH. Whahaha *hasutan peri*
Hehehe, first, thanks yoo udah mampir...
DeleteWekekeek... iya-iya... Ini pun juga ide ceritanya datang pas lagi nyuri-nyuri baca buku pas lagi belajar.
Just waiting for the next story. Huahohuho :D
dasaaarrr. mahasiswa kundang. :D
ReplyDeletesering" moo lagii bikin postingan mee' :P
Wekekekek....
Deleteiyaaapp! Doa kan saja semoga ide lancar :D
sweet fluffy and touchy :D
ReplyDeleteaku suka naruhina emang, tapi sasuhina aku cinta banget #jduar.
keep writing, ne? :)
Hehehhe, thankie's :D
DeleteYaaappp yappp!! Keep writing juga yap, kamu... Hohoho <3