Source |
Haloooooo....
Guys, udah berapa hari ini gue nggak
posting lagi? Hohoho....
Harusnya tuh hari ini gue udah
ngepost dua postingan, satu tentang kamar mandi dan satu flashfiction, but gue
kena distraksi saat menulis dan sepanjang hari ini gue dengar lagu galaunya
Fiersa Besari yang berjudul Waktu yang Salah. Gara-gara si Anggi nih, jadinya
gue dengerin terus tuh lagu dan ujung-ujungnya jadi baper. Hadehhhh.
But,
let's forget about the posts that not yet come and galau song, now we will talk
about a movie that I already wacthed.
Jadi gue tadi barusan habis nonton
film animasi Inside Out yang gue
peroleh secara illegal *I'm sorry, but I
can't help*. Gue tahu film animasi ini mungkin pas baca suatu artikel film
terus tadi gue lihat gambar posternya di suatu web, gue samar-samar ingat kalau
film ini bercerita tentang emosi-emosi yang hidup di dalam kepala kita.
Emosi-emosi ini lah yang mengatur apa-apa saja yang 'kita' rasakan seharian
penuh. Gue agak-agak nggak ngeh juga sih awal ceritanya ini tentang apa tapi
lama-lama sampai akhir gue ngeh juga. #ApaanSih
Nah, mungkin gue nggak bakalan tulis
review gue tentang film ini, kalau review mah udah banyak di luar sana. Gue
mungkin akan lebih membagi pengalaman gue setelah nonton film ini. Jadi film
ini bercerita tentang emosi-emosi yang berada di dalam kepala seorang anak yang
bernama Riley. Emosi-emosi itu ada lima, Joy (bahagia, ceria), Sadness (Sedih,
Galaumpret), Fear (takut), Anger (marah), dan Disgust (apa artinyaaa*???*, talkactive, cerewet, rambling banget. Tahu lah pasti kita selalu punya sesuatu di dalam kepala kita yang HOBI
banget ngomong dan yaaahhhh agak-agak rese). Kelima emosi ini hidup di tempat
di dalam kepala Riley yang disebut Headquarter yang terhubung dengan lima pulau
kepribadian dan Memori Jangka Panjang Riley.
Kayaknya nih ye, setiap orang punya
satu emosi mayor yang menjadi pemimpin di
dalam kepala seseorang, yang akan membentuk seseorang itu akan memiliki
pembawaan yang seperti apa. Misalnya di dalam film ini, si Riley adalah anak
yang ceria banget, ini karena Joy yang kayak pemimpin dari ke lima emosi
yang ada di dalam kepala Riley. Atau Anger yang memimpin di dalam kepala
bapaknya Riley dan Joy yang memimpin di dalam kepala ibu Riley (Iya, setiap
orang punya lima emosi itu).
Selain emosi mayor, mereka juga
punya emosi minor. Sesosok emosi yang yaaahhh gitu deh, semacam tersisihkan,
terbuang, diacuhkan (nggak ini gue lebay aja, baper). Dan di kepala Riley,
emosi yang minor itu adalah Sadness. Ya iya juga sih, yang jadi penguasa di
sana kan si Joy yang emang bertolak belakang banget dengan Sadness. Pas bagian
awal-awal filmnya tuh gue sebel banget sama Joy dan Sadness. Kenapa?
Joy and Sadness |
Terus Sadness. Gilaaaaaa. Ada banget
gitu sosok yang ya ampun negatiiiiiiiiiffff mulu. Udah kayak testpack yang
dikencingin laki. Negatif beut. Sedih mulu. Galau selalu. Apa aja yang disentuh
sama Sadness pasti bakalan berubah warna jadi biru dan suasana tiba-tiba jadi
sedih, hampa, merana, dna terlara-lara tak tahu jalan pulang #ApoBangetDeh.
Huuuuf, pokoknya kita yang baru ngeliat Sadness aja udah males banget, ada gitu
makhluk kayak gini?
Tapi kan itu udah kodrat mereka
keleuuuuussssssss.... T.T
#NihCewekKalauKomenNggak Nyante
Dan di film ini, setiap orang punya
yang namanya core memory,
semacam memori garis miring kenangan yang akan selalu kita ingat. Kebanyakan
atau semua core memory Riley ini
adalah core memory yang bahagia yang
membentuk kepribadiannya. Di film ini Riley punya lima station kepribadian
*????*. Yaitu Goofy (konyol), Friendship/Friendly (ramah, sayang sahabat),
Hockey (Riley hobi dan jago banget main Hockey), Honest (jujur), dan Family
(mungkin kalau di The Sims 3 inilah yang disebut dengan sifat Family oriented). Setiap
station kepribadian itu akan diisi dengan memori-memori atau perasaan-perasaan
yang Riley rasakan setiap harinya.
Nah, hidup si Riley ini tuh
bahagiaaaaa banget. Dia punya orang tua yang sayang banget sama dia, punya
sahabat, punya hobi yang dia cinta banget, dia anak yang jujur, dan punya
imajinasi yang lucu, konyol, apalah-apalah-colorfull-ceria binggo.
Sampai negara api menyerang....
Riley sekeluarga pindah ke San
Fransisco.
Di sini harusnya tuh Riley sedih,
karena dia akan meninggalkan rumahnya, sahabatnya, teman setim Hockey-nya,
kenangan-kenangannya. But, life must go on nggak ada waktu buat sedih. Dia
harus tetap optimist dan positif. Begitu sampai di SF, segala keceriaan yang
berusaha dibangun Joy di dalam kepala Riley mulai terasa dipaksakan. Riley
nggak bisa sedih karena itu 'nggak' Riley banget.
Masalahnya mulai bermula ketika
Riley di minta memperkenalkan dirinya di depan teman-teman barunya di SF. Riley
awalnya gugup (di sini Fear mengambil kendali), namun Joy dengan cepat membuat
Riley mengingat kenangannya bersama keluarga lewat core memory. Namun, semuanya
menjadi kacau karena Sadness menyentuh core
memory itu dan tiba-tiba aja Riley jadi sedih dan segalanya jadi nggak
terkontrol dan Riley pun memiliki memori baru, yaitu memori sedih pertama yang
akan masuk menjadi core memory. Joy
yang nggak pengen Riley punya core memory
yang buruk berusaha untuk menghalangi bola memori yang baru terbentuk yang
sedang menuju lintasan untuk masuk ke tempat core memory. Sadness yang pada saat itu mungkin udah ngerasa bosan
dan capek dan lelah dijadikan sebagai perasaan yang terbelakang (ceileh
terbelakang) berusaha untuk menghalangi tindakan Joy. Maksudnya dia kan juga
mau jadi bagian dari core memory, dia
lelah tersisihkan.
Dan Booommmmm!!!
Joy yang sudah mau membuang memori
kacau itu terdorong oleh Sadness, bola-bola di core memory berjatuhan dan terhisap ke dalam tabung pembuangan
memori. Joy dan Sadness berusaha untuk menyelamatkan semua bola-bola core memory dan pada akhirnya nggak
berhasil dan malah terhisap ke dalam tabung pembuangan memori.
Dan petualangn baru pun di mulai.
Di Headquarter tinggal Anger, Fear,
dan Discuss yang tersisa dan Anger yang mengambil alih (Bila dilihat dari
pemimpin emosi di kepala Ayah dan Ibu Riley, bisa dilihat bahwa hukum
persilangan ilmu biologi ada di sini. Joy *Ibu* yang dominan nggak ada, jadilah
Anger*Ayah* yang resesif yang muncul #HahahahIlmuTetepJalan). Segalanya jadi
kacau karena Riley bawaannya marah-marah mulu. Dia jadi kesepian karena nggak
punya teman di sekolah barunya dan gagal saat bertanding hocckey karena
emosinya yang meledak-ledak.
Sementara itu, Joy dan Sadness
terdampar di dalam labirin-labirin yang menyimpan memori jangka panjang Riley.
Mereka berusaha balik ke headquarter guna mengembalikan bola-bola core memory ke tempatnya dan
menyelesaikan segala kekacauan yang mungkin saja terjadi. Cobalah bayangkan dua
sosok yang begitu bertolak belakang saling bekerja sama untuk pulang. Satunya
positif banget, satunya negatif banget. =='
Selama di Labirin Memori Jangka
Panjang, mereka bertemu dengan petugas yang kerjaannya tuh membuang
memori-memori yang nggak penting. Gue jadi berpikir jangan-jangan ada petugas
yang kayak gini juga di kepala gue. Hihihihi.... Mereka juga ketemu teman
imajinernya Riley, Bingbong. Makhluk imajiner separuh gajah, separuh kucing,
separuh lumba-lumba, dan separuh kembang gula. Gila? Namanya juga makhluk hasil
imajinasi anak-anak.
Demi kembali ke headquarter, mereka
pun berusaha untuk naik kereta yang membawa bola-bola memori kosong ke
headquarter. Perjalanan mereka untuk balik ke headquarter tuh oke banget.
Mereka masuk ke dalam ruangan yang namanya Ruang Abstrak, terus ke Pulau Imajinasi,
Studio Pembuatan Mimpi dan Penjara Hal yang Ingin Dilupakan.
Terus ada juga lagu jingle iklan
yang selalu saja diingat Riley. Sama seperti kita yang kadang selalu ingat
jingle iklan. Kayak gue nih baru-baru ini selalu inagt jingle iklan Oreo yang baru
itu, yang ada vampir dan ikan hiu-nya. #SalahFokus
Satu persatu pulau-pulau kepribadian
Riley runtuh karena kekacauan yang tercipta di headquarter. Perjalanan Joy,
Sadness, dan Bingbong juga nggak lancar dan penuh dengan hambatan. Dan
selama perjalanan itu, Joy akhirnya bisa melihat gimana sebenarnya Sadness bisa
berguna.
Untuk lebih jelasnya dan untuk
mengetahui endingnya gimana, kalian nonton aja deh. Film ini oke banget,
recommended banget. Apa lagi buat kalian yang suka pusing-pusing deng perubahan
mood kalian. Kalian mungkin yaaaahhh, bsia sedikit berimajinasi tentang
sosok-sosok yang menghidupkan kepala kalian. Meski pun gue tahu, kepala manusia
itu nggak sesimpel apa yang ada di film ini.
Di film ini ada dua adegan yang
bikin gue nyesek. Mau nangis tapi nggak bisa. Ughhhhh sedih....
Nah, dari film ini tuh kita bisa
belajar bahwa kita tuh nggak mesti selalu bahagia, selalu terlihat ceria. Nggak
mesti. Ada kalanya kita juga butuh bersedih hati, butuh menangis untuk
melepaskan beban yang kita rasakan. Untuk itulah air mata tercipta. Untuk
mengeluarkan perasaan-perasaan yang udah nggak mampu lagi kita tanggung.
Seperti kata Sadness di film ini:
"Cry helps me slow down and blablabla the right way of the problem. Ooh."
"I don't know, I just feel sad."
Sorry buat quotes yang gagal ini
soalnya gue nonton nih film tanpa subtittle. Nggak bisa download
subtittlenyaaaaa!!!! T.T #SadnessMenguasaiHeadquarternyaRhyme
Pokoknya, sekali-kali, kita butuh
nangis sekali-kali. Kita butuh takut sekali-kali. Kita butuh marah sekali-kali.
Begitu juga dengan bahagia, lo, gue, kita, butuh bahagia sekali-kali. Jangan
sedih melulu :D
Merasakan takut, malu, marah, sedih,
itu boleh. Sah-sah aja, tapi jangan keterusan karena kalau keterusan bakalan
merusak diri kita sendiri. Kita bisa aja lumpuh secara emosional. Kan serem
banget, nggak punya emosi. Ihhhhhhhh
Endingnya nih film, oke, keren,
awesome, amazing.
Hohoho!
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?