here |
Ini
mungkin karena dia selalu merasa sendirian,yang kemudian mengirimnya dalam
lembah kesepian. Ia menjadi gemar menenangkan dirinya sendiri. Tingkah anehnya,
katanya, telah berkali-kali ia lakukan. Dan meskipun tidak benar-benar tenang,
setidaknya dia merasa menjadi lebih baik. Kadang kala, katanya, dia hanya
memberi sugesti pada dirinya sendiri, seperti salah satu tokoh dalam film India
terkenal dia akan membisikkan kata-kata positif dalam kepalanya, mencoba agar
neuron-neuron di dalam otaknya bekerja untuk mem-blok pikiran-pikiran sialan
yang mengganggu jalan pikirannya. Satu kali pada masa yang sulit,
ia menenangkan dirinya sendiri dengan membisikkan sugesti
positif, bahwa segalanya akan baik-baik saja dan kemudian menepuk-nepuk pelan
dirinya sendiri dalam gestur yang menabahkan hati.
Ia
menyadari bahwa dirinya berlaku seperti orang gila, lantas kemudian semakin
mengasihani dirinya sendiri, yang mana pada akhirnya, segala usahanya untuk
menenangkan diri gagal total.
Ia
semakin terpuruk, menyadari dirinya benar-benar kesepian.
Dia sulit
membicarakan perasaannya pada orang lain, bahkan, dirinya sendiri pun kadang
dibuat bingung oleh perasaan dan keinginannya. Ada gap antara kemauan hati dan
pikiran. Ada banyak suara di dalam kepalanya. Ada dua orang yang suka
bertengkar dan bermusuhan begitu dahsyat di dalam dirinya, pula dua orang itu
kadang kala begitu akrab dan kompak mengejek dirinya.
Aku pun,
ketika mendengar dia berbicara begitu, mulai merasa ada yang salah dengan orang
ini. Tapi untuk apa kupikirkan? Dia hanyalah salah satu dari ribuan penumpang
di kereta yang super padat ini. Kepalaku pun sudah penuh dengan masalah, juga
peracakapan-percakapan aneh di kepalaku yang bahkan tidak kumengerti pun sudah
membuatku padat. Jadi cukup, kudenagrkan saja ocehan ngawur gadis di sampingku
ini.
Namun, lanjutnya di tengah
hiruk-pikuk laju kereta, masih lebih baik menenangkan diri sendiri daripada
tidak sama sekali. Memang tidak ada orang lain di samping dirinya, pula tidak
ada yang bisa ia minta berbagi kekhawatiran--karena dirinya yang punya
kecenderungan khawatir berlebih dan hal itu memberi penagruh buruk pada orang
banyak--dan memberikannya tepukan di bahu (atau dia sendiri yang merasa seperti
itu), namun untunglah dia masih memiliki dirinya sendiri.
Ya, memiliki dirinya sendiri.
Sekalipun ia merasa terpuruk,
dirinya tidak kehilangan diri sendiri. Dia masih menjadi dia. Aku masih menjadi
aku. Dengan segala kegilaan yang ada, kelebihan dan kekurangan, tak ada yang
lebih ikhlas menerima selain diri sendiri. Sebaik apa pun, sejelek apa pun.
Diri sendiri masih tetap bersamamu dan mendekapmu, sekalipun ada dua
orang yang bermusuhan kadang akrab seperti Tom and Jerry di dalam tubuhmu.
Masih lebih baik.
Dibandingkan orang yang kehilangan
dirinya sendiri.
Yang kesepian, dan bahkan tidak
memiliki dirinya untuk saling menenangkan.
here |
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?