[Review Film] Uang Panai Maha(R)L: Antara Cinta dan Harga Diri

Wednesday, August 31, 2016

Poster Film Uang Panai

Hola aku balik lagi dengan postingan baru dan di postingan ini aku mau ngomong tentang film yang baru aja aku nonton semalam. Film ini adalah film yang menceritakan salah satu Budaya masyarakat Bugis-Makassar, Uang Panai. Film Uang Panai ini diproduksi oleh Makkita Cinema Production dan mulai ditayangkan di bioskop pada tanggal 25 Agustus 2016.

Secara garis besar film ini bercerita tentang seorang cowok yang bernama Ancha yang hendak melamar pacarnya, Risna. Singkat cerita acara lamaran pun dilaksanakan. Lamaran Ancha diterima dengan syarat harus memenuhi uang panai dengan jumlah yang telah ditentukan. Nah sedikit penjelasan tentang uang panai, uang panai itu sendiri berbeda dengan mahar, dimana uang panai adalah uang hantaran yang biasanya digunakan mempelai perempuan untuk mengadakan pesta pernikahan. Uang panai ini dimaksudkan sebagai sebuah penghormatan dari pihak mempelai laki-laki ke mempelai perempuan. Penghormatan ini dimaksudkan sebagai rasa penghargaan pria kepada wanita yang akan dinikahinya dengan memberikan pesta yang megah untuk mempelai wanita.
And as we know, Bugis-Makassar people have high pride about themselves. Orang Bugis-Makassar itu memiliki harga diri yang tinggi yang kalau dalam istilah daerahnya itu disebut siri'.
Uang panai dalam budaya bugis-makassar itu sendiri adalah simbol harga diri seorang pria Bugis-Makassar karena memenuhi uang panai yang diajukan oleh pihak keluarga perempuan adalah siri' yang harus dijunjung dan diperjuangkan. Mungkin buat orang-orang yang bukan Bugis-Makassar—atau Bugis-Makassar tapi kurang akrab sama istilah uang panai itu sendiri—pasti akan berpikir “Ngapain duit dengan jumlah yang nggak waras itu dipenuhi hanya untuk seorang cewek? Cari yang lain aja. Kemahalan.
Kalau kalian mau tahu, nonton aja film ini. Serius, niscaya kalian akan mengerti.
Selama nonton filmnya, aku selalu aja heboh sendiri setiap kali Risna mendesak Ancha untuk cepat-cepat kembali datang ke rumahnya bawa uang panai. Aku tuh mikirnya “Kenapa nggak dia lobi aja sih orang tuanya? Minta uang panai-nya diturunin?
Kenyataannya tak bisa pemirsa. Karena ketika pihak lelaki telah menyetujui jumlah tertentu, maka si pria wajib memenuhi tanpa ada tawar-menawar lagi setelah perjanjian. Itu namanya meremehkan kemampuan si pria, mencemooh siri’, melukai harga diri seorang lelaki. Eaaaaa….
Bagaimana Ancha memperjuangkan uang panai itu patut diacungi jempol. Ancha bisa menjadi contoh untuk semua cowok (nggak cuma yang Bugis-Makassar aja) kalau memang beneran sayang sama cewek apa pun bakalan dijabanin (tapi hal-hal yang masuk akal nah, kalau permintaannya pihak perempuan di luar nalar juga mending dipikir-pikir dulu lah), seorang cowok harus berusaha, konsisten, dan pantang menyerah untuk mendapatkan hal yang dia inginkan. Ancha berusaha mencari uang untuk memenuhi permintaan uang panai Risna dan karena dia memang benar-benar berniat dan berusaha, ada banyak orang yang membantu Ancha. Meskipun ia kerap putus asa dan berpikiran untuk menyerah, tapi dia selalu bangkit lagi. Selalu saja ada hal yang membuat Ancha untuk berhenti berusaha, tapi rasa sayangnya ke Risna dan bagaimana sahabat-sahabatnya Ancha yang terus mendukungnya membuat Ancha tidak mudah menyerah. Tumming-Abu selalu menyemangati dan membantu dia untuk mengumpulkan uang panai. And how Tumming-Abu helping Ancha  to collect uang panai it’s absolutely #FriendshipGoal. Truly. (serius eik nampaknya ketularan gaya bicara English-sepotong bapaknya Farhan ini).
Tumming dan Abu (Tumming-Abu couple mii ini eehhh)aktingnya juga lucu sekali, lawakan-lawakannya nggak garing. Berasa kayak nonton video IGnya Tumming-Abu setiap kali mereka muncul. Dengan tingkah mereka yang nyeleh dan aneh-aneh, duo alien itu selalu membuat penonton tertawa--minimal mesem-mesem sambil mengerutkan kening lah.
Terus karena setingan filmnya akrab, penonton jadi relate banget sama ceritanya, jadi nyambung sama ceritanya. Posisi uang panai yang menjadi syarat untuk meminang gadis Bugis-Makassar digambarkan dengan baik melalui film ini. Penonton tidak digurui dengan penjelasan panjang kali lebar tentang uang panai dan mengapa uang panai itu sangat penting di masyarakat Bugis-Makassar. Uang panai dalam film ini dijelaskan sepotong-sepotong dalam setiap adegan, sehingga setelah kita selesai menonton filmnya secara garis besar kita bisa tahu gini loh uang panai itu, sebenarnya maksud dari uang panai seperti ini. Gitu.
Secara keseluruhan filmnya keren. Akting para pemainnya bagus dan natural, meskipun masih ada beberapa adegan dan beberapa pemain yang ‘agak maksa’ di film, dimana gerak-geriknya serta mimik wajah pemain yang masih perlu dipoles lagi. Settingan suasananya dapat banget, sampai kadang aku tuh nyeletuk “Ih, kutahu ini adegan, ih akrab ka ini adegan.” Aku familiar dengan adegan-adegannya karena di kehidupan nyata (masyarakat Makassar) tuh seperti ini.  Ada mama-mama cerewet dan rempong, ada gadis-gadis tetangga yang suka heboh karena punya tetangga yang cakep, ada sahabat yang bodornya di luar akal sehat, ada bapak yang mengayomi, bapak otoriter, bapak yang easy going, ada tante-tante yang suka temani mama rempong, ada paman yang suka memberi nasehat dsb, dsb, dsb. 
Dan, seriously....
Sepanjang pertengahan film sampai akhir, gue selalu saja khawatir kalau nanti uang panai’nya Ancha yang sudah hampir terkumpul itu bakalan dicopet orang. Sungguh ini adalah kekhawatiran ibu-ibu yang awas terhadap begal!
Endingnya gue suka banget. Terutama pas bagian yang menjadi titik keputusasaan Ancha. Parah. Ada satu adegan, yang mana buat yang sudah nonton pasti ngeh, pasti bakalan bilang “Salah itu Ancha! Tolo ko! Astaga kembali ko! Dengar ko dulu!
Scene-nya sederhana, tapi nonjok. Kenyataan itu pemirsa… kenyataan itu… Kenyataaaannn!!! Akkkkk.
I personally love it, plot twist banget.
Tidak ku sangka iii! Tidak kusangkanya!
Makkita Cinema, you are do really-really good job!
Two thumbs up!
Yah semoga dengan kehadiran film Uang Panai ini, makin banyak lagi film-film bertemakan budaya Sulawesi Selatan yang muncul. Biar orang-orang tahu, Makassar itu tidak kasar! Yeah!

#UangPanai #TidakMahalJi #AsalPintarKinego #KalauCintaBerusaha
#JanganMenyerah #PastiNaBantuKiTuhan #Intinya #KalauBakuSuka
#BakuBantuKiSamaCalonTa #CowoBerusahaCariUang
#CeweBerusahaNegoKeluarga #AmangKehidupang
#FilmMakassarKeren #CintaiProdukDalamNegeri
#Norak #BodoAmat
#MakassarTidakKasar #MakassarTidakRantasa
#Apakantumaeee

10 comments:

  1. Terima kasih reviewnya, suka dengan gaya penulisannya... mengalir...

    Amril Nuryan
    Produser Uang Panai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iyaa, terima kasih sudah mampir juga...

      Ditunggu karya selanjutnya ini :D :D

      Delete
  2. Replies
    1. Hehehhe, iyaa terima kasih. Masih baru juga saya dalam mereview film... :D

      Delete

Kalau menurutmu, bagaimana?