Mimpimu Apa?

Sunday, February 12, 2017

source here
Apa Sih Mimpi Lo?
Apa sih mimpi gue?
Mimpi gue….
Jadi astronot, terus jalan-jalan ke luar angkasa.
Jadi diplomat, terus ke luar negeri.
Jadi backpaker, terus mengunjungi patung budha emas di Thailand.
Jadi peneliti laut, yang kerjanya di kapal selam yang nongkrong di laut dalam terus ketemu sama makhluk laut yang bentuknya aneh-aneh.
Jadi penulis yang bukunya best seller.
Jadi jurnalis NatGeo.
Jadi pawing dinosaurus.
Jadi Bajak Laut dan menguasai dunia.
Dapat beasiswa kuliah di Kanada, supaya nanti gue bisa nonton pertunjukan Sirque du Soleil (apaanbangetinidah).
Gue pengen jadi orang kaya mandraguna, supaya bisa bikin coffe-book-shop sendiri.
Gue pengen nembak cowok yang gue suka (perkara ditolak dan malu urusan belakangan).

Asli mimpi banget.
Bicara perkara mimpi alias cita-cita alias keinginan terpendam banget-bangetnya gue ya itu, gue pengen jadi astronot, diplomat, backpaker, peneliti, penulis, delele banyak banget deh. Dulu pas SD, bapak gue pengen gue jadi dokter. Gue saat itu jelas nggak mau jadi dokter seberjasa apa pun dokter ngobatin orang sakit. Padahal pas SD tuh, dokter adalah cita-cita sejuta umat, tapi y ague nggak ada minat aja buat jadi dokter. Pas SMP, gue pengen jadi diplomat, alasannya artifisal banget karena gue pengen bisa jalan-jalan ke luar negeri (pake uang negara!). Gue pengen jadi penulis karena ya gue suka baca buku dan gue juga pengen punya buku, jadi best seller, terus gue kaya, terus bisa jalan-jalan ke luar negeri lagi.
Hmmm... apa yah... gue tahu sebagian besar mimpi-mimpi gue tuh absurd parah, nggak jelas, aneh. Tapi ya mau gimana lagi, mimpi kan emang seperti itu, merupakan keinginan yang mustahil tapi kalau lo bener-bener mau dan usaha keras nggak menutup kemungkinan apa yang lo impikan akan tercapai.
Dulu pas masih anak remaja yang dunianya nggak luas-luas amat, segala cita-cita itu mungkin tercapai. Tapi entah mengapa, semakin gue dewasa, semakin gue menyadari bahwa meraih mimpi itu nggak semudah ngegampar kecoak terbang yang tiba-tiba lewat di dekat lo. Realita membunuh keinginan gue. Parahnya gue kemudian sadar bahwa gue sendiri yang membunuh mimpi gue. Terlalu banyak 'tapi', terlalu banyak 'mungkin', terlalu banyak 'andai' bla-blah-bla yang bikin gue meragukan diri sendiri. Gue bisa nggak ya?
Bisa nggak ya?
Ah mimpi, nggak bisa deh.
Buat gue, masa kanak-kanak adalah masa paling indah dan paling buat bermimpi, se-nggak realistis apa pun mimpi itu. Karena pas kita kecil tuh kita nggak menjejali diri sendiri dengan realita macam mau naik apa ke luar angkasa, Indonesia nggak ada NASA-nya, Dinosaurus tuh sudah punah, duit dari mana mau lu pake keliling dunia, emang lu pintar sampe mau jadi peneliti…. Segala macam realita yang mengganggu gitu deh.
Oke lah,oke lah, gue jelas-jelas sadar bahwa mimpi gue nggak realistis dan gue nggak punya kapasitas buat jadi astronot terus keluar angkasa terus perang lawan alien; atau jadi diplomat atau jadi bajak laut. Tapi jadi penulis, jadi orang kaya, nembak cowok yang gue suka itu masih mungkin gue raih yang penting gue usaha kan ya? 
Jadi gue mesti usaha.
Usaha dan berdoa.
Serius apaan sih ini. =='
Tadi tuh gue habis nonton sebuah video di youtube, yang salah satu pembicara di video itu bilang "mimpi lo tuh jangan mentok!". Nggak tahu kenapa, celetukan ini tuh membuat gue ingat hal-hal apa yang gue inginkan dan hampir gue lupakan karena realita yang gue hadapi nggak kasih gue tempat buat bercita-cita absurd lagi.
Dulu pas gue KKNPPL, salah seorang guru pernah tanya ke gue, "kamu cita-citanya apa?"
"Jadi guru."
"Serius jadi guru? Kenapa mau jadi guru?"
"Enggg... suka jii saja belajar dan mengajar pak (mengeksploitasi otak anak orang XD)."
"Sekarang kan biar ndak jadi guru juga bisa mengajar."
"Iya sih pak."
"Jadi guru gajinya kecil, sertifikasi ada tapi harus empot-empotan 24 jam mengajar seminggu, liburnya sedikit."
"Iya pak, dulu tertarik jadi guru karena banyak gajinya katanya sama banyak liburnya. Libur anak sekolah, libur juga gurunya. Tahu-tahunya, libur semester pun masih harus bikin perangkat, RPP, silabus, media, soal evaluasi. Haduh...."
"Itu kan, ndak enak jadi guru. Tapi kenapa kamu mau jadi guru?"
Pliss, buat yang baca jangan ketawa pas baca jawaban gue ini.
"Ingin mengamalkan UUD 1945, pak. Mencerdaskan kehidupan bangsa."
Krik. Krik. Krik.
Sok idealis nasionalis.
Jangan ketawa yah, sama impian terpendam gue ini. Begini-begini gue nasionalis juga.  Pemerhati bangsa juga meskipun sumbangsih gue ke negara ini tuh belum ada yang nyata.
Gue... kadang ngerasa insecure sama keinginan gue yang satu ini. Makanya jarang, hampir nggak pernah malah gue cerita ke orang-orang karena ya itu, gue takut diketawain atau dipandang aneh karena naif banget nget nget. Gue lebih pede bilang gue mau jadi astronot atau nembak cowok dibanding bilang kalau gue mau turut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mencerdaskan kehidupan bangsa....
Wah itu kan susah banget, berat banget gitu. Padahal kan sebenarnya kalau mau dipikir-pikir lagi, kita bisa turut mencerdaskan kehidupan bangsa dalam lingkup personal dan di lingkungan kita sendiri. Bisa dengan hal-hal yang sederhana. Sesederhana memberikan contoh sikap yang baik ke adik-adik kita, ikut komunitas atau movement yang bermanfaat dan mengedukasi, nggak menyebarkan berita hoax, nggak gampang terprovokasi, share berita-berita inovasi  terbaru yang bermanfaat,  nggak tanya-tanya agama orang apa di kolom komentar....
apalah.
Give positive vibe ke orang-orang di sekitar kita deh.
Perkara macam transfer ilmu pengetahuan biarlah menjadi tugas guru dan para civitas pendidik lainnya. 
Perkara perbaikan sistem pendidikan supaya Indonesia bisa melakukan lompatan quantum dan jadi negara maju biarlah jadi urusan bapak ibu menteri-menteri dan pejabat negara (kan mereka sudah digaji mahal kali pake uang rakyat, kan ya kan yaaaa).
Hahahahah absurd.
Tapi serius nih ya, frasa "mencerdaskan kehidupan bangsa" menurut gue adalah frasa paling magic di Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Frasa ini jadi frasa yang paling gue suka. Frasa ini punya kekuatan, karena menurut gue untuk mencapai hal-hal yang ada di alinea ke empat UUD1945, intinya ya ada di pendidikan, upaya mencerdaskan supaya negara bisa makmur dan sejahtera, pemimpin-pemimpin negara mampu membuat kebijakan yang adil buat rakyat, negara damai tanpa gangguan, yaaa semua itu bisa dicapai lewat menciptakan sistem edukasi yang baik. Pendidikan.
 Membahas mencerdaskan kehidupan bangsa emang terlalu besar buat diri gue sendiri dan gue sadar akan hal itu. Secara siapa sih gue ini, cuma mahasiswa semester akhir yang masih jatuh bangn semangatnya buat menyusun skripsi. 
Oke.... errrmmmm.... ini kejauhan deh.
Kenapa malah bahas undang-undang yhaaaaaa!

Balik lagi deh ke mimpi-mimpi gue.
Intinya adalah...
er apa yah.... (bagus ditulis biar kelihatan bijak? :p )
Semua orang punya mimpi. Dan taruh mimpi lo itu 5 sentimeter----oke salah take ini.
Hmmmm....
Impian kita bisa terwujud, entah itu impian yang besar tau impian yang kecil asal kan kita melakukan dua hal ini.
Berusaha sebaik-baiknya dan berdoa se-spesifik mungkin.
Iya itu.

In the end.....
Rhy, Rin, mimpi lo apa?

Skripsi gue selesai dan gue bisa wisuda sebelum tahun 2017 berakhir.

Usaha dan berdoa cuy!


No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?