My fireworks tonight |
Holaaaaaaa....
Ya di
postingan akhir tahun ini aku mau cerita bodo-bodo lagi sih. Macam
orang-orang yang membikin resolusi awal tahun tapi kemudian... terbengkalai,
terlupakan begitu saja karena ternyata dunia terkadang bergerak tak sesuai
dengan rencana. Manusia berubah dan ada kejadian-kejadian yang tidak terduga.
Rasa malas yang mendarah daging membuatmu jadi daki peradaban.
Kadang
kala hidupmu lancar-lancar saja. Mengalir. Namun justru itu yang mematikan.
Kadang
juga, hidupmu jadi asyik. Lebih banyak chill. Ketawa-ketawa. Life at its best,
ma lov~
Tahun ini
aku kenapa yah?
Banyak
kejadian-kejadian menjengkelkannya, bullshit comes around, hidup jadi stagnan
gitu-gitu aja. Paling parah sih ya kemalasan dan beberapa sifat burukku
yang kadang berhenti tapi sekalinya kumat jadi parah banget. Udah kayak
kecanduan aja.
Tahun ini
semangatku naik-turun. Di awal tahun aku merasa tidak baik-baik saja,
pertengahan tahun berjalan stagnan tapi setidaknya semangatku kembali.
Akhir tahun benar-benar menjadi roller coaster. Ada pencapaian-pencapaian,
kesadaran-kesadaran akan hidup, putus asa yang menjadi, harapan yang meredup,
dan kesintingan yang terbit-tenggelam.
Kesadaran-kesadaran
seperti:
Aku tidak
akan berjalan kemana-mana jika aku terus berdiam diri. Kenyataan yang menampar
dengan sadis, tapi tidak cukup mampu membuatku bergerak. Sampai kemudian
kawan-kawanku dan kakak senior hampir gila sendiri melihatku tidak bergerak.
Lalu realita-realita lainnya mendorongku untuk maju.
Iya, ini
aku berbicara tentangmu, wahai yang mulia skripsi.
Lalu
bersosialisasi sampai perasaanku lelah melihat orang banyak dan setiap
masalahnya. Mendengarkan, melihat, merasa, kemudian mulai membanding-bandingkan
pencapaian orang lain dengan diri sendiri. Merasa iri. Tapi tak bisa ditunjukkan
karena akan terlihat jahat syekali jadinya ya... cukup dipalsukan dengan
senyuman yang manis yang diharapkan dapat menipu.
Ini tahun
kesekian dari kemalasanku yang sampai saat ini belum ada penawarnya itu.
Kebingungan-kebingungan yang menghalangiku untuk mengambil keputusan. Akal-akal
picik. Lalu kesombongan karena merasa diri lebih unggul dibanding orang lain.
Merasa lebih pintar, lebih cakap, namun sebenarnya itu hanyalah wujud
kepalsuan, kompilasi dari rasa sesal akan hal-hal yang terbuang dan tak terwujud.
Tahun ini
aku kembali mengenal wujud buruk diriku sendiri. Mendapati monster itu menjadi
semakin kuat. Dan aku yang dengan linglung melarikan diri bersembunyi.
Menelusuri dengan buta lorong-lorong gelap itu, berusaha sesunyi mungkin tak
tertangkap. Ada yang meringkuk sendirian. Mau ditolong.
Tapi....
Meskipun
monster itu semakin kuat dan besar....
Aku pun
dengan lekas menemukan tempat yang kokoh untuk berlindung.
Tempat
berlindung yang tenang.
Tempat
yang sudah lama ada, tidak pernah berpindah, namun cenderung kusia-siakan.
Aku lebih
suka tenggelam sendirian, tanpa mau berteriak tolong pada mereka yang selalu
ada. Terlalu gengsi untuk bergantung. Terlalu takut untuk merepotkan.Terlalu
merasa... asing.
Rasa
asing yang sejak dulu ada, dan masih bertahan hingga sekarang. Merasa diri tak
satu frekuensi. Terlalu banyak embel-embel ini itu yang tak penting. Padahal
kan, kita tak harus selalu sama untuk bisa saling mendengarkan dan
mengerti.
Tahun ini
aku juga cenderung suka cari gara-gara. Hummm....
Sesuatu
yang sebaiknya segera kuhentikan. Dan memang telah kuhentikan, semoga saja aku
tidak bodoh lagi. Bukan apa-apa, hanya saja merawat ego yang tergores itu
merepotkan.
Tahun ini
pelajarannya banyak.
Seminggu
terakhir aku belajar bahwa apa yang bagi orang lain terlihat begitu 'sempurna',
ternyata ada korengnya juga. Bahwa dalam suatu perkumpulan, kamu tidak bisa
memaksakan apa yang kamu anggap benar kepada orang lain. Bahwa sebenarnya, aku
masih perlu banyak belajar tentang penerimaan, perubahan dan perbedaan
pasti akan selalu ada dalam setiap episode kehidupan, menggunakan
telingaku dengan baik, dan menjaga hati agar tidak terbang
tinggi-tinggi. Belajar menerima kenyataan.
Ya, ini aku berbicara tentang kelasku.
Aku makin merasa sombong itu
benar-benar penyakit yang mematikan.
Aku perlu memperpanjang akalku, agar
tidak terus-terusan menjadi manusia bersumbu pendek. Masih perlu banyak
membaca, banyak bergerak, banyak ketemu manusia (yang meskipun itu sangat
melelahkan), banyak berdiskusi.
Tahun ini
juga... aku belajar untuk menjadi lebih rasional lagi.
Terus....
Hmmm aku
harus berhenti menjahati diriku sendiri. Makan tidak teratur, tidak tidur
semalaman, ketergantungan terhadap sosial media dan smartphone, juga
pikiran-pikiran buruk yang selalu mampir ketika aku merasa sulit. Membuatku
jauh-jauh dari Tuhan dan tidka menggunakan akalku dengan baik.
Tapi setidaknya, diantara semua
hal-hal yang menyebalkan tahun ini aku sampai pada kesimpulan bahwa:
Tidak
apa-apa untuk merasa lemah, kalau butuh pertolongan ya bilang.
Menjadi
sadar bahwa ada orang-orang yang sayang pada diri yang tidak ada apa-apanya
ini. Yang kadang kewarasannya kuputar balik dengan kelakuan sintingku.
Hehehehe,
terima kasih masih mau bertahan denganku.
Hummm,
jangan lelah denganku ya. Uwuwuwuuw~
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?