Intisari Cerita Tahun Ini

Sunday, December 31, 2017

My fireworks tonight

Holaaaaaaa.... 
Ya di postingan akhir tahun ini  aku mau cerita bodo-bodo lagi sih. Macam orang-orang yang membikin resolusi awal tahun tapi kemudian... terbengkalai, terlupakan begitu saja karena ternyata dunia terkadang bergerak tak sesuai dengan rencana. Manusia berubah dan ada kejadian-kejadian yang tidak terduga. Rasa malas yang mendarah daging membuatmu jadi daki peradaban.


Kadang kala hidupmu lancar-lancar saja. Mengalir. Namun justru itu yang mematikan.

Kadang juga, hidupmu jadi asyik. Lebih banyak chill. Ketawa-ketawa. Life at its best, ma lov~

Tahun ini aku kenapa yah?

Banyak  kejadian-kejadian menjengkelkannya, bullshit comes around, hidup jadi stagnan gitu-gitu  aja. Paling parah sih ya kemalasan dan beberapa sifat burukku yang kadang berhenti  tapi sekalinya kumat jadi parah banget. Udah kayak kecanduan aja.

Tahun ini semangatku naik-turun. Di awal tahun aku merasa tidak baik-baik saja, pertengahan tahun berjalan stagnan tapi  setidaknya semangatku kembali. Akhir tahun benar-benar menjadi roller coaster. Ada pencapaian-pencapaian, kesadaran-kesadaran akan hidup, putus asa yang menjadi, harapan yang meredup, dan kesintingan yang terbit-tenggelam.

Kesadaran-kesadaran seperti:

Aku tidak akan berjalan kemana-mana jika aku terus berdiam diri. Kenyataan yang menampar dengan sadis, tapi tidak cukup mampu membuatku bergerak. Sampai kemudian kawan-kawanku dan kakak senior hampir gila sendiri melihatku tidak bergerak. Lalu realita-realita lainnya mendorongku untuk maju.
Iya, ini aku berbicara tentangmu, wahai yang mulia skripsi.

Lalu bersosialisasi sampai perasaanku lelah melihat orang banyak dan setiap masalahnya. Mendengarkan, melihat, merasa, kemudian mulai membanding-bandingkan pencapaian orang lain dengan diri sendiri. Merasa iri. Tapi tak bisa ditunjukkan karena akan terlihat jahat syekali jadinya ya... cukup dipalsukan dengan senyuman yang manis yang diharapkan dapat menipu.

Ini tahun kesekian dari kemalasanku yang sampai saat ini belum ada penawarnya itu. Kebingungan-kebingungan yang menghalangiku untuk mengambil keputusan. Akal-akal picik. Lalu kesombongan karena merasa diri lebih unggul dibanding orang lain. Merasa lebih pintar, lebih cakap, namun sebenarnya itu hanyalah wujud kepalsuan, kompilasi dari rasa sesal akan hal-hal yang terbuang dan tak terwujud.

Tahun ini aku kembali mengenal wujud buruk diriku sendiri. Mendapati monster itu menjadi semakin kuat. Dan aku yang dengan linglung melarikan diri bersembunyi. Menelusuri dengan buta lorong-lorong gelap itu, berusaha sesunyi mungkin tak tertangkap. Ada yang meringkuk sendirian. Mau ditolong.

Tapi....
Meskipun monster itu semakin kuat dan besar....

Aku pun dengan lekas menemukan tempat yang kokoh untuk berlindung.
Tempat berlindung yang tenang.
Tempat yang sudah lama ada, tidak pernah berpindah, namun cenderung kusia-siakan.
Aku lebih suka tenggelam sendirian, tanpa mau berteriak tolong pada mereka yang selalu ada. Terlalu gengsi untuk bergantung. Terlalu takut untuk merepotkan.Terlalu merasa... asing.

Rasa asing yang sejak dulu ada, dan masih bertahan hingga sekarang. Merasa diri tak satu frekuensi. Terlalu banyak embel-embel ini itu yang tak penting. Padahal kan, kita tak harus selalu sama untuk bisa saling mendengarkan dan mengerti. 

Tahun ini aku juga cenderung suka cari gara-gara. Hummm....
Sesuatu yang sebaiknya segera kuhentikan. Dan memang telah kuhentikan, semoga saja aku tidak bodoh lagi. Bukan apa-apa, hanya saja merawat ego yang tergores itu merepotkan.

Tahun ini pelajarannya banyak.
Seminggu  terakhir aku belajar bahwa apa yang bagi orang lain terlihat begitu 'sempurna', ternyata ada korengnya juga. Bahwa dalam suatu perkumpulan, kamu tidak bisa memaksakan apa yang kamu anggap benar kepada orang lain. Bahwa sebenarnya, aku masih perlu  banyak belajar tentang penerimaan, perubahan dan perbedaan pasti akan selalu ada dalam setiap episode kehidupan, menggunakan telingaku  dengan baik, dan menjaga hati  agar tidak terbang tinggi-tinggi. Belajar menerima kenyataan.
Ya, ini aku berbicara tentang kelasku.
Aku makin merasa sombong itu benar-benar penyakit yang mematikan.

Aku perlu memperpanjang akalku, agar tidak terus-terusan menjadi manusia bersumbu pendek. Masih perlu banyak membaca, banyak bergerak, banyak ketemu manusia (yang meskipun itu sangat melelahkan), banyak berdiskusi.
Tahun ini juga... aku belajar untuk menjadi lebih rasional lagi.
Terus....
Hmmm aku harus berhenti menjahati diriku sendiri. Makan tidak teratur, tidak tidur  semalaman, ketergantungan terhadap sosial media dan smartphone, juga pikiran-pikiran buruk yang selalu mampir ketika aku merasa sulit. Membuatku jauh-jauh dari Tuhan dan tidka menggunakan akalku dengan baik.

Tapi setidaknya, diantara semua hal-hal yang menyebalkan tahun ini aku sampai pada kesimpulan bahwa:
Tidak apa-apa untuk merasa lemah, kalau butuh pertolongan ya bilang.
Menjadi sadar bahwa ada orang-orang yang sayang pada diri yang tidak ada apa-apanya ini. Yang kadang kewarasannya kuputar balik dengan kelakuan sintingku.
Hehehehe, terima kasih masih mau bertahan denganku.

Hummm, jangan lelah denganku ya. Uwuwuwuuw~

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?