I Don't Know How To

Wednesday, February 21, 2018

yeah?

Akhir-akhir ini gue ngerasa makin berat aja hidup gue. Kenapa?
Nggak tahu. Ada masa di mana hal-hal random, perasaan-perasaan acak mampir begitu saja di dalam kepala gue dan mengacak-acak isinya.

Kemarin gue stress berat, lagi, karena masalah penelitian gue. Yang kayaknya ya ampun ini beneran bisa gue kerjain nggak sih? Gue bingung gimana cara bikin bab empatnya, pembahasan penelitian gue. Gimana yah, gue takut banget dibantai gitu loh pas seminar nanti. 
Gila.
Udah kayak mau mati aja kemarin. Stress banget. Beban di kepala gue tuh beraaat dan penuhhh banget.
Bikin takut aja.
Karena, karena kemarin tuh gue mulai mikir "gue takut mati. Anjing, gue nggak mau mati." yang mana merupakan sebuah kumpulan, puncak gunung es dari pikiran-pikiran negatif gue. Gue takut kalau gue nggak bisa mengendalikan diri, mengatasi stress gue yang ya ampun nggak penting banget ini, dan melakukan hal-hal yang konyol.
Stupid banget nggak?
Gue banyak pikiran.
Wisuda buat bulan empat tahun ini, bakalan ditutup pendaftarannya tanggal 23 bulan depan. Dan gue belum menyelesaikan apa pun sementara gue merasa pertanyaan orang-orang sangat memburu dan menekan. Pembahasan masih di situ-situ saja, gue bingung terus. Padahal deadline pendaftarannya tinggal sebulan lagi. Tapi kok gimana yah, gue nggak ada semangat buat ngerjain ini semua. Baru masalah skripsi doang nih.
Jangan kan semangat buat ngerjain skripsi, semangat buat hidup aja hampir menyentuh angka nol.
Sudah berkali-kali gue tulis, bertahun-tahun kayak deh, gue merasa kehilangan tujuan hidup. Maksudnya, gue ini hidup buat apa sih?
Kenapa gue nggak bisa menemukan, menentukan hal yang gue suka? 
Kenapa gue nggak bisa menemukan hal yang mau banget gue lakukan dan dnegan senang hati gue laksanakan seumur hidup? Kenapa gue takut banget mengambil langkah, mengambil resiko, bergelantungan pada satu pilihan hidup?
Gue harus tahu apa yang gue mau, dan itu bahkan nggak ada selintas pun di pikiran gue hal-hal yang menarik minat gue. Udah kayak anti duniawi aja, tapi nggak mau ke akhirat juga. 
Semakin lama, gue semakin banyak melakukan hal-hal yang bodoh. Yang gue rasa, pada titik tertentu, gue merusak diri gue sendiri. Gue jadi makin nggak bener dengan tingkah bodoh-bodoh gue. Makn nggak teratur, tidur nggak teratur, hidup boros, malas komunikasi sama ornag, gampang tersinggung, malas ngapa-ngapain. Hah. Udah kayak mayat hidup gue.
Nih kan, makin nyalahin diri sendiri lagi.
Gue berusaha untuk selalu berpikir positive, everything will be alright. But, that negative thing always stay behind me. Membuntuti gue, seolah-olah ingin mengingatkan kalau gue itu ... nothing.
Gue kayak mengalami penurunan fungsi kognitif.
Gue bosan menyemangati diri gue sendiri. Orang-orang datang, bertanya ini itu, berkeluh kesah, but.... gue mau berkeluh kesah di mana? Di saat gue tahu setiap orang itu sudah punya masalah masing-masing. Gue bingung mau ngomong sama siapa. Gue capek ya, ngomong sendiri, semangatin diri sendiri. Gue tahu, gue cukup. Tapi ada masanya di mana gue butuh orang lain buat dengar keluh kesah gue, omongan brengsek gue, pikiran-pikiran busuk setan gue. Tpai gue nggak bisa bebas melakukan itu karena gue nggak mau dicap brengsek, dicap aneh, di-ya-ampun-nih-orang-setan-banget-sih.
Tapi aku tahu, orang lain nggak bakalan bisa tahan sama gue. Terpapar dengan kenegatifan seperti ini, bisa bikin orang lain kabur duluan.
Nggak ada yang tahan sejauh ini.
Nggak ada yang bisa.
Karena? 
Gue yang nggak pernah puas.
I'm worst at talking with other people. Can't express my feeling. I suffered from myself.
I became so toxic. I want more more more, but I can’t give you anything.
That’s the worst thing in myself. 
But I don’t know how to stop it.

I... I just don’t know how to love myself.


No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?