[Cerita Film] Sekala Niskala (The Seen and Unseen) I'm Thinking!

Friday, March 23, 2018

Sekala Niskala [Source]


Hola!
Jadi hari ini aku mau cerita-cerita tentang film Indonesia yang beberapa hari (minggu) lalu aku tonton, yaitu Sekala Niskala. Film ini di Makassar cuma tayang dua hari saja, yaitu tanggal 8-9 Maret. Kutelat dapat infonya, dan nanti setelah temanku bikin instastory tentang film ini baru kungeh kalua ternyata sudah lewat jadwalnya, huhuhu. Eh tapi yha,s etelah cari-cari tahu dan ini dikasih tahu sama teman juga (Thanks Dira!) ternyata ada acara nobar film ini di Mall Panakukang. Oke, yokkkk nonton deh. Cus aja meskipun nonton sendirian tanpa pendamping, uwuwuwu.

Aku lebih penasaran sih sebenarnya, yang kayak gimana sih film festival itu? Aku belum pernah sih nonton film festival (film yang promosinya gede-gedean aja jarang). Kan biasanya film festival itu jauh beda banget model-model ceritanya dengan film-film yang ‘marak’ ada di bioskop. So, dengan harapan yang besar aku nonton deh filmnya.
Terus tuh kemarin, karena kita para penonton telat sekitar lima sampai sepuluh menit masuk bioskop, jadi bagian awal filmnya itu ndak sempat aku tonton. Buat aku, film Sekala Niskala ini dan film-film yang mengangkat cerita unik lainnya adalah jenis film yang harus ditonton sejak awal. Kenapa? Supaya aku bisa engaged dengan ceritanya, bisa sedikit banyak paham dengan konflik yang terjadi di film ini. Memang sih, kalau nanti bakalan ketahuan juga ini tokoh yang ada di film pada kenapa, tapi karena ketinggalan bagian awalnya jadi kurang ngeh sampai 10 menit kemudian. My Bad.
 (Belum lagi dengan orang yang lalu lalang dan flash handphone yang menyala gegara cari tempat duduk. Susah konsentrasi aku tuhhhh~)
Film ini membuatku bingung dan bertanya-tanya di selama film tersebut diputar.
Why that happen?
Why she act like this?
What's wrong with that child head??? *adegan yang malam-malam di tengah sawah itu yang ada sekumpulan anak kecil disorot dan ada anak kecil yang posisi kepalanya beda sendiri itu asli seram beut*
Apa arti dari setiap gerakan tarian Tantri?
Apa yang ingin disampaikan lewat ayam dan monyet itu?
Well, I'm thinking. Bahkan saat menulis hal ini pun membuatku menerka-nerka, apakah maksudnya seperti ini? Hummm, tapi plis lah Rin, you bukan movie expert. You cuma manusia kemarin sore yang nginjek lantai bioskop. Hhhhh, otakku saja sih yang belum nyampe ini.
Well, menurut penalaran bodo-bodoku ini yah, anak-anak yang setiap malam bersama Tantri itu adalah perwujudan kehidupan Tantra. Dan saat mereka mulai ada di rumah sakit, memenuhi kamar Tantra... well man, that's the time. Merinding sendiri aku.
Salah satu bagian yang paling bikin aku trenyuh adalah pas adegan Tantri dimandiin sama Ibunya di parit-parit sawah, ketika mereka membicarakan kerinduan kepada Tantra. Cara mereka membicarakan Tantra, gerakan ibu dalam menggosok cat di wajah tantri, diamnya tantri, dan pelukan ibu. Gimana yah, sakit saja melihatnya.
Mereka terlihat begitu sedih dan rindu.
Adegan paling kusuka [source]

Wujud kesedihan dan sepi itu dihadirkan Tantra ke layar lewat tari-tarian dan nyanyian yang dalam hal ini akan terjadi ketika malam tiba. Sementara kalau pas lagi siang, sepinya Tantri terlihat lewat berbagai aktivitas yang dia lakukan sedirian, makan, ibadah, main. Jadi sendiri. Sebelum Tantra masuk rumah sakit, mereka makan bareng, kalau dibuatkan telur ceplok, telurnya dibagi. Tantri lebih suka dengan bagian putih telur, sedangkan Tantra dengan bagian kuning telurnya. Pikoknya mereka itu saling melengkapi deh. Seimbang banget.
 Kepolosan Tantri begitu terlihat dari berbagai cara yang dia lakukan untuk menghibur saudara kembarnya, salah satunya dengan mengajaknya bermain peran sebagai ayam. Tapi yang paling asyik kulihat sih yang pas dia membawa hewan peliharaannya di bagian awal main film. Tak peduli aturan sih yha. :D :D
Aku melihat film ini sebagai film yang terlalu sepi, sepi yang rasanya berat sekali sampai bikin sesak. Terus pas sampai di akhir cerita, byar! Langsung tidak karu-karuan hati ini.
Kayaknya sih jamak banget sih yah pendapatku ini, tapi Sekala Niskala itu adalah film yang penuh perasaan. Perasaannya itu tidak hanya dijabarkan dalam kata-kata (dialog pun sedikit cuy), tapi lewat gerak-gerik pemain, tari-tariannya, musiknya.
Aku speechless sih pas nonton fim ini.

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?