Impulsif adalah Nama Tengahku

Saturday, October 24, 2020


Kalau kupikir-pikir, sejak lima tahun lalu, sejak motivasi untuk menulis dan membaca buku menghilang aku mulai memiliki kesukaan yang aneh-aneh. Sebenarnya, tentang menulis itu sudah mulai muncul sejak akhir-akhir SMA, di saat banyak kebingungan melanda. Akan memasuki era baru dalam hidup, memilih universitas dan jurusan untuk berkuliah, besar-besarnya hasrat untuk cabut dari rumah, merasa sedikit terasing di dunia nyata dan di dunia maya.


Dengan banyak hal macam-macam yang dipikirkan, hasrat untuk menulis turun... kemudian disusul hasrat membaca. Tiga tahun berikutnya, kemalasan itu memuncak. Tulisan-tulisan di blog ini menjadi begitu gelap, tidak ada fiksi yang kuanggap berhasil, membaca buku pun hanya buku yang ditulis oleh penulis yang kusukai, itu pun setelah kujeda berminggu-minggu.


Kalau kulihat sekarang, ya aku merindukan hal itu. Rasa ketika kamu berhasil menciptakan sesuatu yang unik, asli diproses di dalam kepalamu, hal yang begitu privat karena hanya kamu yang punya, hanya kamu yang bisa bikin. Merindukan memberi makan pikiranku, yang sekarang makanan pikiran itu hanya teronggok di samping meja belajarku. Ada buku yang sudah tiga tahun kubeli, sudah kusobek pula plastiknya, dan baru beberapa BAB yang kubaca.


Maksudku toh... kenapa aku jadi semalas itu ya?


Dan aku jadi mengeksplorasi hal-hal lainnya. Hal-hal yang cuma bisa kukhayalkan sebelumnya, karena di masa lalu aku ngga bisa melakukan hal itu. Tidak punya cara untuk mendapatkannya.

Ada masa di mana aku suka mencoba-coba make up.


Tahun depannya, karena tidak sengaja dan bahkan ini aku cuma iseng aja. Aku pegang sumpit temanku, terus iseng-iseng sok merajut pakai tali kur, eh jadi. Anjir. Padahal ngga ada ilmu, ngga ada basic, kok bisa jadi rajutannya? Kepancing aku. Mulailah aku belajar merajut.


Terus berhenti di tengah jalan. Padahal aku udah punya satu set jarum crochet, dengan benang-benangnya empat gulung. Tapi aku tinggal di tengah jalan karena ternyata aku tidak sesabar itu untuk melakukan hal-hal yang berulang-ulang. Dan hal yang tidak aku duga dari merajut adalah, kegiatan itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi karena ada hitung-hitungannya. Kalau kelewat, ya ambyar. Bisa miring apa pun yang dirajut. Aku pernah sudah bikin satu bagian cardigan, sudah hampir semeter panjangnya, miring rajutannya.


Emosi.


Kubongkar.


Terus, pas mulai ngajar di sekolah dan sering melihat siswa melukis, bikin karya, main cat.... aku jadi penasaran. Kepancing lagi otak. Mulai lah kucari-cari tutorial. Terus... pakeeettt! Aku punya sepaket cat air, kuas lukis, dan kertas cat air. 


I can't help! I open Shopee all the time, and search through art stores, and choosing art supplies that I can afford with my salary.


Then today.


Akhir-akhir ini jadi belajar sketsa juga. Mencoba menggambar wajah ¾ view tapi selalu tidak proporsional. Setengah isi buku sketsa A5   yang kupunya isinya gambar kepala yang kompak miring ke kekir semua. Dan akhirnya, sudah masuk minggu ketiga kuanggurkan pensil 2Bku, tanganku mulai kaku menggambar.


Kemudian, sudah dua minggu tiap aku buka Shopee, aku mencari-cari ukulele. Ini semua salah algoritma Youtube dan update-an seorang teman yang saudaranya baru saja membeli ukulele. 


Sebenarnya sudah lama aku mau coba-coba main alat musik. Pas masih SMP, adekku dibelikan gitar. Kulihat-lihati saja. Selama sekolah, kuselalu senang lihat orang main alat musik, tapi aku tidak punya keberanian untuk belajar atau ikutan main.


Pemalu bhangggshhattt.


I hate that part of myself.


Karena aku pikir, kalau dulu aku ngga pemalu-pemalu banget, mungkin sekarang aku sudah punya satu hal yang benar-benar aku sukai. Hal yang mungkin tidak menjadi utama di dalam hidupku, tapi bisa menjadi penyeimbang, bisa menjadi escape dari kehidupan yang kadang kurang ajar ini. Sebagai pelarian, karena untuk saat ini, aku masih kesulitan menulis. I struggle to wake up from my lazyness. I fight it. Dan aku cari pengalih, aku merasa aku harus melakukan sesuatu. Karena kalau tidak ada pengalih, aku bakalan tidur terus. Aku bakalan ngerasa kesendirianku besar sekali, sepi banget anjir tiduran mulu. Aku bakalan jadi super pemalas, dan mengiyakan mood-ku untuk tiduran saja karena rasanya hidup begitu melelahkan.


Aku impulsif karena ada mulut besar di bawah jantungku yang kuberi makan dan sampai saat ini mereka tidak kenyang-kenyang juga.


Pas kemarin lah itu, pas aku ngecekin ukulele. Aku mikir. Aku ngapain di umur segini, belanja barang ngga jelas (((ngga jelas))), di saat orang lain, teman-temanku yang lain sudah memulai beragam hal baru di hidup mereka? Ngapain kamu membeli alat musik? Memangnya kamu pikir kamu bisa serius mempelajarinya? Tidak akan kamu abaikan seperti hal-hal lain yang sudah kamu punya? Apakah tidak menjadi onggokan di sudut kamarmu?


Untuk apa kamu memiliki hal-hal itu? Buat apa?


Terus, sebagai orang yang di dalam kepalanya ada banyak penghuninya ya, ada satu bagian dalam diriku yang ngomong, "Emang kenapa? Kamu kan tidak merugikan orang lain? Kamu membelinya dengan uang yang kamu hasilkan sendiri. Kamu ingin memilikinya dan kamu mampu. Kamu tidak menyakit orang lain dengan memilikinya. Kenapa begitu banyak pikiran? Ambil saja."


Simpelnya, dulu aku ngga punya duit dan ngga punya nyali untuk membeli. Sekarang, aku punya dua-duanya.


I can get it and now, aku ngga malu-malu lagi (masih agak sih, dikit) menunjukkan ketertarikanku. Ngga malu lagi diejekin, dibilangi bikin hal-hal yang tidak jelas karena aku merasa aku sudah melalui banyak hal untuk memikirkan omongan orang lain.


I deal with a lot of things, and I need to escape.


Karena Mamatari sekali setahun balik ke Makassar untuk diajak teriak ke pantai.


Teman-teman sudah memiliki kehidupan masing-masing, begitu pula diriku sendiri.


Tidak selamanya pekerjaan mulus.


Dunia tidak baik-baik saja dan semakin memburuk.


Why don't we make ourselves happy? While you can? Iya ngga sih?


Ketika kamu hanya memiliki dirimu sendiri, jangan ragu untuk membuat dirimu senang. Karena ketika tidak ada orang lain yang mendampingimu, yang memelukmu hanya diri sendiri.


Ya Allah, padahal aku mau bahas ukulele doang ini ngapa sampai ke sini dah.


Well, intinya hari ini aku mendapat mainan baru. Hal lama yang kuinginkan dan bisa kumiliki sekarang dengan cara yang begitu impulsif.


Udah latihan sih, membikin keributan di kost. Lumayan sudah tahu barang empat akor. Genjrengannya nih. Mesti mantengin Youtube lagi.


Yeah, we need something. We need a hobby, by the way, to escape from life. To indulge in our bubble of curiosity and willingness to learn something new.

 



No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?