Rhyme A. Black
PresenT
A NaruHina Fanfic
Naruto belongs to Masashi Khisimoto-sensei
Warning : AU. OOC. OOC. OOC.
Enjoy this!
Pict from here |
"Tak bisakah bila di matamu hanya ada aku?"
~0o0~
Kamu masih sibuk mengoceh tentang pertandingan Volly kemarin. Sekolah kita bisa melaju ke babak semifinal Kejuaraan Antarsekolah, dan itu semua berkat dirimu. Kau terus bercerita tetang betapa alotnya pertandingan kemarin. Padahal, tanpa kau ceritakan pun aku sudah tahu, aku pun kemarin turut dalam tim pendukung sekolah kita. Meskipun aku hanya bisa duduk di bangku penonton, aku selalu bisa merasakan semangatmu yang akan bertanding. Seolah-olah akulah yang berdiri di tengah lapangan sana.
"Dan kemarin, gila! Smashernya tim SMA 8 itu udah badannya ged——"
"Naruto! Hinata!" ada suara lain yang menginterupsi ceritamu, lalu kita sama-sama berbalik dan mendapati temanmu yang berambut model eighties itu sedang berlari-lari kecil ke arah kita berdua.
"Tunggu..." Katanya.
"Kenapa lo?"
"Nih... Buat Hinata."
"Lo naksir Hinata?" kau berkacak pinggang sambil memelototi temanmu itu.
"Yeee, boro-boro. Baru minta salam aja udah dipelototin sama lo." aku hanya tersenyum geli mendengar perkataan Lee, begitu pula ketika melihatmu mendelikkan mata biru lautmu itu kepada Lee. Kamu memang selalu over protektiv terhadapku, dan itu adalah salah satu hal yang kusukai darimu. Merasa terlindungi olehmu. "Itu surat titipan dari kakak kelas, gak tahu deh siapa namanya. Orangnya pake kacamata gitu. Udah yaaa, gue duluan!!"
Belum sempat aku bertanya lebih lanjut, temanmu itu sudah lebih dulu kabur sebelum kau introgasi.
"Siapa ya...?" tanyaku pelan. Lalu tiba-tiba kau merebut amplop berwarna kuning gading itu dari tanganku, "Naru-kun! kembalikan!"
"Yeee, mesti aku baca dulu nih."
"Tapi itukan punyaku!" aku berusaha meraih kembali apa yang telah menjadi milikku. Tapi memang dasar tubuhmu yang terlalu jakung membuatku semakin sulit untuk mengambilnya.
"Sssttt. Ih, norak banget. Emang masih jaman ya ngirim-ngirim surat cinta macam beginian. Idihhh..."
Aku mengernyitkan keningku. "Ih, memangnya kenapa? Sini balikin! Itu kan buat aku."
"Gak bisa. Aku mesti baca dulu."
"Yang dapat surat itu sebenarnya siapa sih? Naru-kun, balikinnn..."
"Ohhhh, tidak bisssaaa." katamu kemudian membuka amplop surat itu dan membacanya. "'Untuk adik Hinata yang manis——WOI! aku belum selesai baca!"
"Weeekkkss! Gak mau!" tukasku lalu cepat-cepat menyembunyikan kertas itu secara asal-asalan dibalik halaman buku biologi yang sedang kupeluk.
"Beh, baru dapat surat norak aja rese." gerutumu,"lagian apa bagusnya sih? 'untuk adik Hinata yang mannis' wekkksss, manis dari mana? jelek begini..."
Aku menatap kesal pada padamu. Sedari tadi kau terus saja mencibir dan menghina apa yang kudapat ini. Memangnya kenapa kalau aku mendapatkan surat cinta?
"Memangnya kenapa? Ini kan romantis banget. Jangan-jangan kamu iri lagi, Naru-kun kan gak pernah dapat surat cinta."
"Yeee, ngapain ngiri sama barang norak kayak gitu. Ala-ala jaman baheula aja, pake surat cinta."
"Lantas? so what gitu. memangnya kenapa kalau ada orang yang mengirimiku surat seperti ini? Bagus kan? berarti ada orang yang suka sama aku."
Kamu diam, menatapku dengan tatapan yang begitu sulit kuartikan. Sesaat kukira kau akan mengeluarkan hinaan-hinaanmu lagi. Tapi kau hanya terpaku, lalu tanpa berkata apa-apa kau berbelok menuju kelasmu.
"Na——Naru-kun!! Tunggu!"
Kamu... kenapa?
~0o0~
Mungkin, hal itulah yang orang-orang herankan dari ikatan persahabatan di antara kita. Kamu begitu supel bisa klop dengan aku yang seorang loner ini. Begitu banyaknya perbedaan di antara kita, namun hal itu tidaklah menjadi penghalang. Kamu sering bilang bahwa, perbedaan di antara kita layaknya potongan puzzle yang akan saling menyatu membentuk suatu gambar yang utuh. Aku dan kamu.
Katamu, aku tidak perlu minder dengan diriku, karena katamu aku punya segudang kelebihan. Katamu aku pintar matematika, masakanku enak, dan sabar menghadapimu yang ibumu sendiri tidak punya.
Kamu selalu memujiku dan berhasil membuatku lupa dengan kekuranganku.
Tapi saat ini, aku benar-benar jatuh. Entah apa yang terjadi dengan seoonggok hati di dalam dadaku. Rasanya perih.
Aku biasanya menghabiskan jam istirahat di kantin atau di perpustakaan, namun Karin-chan malah mengajakku untuk mengisi waktu senggangku menonton pertandingan volly di lapangan. Awalnya aku begitu heran melihat dirinya yang tidak biasa berpanas-panasan mengajakku nonton pertandingan volly siang bolong begini. Namun, begitu aku melihat rona merah di wajahnya, aku langsung tahu kalau ternyata dia ingin melihat gebetannya bermain basket. akhirnya, setelah pergi ke kantin untuk membeli roti dan minuman, aku bersama sahabat berambut merahku itu pergi ke arah lapangan basket.
Ada banyak siswa di pinggir lapangan, sebagian besar anak kelas sebelas. Mungkin karena cuaca yang agak mendung, membuat orang-orang tidak segan-segan untuk berkumpul ke lapangan basket. pertandingannya sudah setengah jalan begitu aku dan karin sampai. Aku segera memilih duduk di bangku yang terletak agak jauh dari lapangan sementara Karin merangsek maju ke pinggir lapangan.
"Yaaaa!! Hime jelek ngelamunin siapa iniii?!" suara ini. Suaramu mengagetkanku lagi.
"Na-naru-kun! ka-kamu hobi banget deh, ngagetin orang."
"Khikhikhi, udah bawaan orok, jelek." kikikmu, lalu duduk di sampingku.
"Naru-kun gak main?"
"Males. bentar aja deh..."
Aku hanya ber-ooh panjang saja, lalu berusaha memusatkan perhatian ke lapangan basket. Menyadari bahwa kau ada di sampingku membuat sengat-sengat aneh itu muncul kembali, menyebarkan debar-debar tak karuan di dadaku.
"Naruto-kuuunnn!!" dari arah lapangan, bisa kulihat seorang gadis melambaikan tangan ke arahmu. Aku langsung bangun dari keheningan dan menoleh ke arahmu. Kau tengah membalas lambaian gadis itu. Tak butuh waktu lama, gadis berambut pirang panjang itu segera berlari-lari kecil ke arahmu.
"Naruto-kun!" panggilnya lagi, "nggak main?"
"Nggak, bentar aja deh."
"Yaa, kok gitu sih? padahal aku kan pengen liat Naruto-kun main." renggutnya, lalu meraih tangan kananmu, "main doongg, timnya Lee lagi kurang nih, pemainnya. Ayo dong Naruto-kun."
"Bentar aja deh, Shion..."
"Ihhh, Naru-kunnn.. ayo dong mainnnn. Satu set aja. aku pengen liat Naru-kun main..."
"Hmmm, iya deh." Lalu kau berdiri, aku enggan melihat kalian berdua. Rasa sakit langsung saja menghujam diriku.
"Hime jelek, jagain seragamku ya. Aku mau main dulu.." katamu sembari menyampirkan baju seragammu di atas kepalaku, kemudian bersama gadis itu kau pergi memasuki lapangan. Meninggalkanku untuk kembali sendirian di sini.
Aku menatap baju seragammu itu. Ada bau khasmu di sana, bau yang kadang kurindukan tiap kali aku bosan, bau yang tak pernah aku hindari. Entah mengapa kini terasa menyesakkan. Melihatmu berjalan bersama orang lain.
Aku pun ingin menyorakimu di pinggir lapangan sana, menyemangatimu setiap kali kau melakukan smash, mendukungmu. Tapi kaki ini tak bisa, hatiku telah memberatinya dengan perasaan yang aku tidka tahu itu apa.
Semakin pedih menjalar ketika kulihat kau dan gadis itu saling melempar senyum. Tatkala dia yang datang menjemputmu memberikanmu handuk dan juga botol air minum. Kenapa bukan aku? Kenapa aku tidak bisa?
Kenapa?
"Jiaaaah, gila capek banget main satu set. Timnya Gaara killer ih, orang mainnya sante aja..." kudengar suaramu mendekat, dan dapat kurasakan kau yang menghempaskan diri di sampingku.
"Iya tuh, si Gaara, gak bisa nyante dia. Hmm, yang pentingkan Naru-kun menang! Tadi smashnya keren banget..."
Percakapan ini...
"Hehehe, iya dong."
"Nggg, Naruto-kun. Bajumu, aku mau kembali ke kelas." kataku menyerahkan bajumu lalu beranjak dari tempat dudukku.
"Hime, tunggu!" kau memanggilku tapi aku enggan berhenti. Kau tidak perlu mengejarku, sudah cukup ada gadis itu.
"Oiii!!" lagi-lagi kau mengehntikanku. Kau seenaknya meletakkan seragammu itu di kepalaku dan merangkul bahuku. "Kamu ya, aku panggil dari tadi nggak denger. Kenapa sih?"
Aku menggeleng.
Tuhan, tolong jangan biarkan air mataku jatuh.
"Ne, Hime..."
"Hmm?"
"Menurutmu Shion itu bagaimana?"
"Dia... dia cantik, ramah, baik..."
"Hmm, iya dia memang cantik..."
Dan hening pun kembali datang. Sakit ini semakin menyiksa.
~o0o~
"Rasa sakit macam apa ini?"
T_T
ReplyDeleteweeeewww... Kenapa begitu ekspresimu la?
Deletei can feel what felt Hinata....
ReplyDeleteHaiii haii...haiiii #ketawa ala tuan krab
ReplyDeletekalau begitu sa mo kasih jungkir balik lagi perasaannya Hinata deh, mwuaaahahahha... #digetokNHL
#Mati
Bersambung ya?
ReplyDelete@ dani : iyaaa kaka... Masih lanjut ini...
DeleteHaiii haiii haiiikk haiikkk...
nyesek banget bacanya.. hinata kasian.. :'(
ReplyDeleteini oneshoot kah?
o ya, salam kenal. tolong kunjungin blog saya juga http://cookies1412.blogspot.com
sekalian tuker link ya, blog kamu udah saya pajang di blog aku.. :)
@ Sukma : Okieeeee!! #telat banget balesnya
ReplyDelete