Mungkin Stress

Monday, March 25, 2013

Mungkin sejenis stress. Bukan mungkin lagi, tapi iya. Stress.

Pikiran gue capek. Lelah. Bawaannya mau tidur mulu. malas ngapa-ngapain. Urusan hati bukan lagi soal romansa, there are to much feeling in  here.
Di dalam sana ada banyak kebencian. Sama seperti cara gue membaci hati, setengah untuk diri gue sendiri, setengahnya lagi untuk gue bagi. Kebencian yang sama pun seperti itu. Setengahnya gue simpan untuk diri gue dan setengahnya gue bagi. Gue bagi, gue kasih, gue hamburkan untuk orang-orang yang rese, bikin gue bete, distrubing me, annoying me, nyebelin, kampret.
Setengah hati untuk diri gue sendiri, gue yang benci diri sendiri. Nggak tahu kenapa, rasanya ada beban berat di pundak gue. Sampe rontok mikirin sesuatu yang abu-abu dalam kepala gue, masih nggak ketahuan apa isinya.
Gue rindu masa lalu. Masa di mana gue cuma mikir simple, masa di mana segala hal ada di dalam kendali gue. Masa di mana dunia itu berputar dengan semestinya di dalam kepala gue. Gue kangen diri gue yang selalu giat untuk mencari, diri gue yang hobi pamer tapi sok merendah. Gue menuntut pengertian tapi nggak pernah ngertiin orang. Bicthy banget ya.
Sekarang ini, sampah-sampah lebih banyak di kepala gue. Otak kayaknya udah nggak dipake buat mikir, kaki gue kayaknya udah nggak memijak tanaih lagi. Ngambang iya. Kayak taik!
Gue pengen ngeluarin semuanya, pengen bilang semuanya. Hari ini juga. Biar gue nggak sinting lagi mikirin semua ini. Gue ingin bilang, tulis, semua kebencian-kebencian gue. Kebencian yang bikin gue najis sendiri sama diri gue.
Pertama, gue benci sebenci-bencinya sama seseorang di dunia maya. Dia adalah makhluk paling annoying yang pernah gue 'temenin'. Gue berharap nggak pernah kenal dia, nggak pernah punya 'kontak' sama dia, gue pengen dia enyah dari hidup gue. Minimal, gue nggak pernah kenal dia. Wish it. But, everything happened. Gue nggak bisa menghindari dia karena dia ada dalam kontak maya gue.
Kedua, gue benci sekelompok orang dalam dunia maya gue. Rasa bersalah mungkin ada setelah tulisan ini turun, tapi kalau nggak gue tulis sekarang kebencian terhadap diri gue mungkin semakin bertambah. Gue benci karena seolah-olah gue diabaikan sama mereka. Setiap apa yang gue katakan, setiap ajakan, setiap 'pancingan' direspon setengah hati, atau bahkan nggak ada niat buat ngerespon perkataan gue. Kesannya, gue udah jadi makhlukk paling annoying ke mereka.
Next, gue benci sekelompok orang dalam dunia nyata gue. Gue nggak tahu kenapa, yang jelasnya mereka bisa bikin gue ngerasa nggak enak ke mereka, karena gue benci mereka.
Semuanya. Gue benci hidup gue. Rasanya nyebelin. Nggak enak.
Gue butuh pelarian. Lebih dari sekedar kalap beli sesuatu yang bikin gue jatuh miskin, lebih dari makan, lebih dari tidur. 
Itu setengah dari hati yang gue bagi untuk hal-hal yang gue benci.
Setengahnya, kebencian yang paling besar. Ada di diri gue. Gue benci diri gue yang selalu iri, selalu dengki, manja, kampretsetananjingbabinyebelin, sok tahu, songong, cengeng, nggak tahu diri.
Gue benciiiiii!!! Gue depresi sendiri mikirin diri sendiri yang ajdfhjjadfhajfgwbjnsbfjwa.
Gue capek dengan kepala gue, dengan hati gue.

GUE INGIN MENGHAPUS IRI INI DARI DALAM DIRI GUE!!!!
GUE PENGEN MENGHAPUS KEBENCIAN INI!
GUE PENGEN MENGHARGAI DIRI GUE!!!
GUE CAPEK JADI ORANG TOLOL! JADI ORANG MUNAFIK! JADI ORANG YANG NGGAK PUNYA OTAK NGGAK PUNYA HATIIII!!!!!

Gue pengen diam. Untuk saat ini.
Sampai gue bisa menghargai diri gue sendiri.

Maybe everyone hates me. I know that. I Apreciated it.
here

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?