Si jatuh yang berkali-kali patah.

Thursday, May 2, 2013



Sebuah percakapan. Dini hari.
"Kamu berdetak terlalu cepat."
"Dan aku sudah bosan memikirkan dia."
"Katakan padanya agar ia tidak jatuh terus-terusan. Capek saya berpikir terus. Memikirkan orang yang sama."
"Tapi dia tuli, sepertinya."
"Atau buta. Badannya sudah dijahit sana sini, tapi dia tidak bosan-bosan jatuh juga."
"Kamu tahu kejadian kemarin? Saat Mata melihat lelaki itu di seberang sana bersama gadis lain. Aku bisa menebak mengapa jantung marah-marah kemarin, dia tidak bisa mengontrol infeksi rasa yang diberikan kepadanya. Memompa darah terus menerus."
"Saya kasihan sama tubuh ini. Gara-gara kebodohan segumpal daging yang bahkan tak eksis di dalamnya, dia terpaksa menderita."
"Padahal ia bisa bangkit, dianya saja yang tak mau."
"Tidak bisakah kita beristirahat sekarang? Kantong hitam di bawha saya sudah semakin besar. Saya harus kelihatan oke besok pagi. Tubuh ini mau presentasi."
"Saya juga mau tidur, dari tadi Alam Mimpi sudah gedor-gedor pintu mau masuk. Tapi si bodoh ini tidak mau keluar dari Alam Khayal."
"Kenapa kita harus seperti ini?"
"Iya, kenapa kita harus menderita?"
"Jangan tanya saya."
"Kenapa? Kamu satu-satunya sisi rasional yang kami punya."
"Iya, saya tahu. Tapi teritory saya sudah dikuasai sama cecunguk rasa tidak tahu diri itu."
"Saya capek. Mau istirahat."
"Ya sudah, kemarikan tambangnya. Biar saya seret dia supaya mau keluar."
"Kalian siap-siap istirahat sana."
"Jangan lupa matikan lampunya."
"Iya. Selamat tidur."
"Selamat tidur."

2 comments:

  1. dilihat dr segi manapun, cerita di atas banyak benarnya -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwwkwwkkwkw...


      sakit otak gara-gara hati yang jatuh...


      baaahhhh

      Delete

Kalau menurutmu, bagaimana?