Siapa Bilang Jatuh Cinta Itu Enak?

Monday, March 3, 2014

here
Jatuh cinta itu nggak enak.
Terlebih lagi ketika perasaan itu hadir tanpa mengenal waktu, tempat, kondisi, dan kepada siapa perasaan itu jatuh. Mengerikan dan tidak tahu diri. Menyebalkan dan bikin susah. Semuanya jadi serba salah. Dan mendadak kita menginginkan segala hal menjadi sempurna. Tatanan rambut lah, pakaian lah, tampang lah, bahkan sampai sikap pun berubah karena perasaan itu.
Shit.
Temanku Doni pernah jadi korban perasaan itu, berulang-ulang kali ia dibodohi oleh perasaan cinta pada perempuan yang sama, pada perempuan yang dengan nyata mengatakan bahwa ia tidak berminat pada cecunguk rendahan macam temanku itu. Terdengar sombong dan sadis memang, tapi begitu lah adanya. Doni sudah berulang kali ditolak oleh gadis pujaan hatinya itu, namun, bukan Doni namanya kalau dia menyerah begitu saja. Ketika pada langkah pertama ia ditendang, ia masih punya 1000 langkah lainnya untuk mencapai impiannya.
Semboyannya, Pantang pulang sebelum sampai cintaku!
Halah!
Lain Doni, lain pula Revan. Temanku, pecinta yang dalam namun berkebalikan dengan Doni. Bila Doni mengerahkan segala daya upaya serta pikiran dan hatinya untuk merebut perhatian sang gadis, Revan malah diam di sudut terjauh, mengubur cintanya dalam-dalam agar tak ada seorang pun yang tahu. Sayangnya, karena terlalu dalam dikubur, cinta itu jadi bertemu banyak nutrisi  di pusat hati, berupa rindu, cemburu, bahagia, dan membuat rasa itu semakin tumbuh dan akhirnya berkembang memenuhi hati yang begitu luas untuk dihuni.
Revan selalu menyembunyikan curian pandangnya dari balik kacamata, atau buku tebal yang dijadikan kamuflase untuk menatap sang pujaan hati. Dengan tingkat kemampuan curi-curi pandang kelas teri, tak jarang Revan tertangkap basah tengah memandang ke arah sang pujaan, yang kemudian oleh sang pujaan dibalas dengan senyum sekilas. Lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, dan membiarkan Revan yang mangap-mangap sendiri kehabisan napas.
Bodoh.
Bagi Revan, Cinta cukup menatapnya tersenyum dari kejauhan.
Apaan!
Dari dua temanku, aku mempelajari dua hal. Bahwasanya, cinta butuh otak dan cinta butuh keberanian.
Ah, siapa bilang?
Aku.
Kenapa?
Karena aku sendiri lebih parah dari Doni dan Revan.
Aku melupakan pikiranku dan kehilangan keberanianku saat kali pertama aku menatap mata gadis berlesung pipit itu.
Jatuh cinta itu tidak enak.




1 comment:

  1. ada yg lagi berbunga-bunga nih. :s boleh dipetik nggak?
    *Nice

    ReplyDelete

Kalau menurutmu, bagaimana?