here |
Jatuh
cinta itu nggak enak.
Terlebih
lagi ketika perasaan itu hadir tanpa mengenal waktu, tempat, kondisi, dan
kepada siapa perasaan itu jatuh. Mengerikan dan tidak tahu diri. Menyebalkan
dan bikin susah. Semuanya jadi serba salah. Dan mendadak kita menginginkan
segala hal menjadi sempurna. Tatanan rambut lah, pakaian lah, tampang lah,
bahkan sampai sikap pun berubah karena perasaan itu.
Shit.
Temanku
Doni pernah jadi korban perasaan itu, berulang-ulang kali ia dibodohi oleh
perasaan cinta pada perempuan yang sama, pada perempuan yang dengan nyata
mengatakan bahwa ia tidak berminat pada cecunguk rendahan macam temanku itu.
Terdengar sombong dan sadis memang, tapi begitu lah adanya. Doni sudah berulang
kali ditolak oleh gadis pujaan hatinya itu, namun, bukan Doni namanya kalau dia
menyerah begitu saja. Ketika pada langkah pertama ia ditendang, ia masih punya
1000 langkah lainnya untuk mencapai impiannya.
Semboyannya, Pantang pulang sebelum sampai
cintaku!
Halah!
Lain
Doni, lain pula Revan. Temanku, pecinta yang dalam namun berkebalikan dengan
Doni. Bila Doni mengerahkan segala daya upaya serta pikiran dan hatinya untuk
merebut perhatian sang gadis, Revan malah diam di sudut terjauh, mengubur
cintanya dalam-dalam agar tak ada seorang pun yang tahu. Sayangnya, karena
terlalu dalam dikubur, cinta itu jadi bertemu banyak nutrisi di pusat
hati, berupa rindu, cemburu, bahagia, dan membuat rasa itu semakin tumbuh dan
akhirnya berkembang memenuhi hati yang begitu luas untuk dihuni.
Revan
selalu menyembunyikan curian pandangnya dari balik kacamata, atau buku tebal
yang dijadikan kamuflase untuk menatap sang pujaan hati. Dengan tingkat
kemampuan curi-curi pandang kelas teri, tak jarang Revan tertangkap basah
tengah memandang ke arah sang pujaan, yang kemudian oleh sang pujaan dibalas
dengan senyum sekilas. Lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya, dan membiarkan
Revan yang mangap-mangap sendiri kehabisan napas.
Bodoh.
Bagi
Revan, Cinta cukup menatapnya
tersenyum dari kejauhan.
Apaan!
Dari
dua temanku, aku mempelajari dua hal. Bahwasanya, cinta butuh otak dan cinta
butuh keberanian.
Ah,
siapa bilang?
Aku.
Kenapa?
Karena
aku sendiri lebih parah dari Doni dan Revan.
Aku
melupakan pikiranku dan kehilangan keberanianku saat kali pertama aku menatap
mata gadis berlesung pipit itu.
Jatuh
cinta itu tidak enak.
ada yg lagi berbunga-bunga nih. :s boleh dipetik nggak?
ReplyDelete*Nice