Usaha

Thursday, March 27, 2014

here


“Dalam ujian, ada orang yang sudah berusaha mati-matian namun kalah sama orang yang santai-santai saja.” @daraprayoga_
 Terkadang, kita pasti ngerasain hal yang seperti ini. Sudah berusaha belajar siang-malam, tapi mendapatkan nilai yang biasa saja, bahkan buruk.
Aku juga pernah kayak gitu.
Dua mata kuliah. Biokimia dan Anatomi Tumbuhan. Dua-duanya nggak beres nilainya. Dua nilai terendah tercetak terpampang nyata di transkrip nilai itu rasanya kayak keselek tapi nggak ppunya air buat minum. Nyesek. Padahal sudah belajar mati-matian. Jalur Metabolisme, yang glikolisis sama siklus kreb itu? Cih, gue hapal! Bahkan sampai molekul-molekul O2 mana yang berpindah gue tahu susunannya. Metabolisme ini, metabolisme itu, gue tahu jalurnya. Tapi… tetep aja nilai jelek yang jadi akhirnya.
IPK gue anjlok!
Gue sempet mikir, gue bodoh kali ya. Goblok. Sampai gue bisa dapat nilai separah itu. Sementara teman-teman gue yang lain, yang biasa saja menurutku, nilainya masih lebih baik dari gue.
Sebenarnya apa yang salah?
Entahlah.
Dulu, gue sempat drop banget. Kacau dan sakit hati sama nilai yang rendah itu. Pokoknya, nilai-nilai yang rendah itu menjadi semacam pemicu dendam dan kesedihan. Jadi kayak… aisshhhh, males banget. Jadi nggak semangat…
Namun, kemudian gue sadar bahwa apa yang terjadi sama gue adalah sesuatu ‘yang lebih’.
Apaan! Nilai kurang kok lebih.
Dari nilai kurang yang lebih ini gue memahami bahwa sekali pun kita berpikir bahwa kita telah berusaha sebaik mungkin, nyatanya usaha kita itu tidak cukup untuk meraih apa yang kita mau. Dan belakangan gue berpikir bahwa, mungkin memang gue dulu nggak begitu berusaha, meskipun tetap belajar, tapi perbandingan untuk mendapatkan hasil yang baik antara belajar SKS dan belajar setiap hari tentu saja berbeda.
Huft…
Dari situ juga gue belajar bahwa tidak selamanya Transkrip Nilai hanya berisi A dan B. Pasti ada nilai lain yang mengikuti, meskipun hanya sebiji dua biji (yang bikin stress abiesss).
Dapat nilai jelek, jadiin pengalaman aja. Pengalaman punya nilai jelek.
Karena, dari situ lah aku punya semboyan belajar.
“Dapat nilai maksimal A, minimal B+!!!”
Ini bukan harapan yang ketinggian, karena kalau ketinggian gue pasti udah nulis “Dapat nilai maksimal A, minimal A!!!”
Dapat nilai jelek membuat gue termotivasi bahwa gue harus lebih baik lagi daripada semester-semester sebelumnya. Bahwa gue cukup punya pengalaman satu semester dengan nilai yang mengerikan itu. Cukup satu semester. Tak perlu lagi yang lain.
Setidaknya, gue sudah punya pengalaman dengan nilai-nilai mengenaskan itu. Dan akan berusaha untuk tidak mendapatkannya lagi.

Semangat A untuk semester ini!!!

1 comment:

Kalau menurutmu, bagaimana?