here |
“Dalam ujian, ada orang yang sudah berusaha mati-matian namun kalah sama orang yang santai-santai saja.” @daraprayoga_
Terkadang,
kita pasti ngerasain hal yang seperti ini. Sudah berusaha belajar siang-malam,
tapi mendapatkan nilai yang biasa saja, bahkan buruk.
Aku
juga pernah kayak gitu.
Dua
mata kuliah. Biokimia dan Anatomi Tumbuhan. Dua-duanya nggak beres nilainya. Dua
nilai terendah tercetak terpampang nyata di transkrip nilai itu rasanya kayak
keselek tapi nggak ppunya air buat minum. Nyesek. Padahal sudah belajar
mati-matian. Jalur Metabolisme, yang glikolisis sama siklus kreb itu? Cih, gue
hapal! Bahkan sampai molekul-molekul O2 mana yang berpindah gue tahu
susunannya. Metabolisme ini, metabolisme itu, gue tahu jalurnya. Tapi… tetep
aja nilai jelek yang jadi akhirnya.
IPK
gue anjlok!
Gue
sempet mikir, gue bodoh kali ya. Goblok. Sampai gue bisa dapat nilai separah
itu. Sementara teman-teman gue yang lain, yang biasa saja menurutku, nilainya
masih lebih baik dari gue.
Sebenarnya
apa yang salah?
Entahlah.
Dulu,
gue sempat drop banget. Kacau dan sakit hati sama nilai yang rendah itu.
Pokoknya, nilai-nilai yang rendah itu menjadi semacam pemicu dendam dan
kesedihan. Jadi kayak… aisshhhh, males banget. Jadi nggak semangat…
Namun,
kemudian gue sadar bahwa apa yang terjadi sama gue adalah sesuatu ‘yang lebih’.
Apaan!
Nilai kurang kok lebih.
Dari
nilai kurang yang lebih ini gue memahami bahwa sekali pun kita berpikir bahwa
kita telah berusaha sebaik mungkin, nyatanya usaha kita itu tidak cukup untuk
meraih apa yang kita mau. Dan belakangan gue berpikir bahwa, mungkin memang gue
dulu nggak begitu berusaha, meskipun tetap belajar, tapi perbandingan untuk
mendapatkan hasil yang baik antara belajar SKS dan belajar setiap hari tentu
saja berbeda.
Huft…
Dari
situ juga gue belajar bahwa tidak selamanya Transkrip Nilai hanya berisi A dan
B. Pasti ada nilai lain yang mengikuti, meskipun hanya sebiji dua biji (yang
bikin stress abiesss).
Dapat
nilai jelek, jadiin pengalaman aja. Pengalaman punya nilai jelek.
Karena,
dari situ lah aku punya semboyan belajar.
“Dapat
nilai maksimal A, minimal B+!!!”
Ini
bukan harapan yang ketinggian, karena kalau ketinggian gue pasti udah nulis “Dapat
nilai maksimal A, minimal A!!!”
Dapat
nilai jelek membuat gue termotivasi bahwa gue harus lebih baik lagi daripada
semester-semester sebelumnya. Bahwa gue cukup punya pengalaman satu semester
dengan nilai yang mengerikan itu. Cukup satu semester. Tak perlu lagi yang
lain.
Setidaknya,
gue sudah punya pengalaman dengan nilai-nilai mengenaskan itu. Dan akan
berusaha untuk tidak mendapatkannya lagi.
Semangat
A untuk semester ini!!!
Ganbatte meyy.. ikut rime juga dehh.. coayoooo! :a
ReplyDelete