Catatan Harian dan Lelaki-Lelaki yang Kutaksir

Monday, April 6, 2015

here
Sawatdee ka… :D
Setelah beberapa menit melepas penat dengan membanjiri bantal dengan mata air  dan pura-pura tidur biar tidak ketahuan oleh nenek, gue bangkit dari kubur. Tadi, gue tidur-tiduran di kamar gue—eks-kamar Mams waktu dia dirawat di rumah. Terkadang, kekosongan di ruangan itu membuat hati berat, dan bikin muka gue tiba-tiba punya sumber air. Nenek sudah bilang untuk menutup garis miring mengunci kamar ini, biar gue atau adik-adik gue nggak ingat-ingat garis miring sedih garis miring di­amprang-parangi sama ruh mama (gare’).
Tapi gue dilema (Cieee dilema) berat sama suatu hal yang membuat gue harus mengambil keputusan besar. Intermezzo sebentar, gue paling benci banget kalau disuruh ambil keputusan. Gue adalah makhluk paling plin-plan sedunia, gue benci harus mengambil keputusan dan bertanggung jawab untuk keputusan itu. Jiwa gue nggak dirancang untuk hal-hal seperti itu, jiwa gue belum siap.
Mau maki-maki Tuhan, ntar gue disambar petir. Mau marah-marah sama Dia, nanti hilang rejekiku. Aishhhh… pusing pala Megatron!
Tapi bukan memang hak-ku kalau mau bersikap bajingan sama Tuhan. Hamba tiada syukur banget gue.
Tapi ini ujiannya berat binggooooo…. Belum kering kuburan tapi hati gue kayaknya udah capek banget. Huuu kasihan sa lelah.
Tapi sudah lah, jangan bahas itu, ntar kalian menangis massal baca postingan ini.
Di postingan kali ini gue pengen bercerita tentang hal yang gue temukan setelah pura-pura tidur tadi. Well, setelah dilema beberapa belas menit dan pura-pura ngorok, gue telentang di tempat tidur dengan pikiran yang mengawang-ngawang sambil ngelap belas pulau di muka gue. Anjir, jadi susah melek gue.  Sialan betul, besok pagi muka gue pasti jadi jelek nih. Bisa jadi sumber pertanyaan dari Oom sama Nenek gue.  Sudahlah.
Next, gue bangkit dari tempat tidur menuju lemari garis miring tempat gue nyimpan buku. Gue putar kuncinya dan kemudian menatap tumpukan novel-novel gue di rak paling atas. Rencananya gue mau ngerapiin susunan novel gue, mau gue tata sesuai tanggal pembelian. Namun, takdir berkata lain….
Koleksi novel sejak 2010-2012 dan 2015

Pandangan mata gue tertumbuk pada satu buku agenda yang timbul tenggelam di balik pakaian yang terletak di rak kedua. Sambil senyum-senyum gaje dan dengan perasaan penasaran yang gue buat-buat biar dramatis, gue ambil agenda itu. Agenda berwarna loreng, dengan restleting penutup, dan halaman awal khas buku agenda lainnya. Halaman biodata, Pancasila lengkap dengan Garudanya, Kalender dari tahun 2012-2013, nomor-nomor internasional dan mata uang asing.
Hasil Jarahan di lemari: Kotak Hape yang berisi kenangan, kotak
Dataprint, dan dua agenda.
Gue buka lagi, ada beberapa catatan singkat yang dibuat pada tahun 2010, lalu catatan harian yang dibuat sejak akhir tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2012. Agenda ini, adalah catatan kelas dua belas gue di SMA. Dan pas gue baca ulang catatan-catatan itu…. Well… ternyata gue mata keranjang dan norak. #dor
Kurang lebih ada tiga lelaki yang gue bahas dalam agenda itu. Satu diantaranya gue bahas dengan detail, sementara dua lainnya gue bahas dengan samar-samar. Entah gue ini kenapa, bahkan dengan diri sendiri pun masih malu. CKckkckc. Dari agenda ini, semakin mempertegas bahwa gue adalah sosok yang dengan mudahnya jatuh naksir sama orang. Ya Tuhan, kadang gue ngeri sendiri dengan sifat gue yang satu ini. Dalam salah satu catatan dalam agenda itu, gue nulis:
“Memiliki hati yang mudah jatuh cinta itu antara mengenakkan dan mengerikan. Enak karena kita bisa merasa senang karena kita punya banyak sumber kebahagiaan. Dan mengerikan karena kita punya banyak sumber kegalauan.”
Iya gue tahu tata bahasa gue hancur, pemikiran gue sialan dan juga gue ini satu perguruan dengan Rian Jombang di jurusan suka mutilasi perasaan sendiri.
Ada kurang lebih tiga lembar yang gue pakai untuk membahas seseorang yang gue juluki ‘Helm Merah’ (Wrocococoococo, ternyata gue romantis! #dor dan sinting).  Si Helm Merah ini dulu kelasnya di samping kelas gue, pertama kali gue lihat dia pas di depan Laboratorium Komputer I SMANSA, waktu itu gue lagi jalan sama temen gue dan dia kebetulan mau ngomong sama temen gue dan jadilah gue saat itu mandangin dia ngomong sama teman gue. Kalau ingat masa-masa gue suka curi-curi pandang ke Helm Merah, gue ngerasa creepy sendiri. Idihhhh… masa’ Cuma disambar sama tas doang udah langsung klepek-klepek. Muke Gile.
Namun, naksir si Helm Merah adalah naksir-naksiran gue yang paling berani. Kerana: 1. Ada hal lain yang tidak bisa disebutkan di sini karena nanti seorang teman yang membaca postingan ini akan tahu siapa itu Helm Merah; 2. Helm Merah sudah gue abadikan dalam satu karya gue yang berjudul ….; 3. Well, dalam agenda ini dia paling banyak menghabiskan halaman.
Dan kalau gue baca catatan harian yang mengandung Helm Merah di dalamnya, gue ini kayaknya adalah seorang Pencinta Diam-Diam Sejati, layak dapat Piala Oscar buat Karakter-yang-Tidak-Dapat-Didefinisikan.
Becoz, meskipun gue naksir seseorang, gue nggak mau seseorang itu tahu kalau gue naksir dia, suka curi-curi pandang ke dia. Buat gue, menyembunyikan perasaan tanpa seseorang tahu adalah sebuah prestasi. Yeah, pemikiran yang sinting.
Misalnya saja pada catatan tanggal 6 Desember 2012, gue nulis kayak gini:
“… tadi, waktu dia ke kelasku aku masih suka diam-diam curi pandang ke dia. semoga aja dia nggak nyadar….”
Atau, di lain hari gue nulis:
“Semoga aja nggak ada yang tahu kalau gue suka perhatiin dia…”
Munyeeeekkk, saking nggak pengennya nih perasaan ketahuan dan pada akhirnya dibullly gue sampe nulis-nulis dan mohon-mohon kayak gitu di catatan harian gue.Ulalalala.
Tapi emang sih, saking pemalunya gue, sama diri gue sendiri aja gue malu. Duh. Padahal ceritanya nih, gue mau kasih screenshot halaman asli dari catatan harian gue itu (di mana no pict = hoax), tapi nggak jadi deh. Nggak ada gunanya juga, ntar orang-orang makin berpikir kalau gue ini emang rada-rada sableng.
Kemudian ada sosok kedua, di sini julukannya The Next HarPot (Harry Potter). Sosoknya meninggalkan jejak di kepala dan di hati, namun dia hanya menghabiskan setengah halaman dengan nama julukan yang Cuma dua kali disebut. Sedikit, karena gue tahu gue cuma naksir-naksir doang ke dia. Mungkin tampangnya yang bikin gue naksir dia, habisnya dia ganteng sih (menurut selera gue, tahu lah selera gue kan alien-alien gitu), senyumnya manis (Sirius loohh, senyumnya manis XD XD XD), dan ada satu hal yang masih membekas di ingatan gue tentang dia. Hehehehe…. Dan gue nggak bakalan nulis itu di sini (Setidaknya sampai jiwa dan raga gue siap. Yeah).
Dan kemudian ada… Aish, tak sanggup gue sebut julukan apa lagi namanya. Bisa jadi skandal dan membuat gue jadi bahan bully kalau ada teman-teman SMA gue yang baca postingan ini. Sebut saja dia… Yang Tidak Terkatakan. Sosok yang satu ini hanya menghabiskan seperempat halaman,  cuma dua kali disebut julukannya, namun sudah dia yang paling sering diingat-ingat. Karena, seperti yang sudah gue bilang di atas, gue adalah sosok yang bahkan dengan perasaan yang gue miliki pun gue malu sendiri untuk mengungkapkannya. Gue lebih suak perasaan naksir-naksir semacam ini jadi rahasia yang paling rahasia buat gue. Nyeahhh.
Membaca agenda itu membuat gue teringat masa-masa SMA gue yang secara garis besar hambar. Hambar yang disebabkan karena gue dulu jarang banget bergaul dan keluar kelas. Paling orbit gue itu Cuma di kelas, kantin, sama mushallah sekolah, plus Laboratorium Komputer tempat gue sering numpang internetan gratis (Thanks banget buat Pak Ahmad Sipa yang selama tiga tahun sering gue invasi Kerajaan Komputernya).  Gue jadi ingat, kalau dulu teman-teman gue banyak yang naksir sama kakak kelas, gue malah sering ikut-ikutan sok naksir biar kelihatan gahool gitu dan bisa update cowok-cowok kece di sekolah gue (Ya Nabissalammm!). Yah, minimal supaya tidak terlempar dari lingkaran Ahli Gosip lah! Nyeahahahhaha….
Sebenarnya ada beberapa hal yang gue tulis di agenda itu, tentang kelas gue yang nggak jadi ikut lomba upacara pas kelas dua belas, tentang Ujian Nasional, tentang grup NHL. Tapi untuk saat ini gue Cuma pengen bahas lelaki-lelaki yang pernah gue taksir. Meskipun tidak detail-detail amat. Malu cuyyyy….
Ntar ya, kalau gue udah siap lahir batin baru gue ungkap semuanya.
Ini aja, gue bahas di sini karena gue yakin, mereka nggak bakalan baca blog gue. Jiahahahahha.
Benarkah? Benar. 





2 comments:

  1. :r Memang kayaknya kamu sableng dari dlu meyy. sebelum raja api menyerang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan kayaknya lagi sih, tapi memang iya... kekekekek

      Delete

Kalau menurutmu, bagaimana?