here |
Sawatdee ka… :D
Setelah beberapa
menit melepas penat dengan membanjiri bantal dengan mata air dan pura-pura tidur biar tidak ketahuan oleh
nenek, gue bangkit dari kubur. Tadi, gue tidur-tiduran di kamar gue—eks-kamar
Mams waktu dia dirawat di rumah. Terkadang, kekosongan di ruangan itu membuat
hati berat, dan bikin muka gue tiba-tiba punya sumber air. Nenek sudah bilang
untuk menutup garis miring mengunci kamar ini, biar gue atau adik-adik gue
nggak ingat-ingat garis miring sedih garis miring diamprang-parangi sama ruh mama (gare’).
Tapi gue dilema
(Cieee dilema) berat sama suatu hal yang membuat gue harus mengambil keputusan
besar. Intermezzo sebentar, gue paling benci banget kalau disuruh ambil
keputusan. Gue adalah makhluk paling plin-plan sedunia, gue benci harus
mengambil keputusan dan bertanggung jawab untuk keputusan itu. Jiwa gue nggak
dirancang untuk hal-hal seperti itu, jiwa gue belum siap.
Mau maki-maki
Tuhan, ntar gue disambar petir. Mau marah-marah sama Dia, nanti hilang
rejekiku. Aishhhh… pusing pala Megatron!
Tapi bukan memang
hak-ku kalau mau bersikap bajingan sama Tuhan. Hamba tiada syukur banget gue.
Tapi ini ujiannya
berat binggooooo…. Belum kering kuburan tapi hati gue kayaknya udah capek
banget. Huuu kasihan sa lelah.
Tapi sudah lah,
jangan bahas itu, ntar kalian menangis massal baca postingan ini.
Di postingan kali
ini gue pengen bercerita tentang hal yang gue temukan setelah pura-pura tidur tadi. Well, setelah dilema beberapa belas menit dan pura-pura ngorok, gue
telentang di tempat tidur dengan pikiran yang mengawang-ngawang sambil ngelap
belas pulau di muka gue. Anjir, jadi susah melek gue. Sialan betul, besok pagi muka gue pasti jadi
jelek nih. Bisa jadi sumber pertanyaan dari Oom sama Nenek gue. Sudahlah.
Next, gue bangkit
dari tempat tidur menuju lemari garis miring tempat gue nyimpan buku. Gue putar
kuncinya dan kemudian menatap tumpukan novel-novel gue di rak paling atas.
Rencananya gue mau ngerapiin susunan novel gue, mau gue tata sesuai tanggal
pembelian. Namun, takdir berkata lain….
Koleksi novel sejak 2010-2012 dan 2015 |
Pandangan mata gue
tertumbuk pada satu buku agenda yang timbul tenggelam di balik pakaian yang
terletak di rak kedua. Sambil senyum-senyum gaje dan dengan perasaan penasaran
yang gue buat-buat biar dramatis, gue ambil agenda itu. Agenda berwarna loreng,
dengan restleting penutup, dan halaman awal khas buku agenda lainnya. Halaman
biodata, Pancasila lengkap dengan Garudanya, Kalender dari tahun 2012-2013, nomor-nomor
internasional dan mata uang asing.
Hasil Jarahan di lemari: Kotak Hape yang berisi kenangan, kotak Dataprint, dan dua agenda. |
Gue buka lagi,
ada beberapa catatan singkat yang dibuat pada tahun 2010, lalu catatan harian
yang dibuat sejak akhir tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2012. Agenda ini,
adalah catatan kelas dua belas gue di SMA. Dan pas gue baca ulang
catatan-catatan itu…. Well… ternyata gue mata
keranjang dan norak. #dor
Kurang lebih ada
tiga lelaki yang gue bahas dalam agenda itu. Satu diantaranya gue bahas dengan
detail, sementara dua lainnya gue bahas dengan samar-samar. Entah gue ini
kenapa, bahkan dengan diri sendiri pun masih malu. CKckkckc. Dari agenda ini, semakin
mempertegas bahwa gue adalah sosok yang dengan mudahnya jatuh naksir sama
orang. Ya Tuhan, kadang gue ngeri sendiri dengan sifat gue yang satu ini. Dalam
salah satu catatan dalam agenda itu, gue nulis:
“Memiliki hati yang mudah jatuh cinta itu antara mengenakkan dan mengerikan. Enak karena kita bisa merasa senang karena kita punya banyak sumber kebahagiaan. Dan mengerikan karena kita punya banyak sumber kegalauan.”
Iya gue tahu tata
bahasa gue hancur, pemikiran gue sialan dan juga gue ini satu perguruan dengan
Rian Jombang di jurusan suka mutilasi
perasaan sendiri.
Ada kurang lebih
tiga lembar yang gue pakai untuk membahas seseorang yang gue juluki ‘Helm Merah’ (Wrocococoococo, ternyata gue
romantis! #dor dan sinting). Si Helm Merah ini dulu kelasnya di samping
kelas gue, pertama kali gue lihat dia pas di depan Laboratorium Komputer I SMANSA,
waktu itu gue lagi jalan sama temen gue dan dia kebetulan mau ngomong sama
temen gue dan jadilah gue saat itu mandangin dia ngomong sama teman gue. Kalau
ingat masa-masa gue suka curi-curi pandang ke Helm Merah, gue ngerasa creepy sendiri. Idihhhh… masa’ Cuma
disambar sama tas doang udah langsung klepek-klepek. Muke Gile.
Namun, naksir si Helm Merah adalah naksir-naksiran gue
yang paling berani. Kerana: 1. Ada hal lain yang tidak bisa disebutkan di sini karena nanti seorang teman yang membaca
postingan ini akan tahu siapa itu Helm
Merah; 2. Helm Merah sudah gue
abadikan dalam satu karya gue yang berjudul ….; 3. Well, dalam agenda ini dia
paling banyak menghabiskan halaman.
Dan kalau gue
baca catatan harian yang mengandung Helm
Merah di dalamnya, gue ini kayaknya adalah seorang Pencinta Diam-Diam
Sejati, layak dapat Piala Oscar buat Karakter-yang-Tidak-Dapat-Didefinisikan.
Becoz, meskipun gue naksir
seseorang, gue nggak mau seseorang
itu tahu kalau gue naksir dia, suka curi-curi pandang ke dia. Buat gue,
menyembunyikan perasaan tanpa seseorang tahu adalah sebuah prestasi. Yeah, pemikiran yang sinting.
Misalnya saja
pada catatan tanggal 6 Desember 2012, gue nulis kayak gini:
“… tadi, waktu dia ke kelasku aku masih suka diam-diam curi pandang ke dia. semoga aja dia nggak nyadar….”
Atau, di lain
hari gue nulis:
“Semoga aja nggak ada yang tahu kalau gue suka perhatiin dia…”
Munyeeeekkk,
saking nggak pengennya nih perasaan ketahuan dan pada akhirnya dibullly gue sampe nulis-nulis dan
mohon-mohon kayak gitu di catatan harian gue.Ulalalala.
Tapi emang sih,
saking pemalunya gue, sama diri gue sendiri aja gue malu. Duh. Padahal
ceritanya nih, gue mau kasih screenshot halaman asli dari catatan harian gue
itu (di mana no pict = hoax), tapi nggak jadi deh. Nggak ada gunanya juga, ntar
orang-orang makin berpikir kalau gue ini emang rada-rada sableng.
Kemudian ada
sosok kedua, di sini julukannya The Next
HarPot (Harry Potter). Sosoknya meninggalkan jejak di kepala dan di hati,
namun dia hanya menghabiskan setengah halaman dengan nama julukan yang Cuma dua
kali disebut. Sedikit, karena gue tahu gue cuma naksir-naksir doang ke dia.
Mungkin tampangnya yang bikin gue naksir dia, habisnya dia ganteng sih (menurut
selera gue, tahu lah selera gue kan alien-alien gitu), senyumnya manis (Sirius
loohh, senyumnya manis XD XD XD), dan ada satu hal yang masih membekas di
ingatan gue tentang dia. Hehehehe…. Dan gue nggak bakalan nulis itu di sini
(Setidaknya sampai jiwa dan raga gue siap. Yeah).
Dan kemudian ada…
Aish, tak sanggup gue sebut julukan apa lagi namanya. Bisa jadi skandal dan
membuat gue jadi bahan bully kalau
ada teman-teman SMA gue yang baca postingan ini. Sebut saja dia… Yang Tidak
Terkatakan. Sosok yang satu ini hanya menghabiskan seperempat halaman, cuma dua kali disebut julukannya, namun sudah
dia yang paling sering diingat-ingat.
Karena, seperti yang sudah gue bilang di atas, gue adalah sosok yang bahkan
dengan perasaan yang gue miliki pun gue malu sendiri untuk mengungkapkannya. Gue
lebih suak perasaan naksir-naksir semacam ini jadi rahasia yang paling rahasia
buat gue. Nyeahhh.
Membaca agenda
itu membuat gue teringat masa-masa SMA gue yang secara garis besar hambar.
Hambar yang disebabkan karena gue dulu jarang banget bergaul dan keluar kelas.
Paling orbit gue itu Cuma di kelas, kantin, sama mushallah sekolah, plus
Laboratorium Komputer tempat gue sering numpang internetan gratis (Thanks
banget buat Pak Ahmad Sipa yang selama tiga tahun sering gue invasi Kerajaan
Komputernya). Gue jadi ingat, kalau dulu
teman-teman gue banyak yang naksir sama kakak kelas, gue malah sering
ikut-ikutan sok naksir biar kelihatan gahool gitu dan bisa update cowok-cowok
kece di sekolah gue (Ya Nabissalammm!). Yah, minimal supaya tidak terlempar
dari lingkaran Ahli Gosip lah! Nyeahahahhaha….
Sebenarnya ada
beberapa hal yang gue tulis di agenda itu, tentang kelas gue yang nggak jadi
ikut lomba upacara pas kelas dua belas, tentang Ujian Nasional, tentang grup
NHL. Tapi untuk saat ini gue Cuma pengen bahas lelaki-lelaki yang pernah gue
taksir. Meskipun tidak detail-detail amat. Malu cuyyyy….
Ntar ya, kalau
gue udah siap lahir batin baru gue ungkap semuanya.
Ini aja, gue
bahas di sini karena gue yakin, mereka nggak bakalan baca blog gue.
Jiahahahahha.
Benarkah? Benar.
:r Memang kayaknya kamu sableng dari dlu meyy. sebelum raja api menyerang
ReplyDeleteBukan kayaknya lagi sih, tapi memang iya... kekekekek
Delete