Kalau waktu di kost-an, sendirian
sih udah biasa. Paling ya nggak sampai satu jam, udah ada anak-anak kost yang
balik dari ngampus.
Sekarang, di rumah yang segede
lapangan sepak bola ini, sendirian, gue mesti nyapain?
Ya ngapain kek, Rin!
Anjirrr, biar suara ketawa gue aja sampai menggema ke mana-mana. #dor
Anjirrr, biar suara ketawa gue aja sampai menggema ke mana-mana. #dor
Adik-adik gue udah mulai masuk
sekolah, nenek-nenek sama tante gue sudah pada pulang ke rumah masing-masing,
terus nenek sama tante yang mau nginep sampai waktu berduka ini selesai harus
pergi ke rumah nenek gue yang lain karena mereka juga lagi kedukaan di sana,
sepupu gue meninggal. Yah, untuk beberapa menit pertama sejak mengantarkan
keluarga yang mau balik ke kampung, beberapa menit pertama saat gue menutup
pintu rumah... cuma suara TV aja yang bunyi. Dan sekarang, baru mulai
kepikiran, udah nggak ada lagi sosok yang setiap pagi gue lap-lap basah
badannya, udah nggak ada lagi sosok yang tiap tiga hari sekali gue sisirin
rambutnya, udah nggak ada lagi sosok yang setiap hari gue duduk di dekat
kakinya terus gue usap-usap biar keram kakinya hilang.
Nggak ada lagi, man!
Dulu, gue selalu minta sendirian.
Bahkan kalau seandainya bisa, gue mau jadi peneliti aja di kutub utara biar
bisa terisolasi dari yang namanya manusia. Entah mengapa, sejak beberapa tahun
terakhir ini, gue males banget bersosialisasi. Gue suka sendirian. I love it.
Namun, ketika kesendirian itu datang
tanpa gue ada persiapan...
Gue nggak suka. Bukan kesendirian
yang seperti ini yang gue mau. Ini kesendirian sialan yang sepi banget.
here |
Kayak ada lubang yang nggak bisa
ditambal di dalam jantung gue, lubang hitam yang isinya semua batu-batu sialan
yang bikin langkah gue jadi berat, yang sebanyak apapun batu-batu itu masuk ke
dalamnya tidak akan mampu untuk menutupi lubang itu.
Itu luka, dan bebatuannya adalah
setiap beban yang entah akan bertambah atau berkurang seiring waktu.
Jadi kaki ini kayaknya berat banget.
Beraaaaatttt cuyyyyyyy.
Bah.
Jadi, gue mulai menyeret diri untuk
mulai menulis lagi. Sudah banyak banget proyek menulis yang terbengkalai, bukan
hhanya sejak kepulanganku dua bulan yang lalu ke Kendari nih, tapi sejak
berbulan-bulan-bulan-bulan yang laluuuu.
Well, seperti yang bisa kalian baca,
sekarang ini sudah agak susah buat gue untuk mengeluarkan kata-kata lagi.
Omongan gue pun jadi kayak tidak terarah lagi. Pikiran gue melompat-lompat ke
sana kemari. Gue yang dulu udah sering salah fokus-hilang fokus, sekarang jadi
makin parah. Omongan orang yang bicara sama gue lima menit yang lalu, hampir
gue lupain, nggak ada yang membekas di otak.
Awalnya, gue pikir kehilangan ini
akan lebih mudah gue terima, gue pasti bisa cepat pulih. Tapi nggak, man. Gue
salah. Setiap kali gue mengingat, bebatuan yang ada di dalam lubang hitam itu
seperti bergejolak dan berputar dan semakin membesar.
Jadi (again!), sekarang ini gue
mungkin akan mulai menulis lagi untuk penyembuhan garis miring meringankan
beban ini.
Mulai curhat-curhat lagi dan cerita
sedikit demi sedikit tentang keadaan gue sekarang, mungkin sudah mulai
menagrang cerita lagi. Gue juga mungkin bakalan mulai buka buku lagi. Mulai mempersiapkan otak untuk
belajar di semester depan nanti. Bisa berkarat otak gue kalau nggak belajar.
Gue harus menulis, karena kalau nggak, otak gue bisa kelebihan muatan. Otak gue kan nggak gede-gede amat. Ntar otak gue korslet lagi. Kekekekkekek.
Gue harus menulis, karena kalau nggak, otak gue bisa kelebihan muatan. Otak gue kan nggak gede-gede amat. Ntar otak gue korslet lagi. Kekekekkekek.
here |
Duh, lompat lagi.
Well, sekian
laporan perasaan dan pikiran hari ini.
Nanti sedihnya disambung lagi.
Sabar Rin....
ReplyDeleteWe Love You...
Tetap Menulis, salam sama adek2mu...