[Bukan Review] To All Boys I've Loved Before dan PS I Still Love You by Jenny Han

Tuesday, October 20, 2015

Diselesaikan dalam sehari semalam
Seharusnya, kemarin gue mengerjakan tugas presentasi bioteknologi, namun kemarin sore setelah selesai kuliah gue mendapati diri gue membaca buku yang sudah berminggu-minggu gue abaikan. Judulnya To All Boys I've Loved Before. Buku ini ngehits banget di internet selama setahun yang lalu dan gue baru bisa baca sekarang. Buku ini ebrcerita tentangs eorang gadis yang bernama Lara Jean yang selalu menulis surat cinta ke setiap cowok yang pernah dia sukai dan selalu menaruh surat-surat cinta itu dalam kotak topi milik ibunya. Dan suatu ketika, kotak topi dan surat-surat itu menghilang dan semua cowok yang pernah disukai Lara Jean menerima surat cinta itu dan BOOM! Hidup Lara Jean berubah. Well gue nggak bakalan nulis bagaimana isi blurb di belakang kovernya, kalian bisa baca di sini ataupun menulis review tentang apa kelebihan dan kekurangan buku ini, kalian bisa menemukannya di tempat lain.

I just wanna share my feeling when I read this book.
Gue akui, pertama kali buku ini ngehits gue penasaran banget. Gimana sih jalan ceritanya? Apa lagi premis buku ini gue banget, yang mendam-mendam perasaan ke cowok terus menyalurkan perasaan itu dalam hal lain, which is menulis. Cocok banget nih buat gue baca. Sampai akhirnya gue pesan buku itu bertepatan dengan munculnya terjemana dari buku sekuelnya PS I Still Love You, jadilah gue pesan dua. Dan, rasa penasaran gue nggak seperti yang di awal-awal membaca setiap review tentang buku ini, gue cuma baca beberapa bab pertama dari buku pertama dan agak-agak kehilangan minat. Entah mengapa, beberapa bulan belakangan yang gue lakuin hanya menimbun buku tanpa ada hasrat membaca.
Ohhhhh kembali lah engkau, hasratku....
Kemudian kemarin sore gue mulai membaca buku itu lagi karena salah satu temen gue mau pinjam. And you know what? I absobloodylutely loooooveeee this book. To All Boys I've Loved Before. Bukunya kena banegt sama gue dan cowoknya, si Peter Kavinsky yang kampret itu manis banget. Mereka di sini kan ceritanya pacaran pura-pura kerena insiden surat cinta itu dan juga untuk menyelamat harga diri Lara Jean. Dan semakin lama, chemistry mereka makin kentara. Setiap hal-hal kecil yang Peter K lakukan sangat manis. Seperti yang terjadi ketika Peter K mengakrabkan diri dengan Kitty, adik Lara Jean. Banyak banget hal-hal kecil itu yang nggak bisa dihitung dan nggak mau gue tulis di sini. Nanti jadi  sop iler lagi. duh.
Gue baca dari sekitar pukul tujum malam sampai pukul setengah lima pagi. Gue nggak bisa nggak melanjutkan membaca karena mereka berdua--Lara Jean dan Peter K sangat, ah, sudah berapa kali gue bilang, manis? Gue nggak bisa berhenti membaca yang mana mengakibatkan gue jadi nggak ngerjain agenda gue dan mengabaikan sekeliling gue. Selesai baca buku satu, gue langsung cabut baca buku dua.  Dan buku kedua gue selesaikan dalam sehari aja. Maklum kecepatan bacaku memang lambat.
But,
My expectation kills me.
I'm not really into book two.
Entah mungkin karena gue masih terbayang-bayang aura manis pada buku pertama, jadi gue nggak terlalu menikmati buku kedua yang lebih banyak dramanya.
Ceritanya berkurang kadar manisnya dan menjadi berat dan entahlah agak menyebalkan? Yeah, menyebalkan karena segalanya tidak sesuai dengan perkiraan gue. Ini lah masalahnya bila kita membeli atau membaca sesuatu berdasarkan omongan orang-orang dan ikut terbawa suasana dan menjadi penasaran juga dan ternyata hal itu tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Ini penilaian subjektif gue aja. Orang lain bisa merasa dan berpikir berbeda. Orang lain bisa aja merasa bahwa buku kedua sama baik atau lebih baik dari buku pertama karena pergolakan emosi yang lebih banyak dan masalah yang lebih besar dan cowok yang makin banyak. But for me, I'm sorry I'm not into book two like I'm into book one.
Buku kedua dibuka dengan skandal video panas. Nggak panas-panas amat sih, namun hal itu membaut hubungan Lara Jean dan Peter K jadi agak-agak retak. Gimana ya cara ngomongnya? Macam kayak terluka dari dalam gitu loh. Mereka merasakan sesuatu yang menganggu namun mereka nggak tahu bagaimana cara mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Segalanya menjadi begitu konyol dan bodoh.
Dan gue mau sop iler di sini. Buat kalian yang belum baca buku satu, jangan memblok apa yang gue  tulis di sini atau meneruskan membaca. Nanti kalian jadi kehilangan minat untuk membeli buku itu dan itu akan sangat merugikan pihak penerbit dan tentu saja, penulisnya.
Mereka bener-bener jadian. Lara Jean dan Peter K. Mereka Jadian.
Buku ini bikin gue jadi memikirkan salah satu meme atau quote yang selalu bersemayam di jagat sosial media tentang gebetan, pacar, dan seseorang yang disukai diam-diam. Bahwa :
PDKT selalu lebih indah dibanding ketika pacaran.
Dalam kasus ini, gue menilai bahwa pacaran pura-pura LJPK lebih indah dibanding masa pacaran mereka yang sebenarnya.
Masalah datang bertubi-tubi (duh serius ini gue lebay aja), dan mereka selalu ragu-ragu dan takut mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Menurut gue, sekarang ini begitu seseorang menyandang status sebagai milik orang lain, dalam hal ini, hal tersebut terdiri dari huruf P dan kata ACAR, segalanya menjadi lebih berat dan rumit, lebih rumit dan sederhana dibanding ketika PDKT. Maksud gue, ketika kita (kitaaaa? gue aja kali lu enggak! Mpret jomblo!) Segalanya begitu ringan dan indah, there is a fling, lo bakalan berbunga-bunga setiap harinya karena akan selalu ada hal-hal kecil dan manis dan tidak terduga yang akan lo dapatkan dari seseorang yang mendekati  atau menyukai lo. Lo bakal ngerasa lebih bebas. But, ketika lo jadi pacar seseorang, lo jadi terjebak status, merasa ada tanggung jawab (semua hubungan memang bercerita tentang tanggung jawab).  Gimana ya cara ngomongnya? Dengan status 'pacar', society akan lebih memusatkan perhatian pada hubungan kalian. Orang-orang di sekitar kalian akan memperhatikan bagaimana hubungan kalian berjalan. Bila kalian tidak siap menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki bentuk kromosom yang berbeda dengan kalian, lonjakan-lonjakan emosi, ego, dan perbedaan di antara kalian akan membuat hubungan itu rumit dan menyakitkan bila tidak ada usaha untuk menjembatani semua hal itu. Lo juga bakal merasa bertanggung jawab terhadap pasangan lo untuk selalu membuatnya bahagia dan takut melukai perasaan mereka karena lo pacar mereka. Lo bakalan sulit untuk jujur pada beberapa hal tertentu. Misalnya, mantan atau orang yang pernah kalian sukai. Sebuah komitmen membutuhkan kejujuran, dan terkadang kita enggan jujur karena takut melukai seseorang yang kita ajak berkomitmen sehingga kita menyembunyikan segalanya. Ini paradoks yang mengenaskan.
Status pacar terkadang lebih menyulitkan. 
Tapi itu kan yang harus semua orang hadapi bila ingin punya pacar. Harus siap untuk sulit. Dan sakit hati.
Pada akhirnya ktia akan kembali pada cerita cinta Lara Jean dan Peter K.
Endingnya bahagia.
Sayangnya hal itu tidak membuat gue  tersenyum dengan puas setelah membacanya. Gue agak dongkol-dongkol gitu. Sekali lagi, gue bakalan bilang gue subjektif. Gue lebih suka Peter K. Of course dong ya. Dan di buku kedua ada cowok lain, namanya John. Gue cukup yakin gue pasti bakalan suka sama John kalau seandainya dia yang gue temukan pertama kali alias dia juga ada di buku pertama. But Peter K already have my heart.
And I will declare my subjectivity.
I love Peter. 
Dan menurutku Peter mendapatkan porsi yang 'agak sedikit' di buku kedua. Buku kedua menyakitiku dengan menghadirkan hal-hal manis tentang Lara Jean dan John. Atau tentang ingatan-ingatan Lara Jean terhadap John. Di sini Peter seperti kalah.
Peter di buku kedua tidak seperti ekspektasiku. Dia terlihat seperti apa yah? Kalah? Dia kurang memperjuangkan Lara Jean dan Lara Jean terlalu tenggelam dengan pikirannya sendiri dan asumsi-asumsinya. Inilah mengapa kita tidak boleh terlalu berasumsi dan berkespektasi terlalu tinggi.
Endingnya juga tidak membuatku tersenyum dan menutup buku dengan mata yang berbinar-binar cerah seperti buku pertama.
Penyelesaian masalah antara Lara Jean dan Peter K tidak setimpal dengan masalah yang mereka hadapi di buku kedua. Mana mungkin setelah masalah tentang mantan dan gebetan lama kembali lagi yang dibahas berbab-bab diselesaikan dengan hanya dua lembar yang chemistry-nya tidak begitu berasa?
Memang Sih di sepanjang buku mereka menyelesaikan semuanya  perlahan-lahan. Hanya saja yah, hatiku merasa kurang.
Gue butuh lebih banyak momen Lara Jean-Peter Kavinsky! 
Mengapa endingnya sebegitu nanggung?
Why?
Why?
Why?

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?