Diselesaikan dalam sehari semalam |
Seharusnya, kemarin gue mengerjakan
tugas presentasi bioteknologi, namun kemarin sore setelah selesai kuliah gue
mendapati diri gue membaca buku yang sudah berminggu-minggu gue abaikan.
Judulnya To All Boys I've Loved Before. Buku ini ngehits banget di internet
selama setahun yang lalu dan gue baru bisa baca sekarang. Buku ini ebrcerita
tentangs eorang gadis yang bernama Lara Jean yang selalu menulis surat cinta ke
setiap cowok yang pernah dia sukai dan selalu menaruh surat-surat cinta itu
dalam kotak topi milik ibunya. Dan suatu ketika, kotak topi dan surat-surat itu
menghilang dan semua cowok yang pernah disukai Lara Jean menerima surat cinta
itu dan BOOM! Hidup Lara Jean berubah. Well gue nggak bakalan nulis bagaimana
isi blurb di belakang kovernya, kalian bisa baca di sini ataupun menulis
review tentang apa kelebihan dan kekurangan buku ini, kalian bisa menemukannya
di tempat lain.
Gue akui, pertama kali buku ini
ngehits gue penasaran banget. Gimana sih jalan ceritanya? Apa lagi premis buku
ini gue banget, yang mendam-mendam perasaan ke cowok terus menyalurkan perasaan
itu dalam hal lain, which is menulis.
Cocok banget nih buat gue baca. Sampai akhirnya gue pesan buku itu bertepatan
dengan munculnya terjemana dari buku sekuelnya PS I Still Love You, jadilah gue
pesan dua. Dan, rasa penasaran gue nggak seperti yang di awal-awal membaca
setiap review tentang buku ini, gue cuma baca beberapa bab pertama dari buku
pertama dan agak-agak kehilangan minat. Entah mengapa, beberapa bulan
belakangan yang gue lakuin hanya menimbun buku tanpa ada hasrat membaca.
Ohhhhh kembali lah engkau,
hasratku....
Kemudian kemarin sore gue mulai
membaca buku itu lagi karena salah satu temen gue mau pinjam. And you know what? I absobloodylutely
loooooveeee this book. To All Boys I've Loved Before. Bukunya kena
banegt sama gue dan cowoknya, si Peter Kavinsky yang kampret itu manis banget.
Mereka di sini kan ceritanya pacaran pura-pura kerena insiden surat cinta itu
dan juga untuk menyelamat harga diri Lara Jean. Dan semakin lama, chemistry
mereka makin kentara. Setiap hal-hal kecil yang Peter K lakukan sangat manis.
Seperti yang terjadi ketika Peter K mengakrabkan diri dengan Kitty, adik Lara
Jean. Banyak banget hal-hal kecil itu yang nggak bisa dihitung dan nggak mau
gue tulis di sini. Nanti jadi sop iler lagi. duh.
Gue baca dari sekitar pukul tujum
malam sampai pukul setengah lima pagi. Gue nggak bisa nggak melanjutkan membaca
karena mereka berdua--Lara Jean dan Peter K sangat, ah, sudah berapa kali gue
bilang, manis? Gue nggak bisa berhenti membaca yang mana mengakibatkan gue jadi
nggak ngerjain agenda gue dan mengabaikan sekeliling gue. Selesai baca buku
satu, gue langsung cabut baca buku dua. Dan buku kedua gue selesaikan dalam sehari aja. Maklum kecepatan bacaku memang lambat.
But,
My
expectation kills me.
I'm
not really into book two.
Entah mungkin karena gue masih
terbayang-bayang aura manis pada buku pertama, jadi gue nggak terlalu menikmati
buku kedua yang lebih banyak dramanya.
Ceritanya berkurang kadar manisnya
dan menjadi berat dan entahlah agak menyebalkan? Yeah, menyebalkan karena
segalanya tidak sesuai dengan perkiraan gue. Ini lah masalahnya bila kita
membeli atau membaca sesuatu berdasarkan omongan orang-orang dan ikut terbawa
suasana dan menjadi penasaran juga dan ternyata hal itu tidak sesuai dengan
yang kita inginkan. Ini penilaian subjektif gue aja. Orang lain bisa merasa dan
berpikir berbeda. Orang lain bisa aja merasa bahwa buku kedua sama baik atau
lebih baik dari buku pertama karena pergolakan emosi yang lebih banyak dan
masalah yang lebih besar dan cowok yang makin banyak. But for me, I'm sorry I'm not into book two like I'm into book one.
Buku kedua dibuka dengan skandal
video panas. Nggak panas-panas amat sih, namun hal itu membaut hubungan Lara
Jean dan Peter K jadi agak-agak retak. Gimana ya cara ngomongnya? Macam kayak
terluka dari dalam gitu loh. Mereka merasakan sesuatu yang menganggu namun
mereka nggak tahu bagaimana cara mengungkapkan apa yang mereka rasakan.
Segalanya menjadi begitu konyol dan bodoh.
Dan gue mau sop iler di sini. Buat
kalian yang belum baca buku satu, jangan memblok apa yang gue tulis di
sini atau meneruskan membaca. Nanti kalian jadi kehilangan minat untuk membeli
buku itu dan itu akan sangat merugikan pihak penerbit dan tentu saja,
penulisnya.
Mereka bener-bener jadian. Lara Jean dan Peter K. Mereka
Jadian.
Buku ini bikin gue jadi memikirkan
salah satu meme atau quote yang selalu bersemayam di jagat sosial media tentang
gebetan, pacar, dan seseorang yang disukai diam-diam. Bahwa :
PDKT selalu lebih indah dibanding
ketika pacaran.
Dalam kasus ini, gue menilai bahwa pacaran pura-pura LJPK
lebih indah dibanding masa pacaran mereka yang sebenarnya.
Masalah datang bertubi-tubi (duh
serius ini gue lebay aja), dan mereka selalu ragu-ragu dan takut mengungkapkan
apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Menurut gue, sekarang ini begitu
seseorang menyandang status sebagai milik orang lain, dalam hal ini, hal
tersebut terdiri dari huruf P dan kata
ACAR, segalanya menjadi lebih berat dan rumit, lebih rumit dan sederhana
dibanding ketika PDKT. Maksud gue, ketika kita (kitaaaa? gue aja kali lu
enggak! Mpret jomblo!) Segalanya begitu ringan dan indah, there is a fling, lo bakalan berbunga-bunga setiap harinya karena
akan selalu ada hal-hal kecil dan manis dan tidak terduga yang akan lo dapatkan
dari seseorang yang mendekati atau menyukai lo. Lo bakal ngerasa lebih
bebas. But, ketika lo jadi pacar seseorang, lo jadi terjebak status, merasa ada
tanggung jawab (semua hubungan memang bercerita tentang tanggung jawab).
Gimana ya cara ngomongnya? Dengan status 'pacar', society akan lebih memusatkan perhatian pada hubungan kalian.
Orang-orang di sekitar kalian akan memperhatikan bagaimana hubungan kalian
berjalan. Bila kalian tidak siap menjalin hubungan dengan seseorang yang
memiliki bentuk kromosom yang berbeda dengan kalian, lonjakan-lonjakan emosi,
ego, dan perbedaan di antara kalian akan membuat hubungan itu rumit dan
menyakitkan bila tidak ada usaha untuk menjembatani semua hal itu. Lo juga
bakal merasa bertanggung jawab terhadap pasangan lo untuk selalu membuatnya
bahagia dan takut melukai perasaan mereka karena lo pacar mereka. Lo bakalan
sulit untuk jujur pada beberapa hal tertentu. Misalnya, mantan atau orang yang
pernah kalian sukai. Sebuah komitmen membutuhkan kejujuran, dan terkadang kita
enggan jujur karena takut melukai seseorang yang kita ajak berkomitmen sehingga
kita menyembunyikan segalanya. Ini paradoks yang mengenaskan.
Status pacar terkadang lebih
menyulitkan.
Tapi itu kan yang harus semua orang
hadapi bila ingin punya pacar. Harus siap untuk sulit. Dan sakit hati.
Pada akhirnya ktia akan kembali pada
cerita cinta Lara Jean dan Peter K.
Endingnya bahagia.
Sayangnya hal itu tidak membuat gue
tersenyum dengan puas setelah membacanya. Gue agak dongkol-dongkol gitu.
Sekali lagi, gue bakalan bilang gue subjektif. Gue lebih suka Peter K. Of course dong ya. Dan di buku kedua ada
cowok lain, namanya John. Gue cukup yakin gue pasti bakalan suka sama John
kalau seandainya dia yang gue temukan pertama kali alias dia juga ada di buku
pertama. But Peter K already have my heart.
And
I will declare my subjectivity.
I
love Peter.
Dan menurutku Peter mendapatkan
porsi yang 'agak sedikit' di buku kedua. Buku kedua menyakitiku dengan
menghadirkan hal-hal manis tentang Lara Jean dan John. Atau tentang
ingatan-ingatan Lara Jean terhadap John. Di sini Peter seperti kalah.
Peter di buku kedua tidak seperti
ekspektasiku. Dia terlihat seperti apa yah? Kalah? Dia kurang memperjuangkan
Lara Jean dan Lara Jean terlalu tenggelam dengan pikirannya sendiri dan
asumsi-asumsinya. Inilah mengapa kita tidak boleh terlalu berasumsi dan
berkespektasi terlalu tinggi.
Endingnya juga tidak membuatku
tersenyum dan menutup buku dengan mata yang berbinar-binar cerah seperti buku
pertama.
Penyelesaian masalah antara Lara
Jean dan Peter K tidak setimpal dengan masalah yang mereka hadapi di buku
kedua. Mana mungkin setelah masalah tentang mantan dan gebetan lama kembali
lagi yang dibahas berbab-bab diselesaikan dengan hanya dua lembar yang
chemistry-nya tidak begitu berasa?
Memang Sih di sepanjang buku mereka
menyelesaikan semuanya perlahan-lahan.
Hanya saja yah, hatiku merasa kurang.
Gue butuh lebih banyak momen Lara
Jean-Peter Kavinsky!
Mengapa endingnya sebegitu nanggung?
Why?
Why?
Why?
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?