Keponakan, oh... Keponakan.

Saturday, September 18, 2010

Burung-burung telah pulang kembali ke sarang mereka, langit telah membiru gelap dan sayup-sayup kumandang adzan terdengar dari toa mesjid. Saat ini, aku sedang asyik menonton Tv bersama adik-adikku. Yeah, walaupun suara bising mesin jahit bundaku terdengar di telinga kami, setidaknya aku masih bisa menikmati acara Tv yang sedang ditayangkan salah satu stasiun Tv swasta tanah air. Aku beberapa minggu yang lalu mendapat kunjungan dari keponakanku yang datang dari Sinjai. Namanya Ismail Makmur, tapi biasa kami panggil dengan sebutan Aco, dan dia datang ke sini bersama-sama dengan neneknya. Namun, aku lain lagi, aku pasti memanggilnya dengan sebutan Tao Ugi. Habis, dia lancar banget dalam berbahasa Bugis, maklumlah diakan datang dari daerah. Umurnya baru sekitar lima tahun, anaknya bila dilihat secara sekilas terlihat lugu dan polos. Itu baru sekilas, lain lagi kalau secara seksama…
“ACOOO!!!” terdengar teriakan dari adik perempuanku, Nur. Saat ini dia tengah bergulat dengan Aco yang sedang merebut boneka lumba-lumbanya. Aku dan adikku yang laki-laki, Alan, hanya diam mematung tanpa ekspresi, lalu kemudian mengalihkan perhatian kami pada layar televisi lagi. Kasihan Nur, tak ada yang menolongnya, hihihi…
Kemudian, datanglah neneknya dari dapur sembari mengelap tangannya yang basah karena cuci piring dengan baju dasternya, dia langsung menarik tangan Aco dari boneka lumba-lumba Nur.
“Eh, Aco, lokka no ko cemme!!” ucap neneknya dalam bahasa Bugis yang kira-kira artinya adalah ‘Aco, Pergi cepat mandi!”. Maklumlah, Aco seharian penuh bermain-main di luar rumah, mainnnya macem-macemlah. Mulai dari main pasir, main mobil-mobilan, main kejar-kejaran, sampai nyanyi-nyanyi gak jelas di halaman rumah. Jadi bisa ditahu dong gimana baunya tuh anak? Assem abis!
“Ihhh, nda mau ka’ saya mandi..” gerutunya sembari meronta dari cengkraman neneknya. Aku sontak menoleh kaget.
“Apa? Kamu nda mau mandi? Eh, Tao Ugi, bau asemnya kau disitu baru kau nda mau mandi. Pergi mandi sana.” Ucapku sambil memelototiya. Eh, tuh anak bukannya takut malah senyum-senyum gak jelas memperlihatkan giginya yang rata, rata ompongnya!. Ughhh nyebelin banget tahu gak. Akhirnya dengan perasaan terpaksa Aco menurut saja saat diseret ke kamar mandi dengan neneknya.
Eh, aku kira anak itu sudah gak mau berbuat macem-macem lagi. Ehhh, ternyata malah makin menjadi-jadi. Disaat neneknya sedang membuka keran air dan melepaskan pakaian Aco, si Aco malah loncat-loncat dengan penuh semangat empat lima di dalam kamar mandi. Jelas neneknya kerepotan, akhirnya dia dipukul lagi. Tapi dipukul dengan pelan dan penuh kelembutan. Nggak mau dong, kalo ini nanti masuk tivi gara-gara ada kekerasan cucu dalam acara mandi, ya gak?
Lalu, acara mandipun terus berlanjut. Sementara Aco mandi, aku dan adik-adikku kembali memelototi layar tivi. Bundaku juga masih stay menjahit gorden pesanan orang. Tapi seketika, Aco berteriak-teriak dari kamar mandi, gak tahu dia teriak-teriak karena apa, mungkin karena gak mau disampoin kali ya sama neneknya.
“Ihhh, nda mau, nda mau… nda mauuuu!!!” teriaknya dari dalam kamar mandi dan meronta-ronta.
Entah, apa karena bundaku lagi bad mood atau apa, langsung saja si Aco dia teriaki.
“EHHH! ACO! APAKAH INI BERTERIAK TERUS?!!”
Si Aco, yang diteriaki seperti itu langsung mingkem. Kami semua hanya tersenyum melihat ekspresinya, kemudian dia berbicara pelan-pelan.
“Ihhh, suaranya Tante Ani seperti suaranya Mungkar Nakir…” ucapnya dengan polos dan sembari tersenyum.
Wuapaaa? Mungkar Nakir? Langsung saja Kami semua yang mendengar hal itu tertawa terbahak-bahak. Bahkan bundaku yang lagi bad mood pun ikut-ikutan tertawa. Ckckckc, tuh anak ngomongin Mungkar Nakir. Emang dia udah pernah yang ketemu sama malaikat Mungkar dan Nakir sampe dia ngomong kalo suaranya bundaku seperti suara dua malaikat penjaga kubur itu?
Wuhhhh, gak tahu deh…

THE END

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?