Struggleee!!! |
Ketika semua orang di sekitarmu
sudah menentukan ke mana mereka melangkah kemudian sementara engkau masih
menjadi orang yang berkeliling menanyakan arah entah pada siapa, bagaimana
rasanya?
Tertinggal lah.
Orang-orang sudah sibuk menyiapkan
perbekalan menuju mars dan bersiap membangun koloni, seseorang masih saja sibuk
mengurusi perkara sepele 'hari ini bikin status FB apa lagi ya?'.
Rasanya lebih menyenangkan menjadi anak-anak kembali. Hanya karena karangan Bahasa Indonesia yang dapat nilai sembilan puluh lantas menetapkan diri bercita-cita ingin menjadi penulis. Hanya karena melihat guru di perpustakaan hanya duduk dikelilingi rak-rak buku lantas bercita-cita ingin jadi pustakawan. hanya karena untuk pertama kalinya berhasil menggambar sawah-gunung-lautan dengan kombinasi garis-warna yang anti-mainstream lantas berharap jadi pelukis. Menonton Star Wars lantas ingin jadi astronot. Absurd sekaligus maksa. Tapi ketika masih anak-anak berganti cita-cita seenteng anak SD-jaman-sekarang-pacaran-saling-panggil-ayah-bunda-pelukan-terus-diupload-di-instagram.
Sekarang, ketika beranjak dewasa
(mpreeeetttt, dewasa) bercita-cita menjadi sulit.
Ah, paragraf di atas kampret betul.
Sekarang pun gue pusing harus menggunakan gaya bahasa yang seperti apa. Bahkan
sekarang pun aku bingung dengan apa yang hendak aku sampaikan.
Baiklah, baiklah, baiklah....
Pada sepotong-sepotong waktu, ketika
kampus mulai menjadi pusat tata surya hidup gue lagi, kealpaan tujuan
hidup gue itu mulai terasa.
Mungkin bagi sebagian orang, ini
hanyalah masalah kecil, hal ini hanyalah ketakutan yang tidak beralasan, insekuritas
yang tidak masuk akal, rendah diri yang berada pada tahap yang mengkhawatirkan.
Gue berada pada posisi yang jauh
tertinggal. Padahal dulu gue bisa sejajar bahkan bisa selangkah dua langkah di
depan. Pada saat berkumpul pun gue nggak bisa masuk ke dalam topik pembicaraan.
Kayak ada kabel yang putus di kepala gue. Segalanya jadi begitu tinggi dan
begitu jauh. Mata orang-orang terasa begitu berbeda. Gue jadi susah bergerak
karena tekanan-tekanan menyerang, dari luar diri, terlebih dari dalam diri. Isi
kepala gue mulai kocar-kacir. Dunia menjadi begitu ribut. Gue lupa
caranya ngomong. Kadang kala saat sendiri, kepala gue ramai banget. Tapi
saat bersama orang lain, kepala gue kayak nggak ada isinya. Dunia rame banget
dan gue nggak tahu apa yang harus gue lakukan atau untuk apa gue eksis di bumi.
Segalanya berlari dengan cepat.
Dan gue masih bingung harus memakai
sepatu yang mana.
Everything seems so hard now.
Jiwa gue rasanya kosong banget.
Gue nggak tahu apa yang gue
rasain. Gue nggak tahu apa yang gue mau.
Kehilangan entitas. Disorientasi
visi hidup.
Tidak ada yang menyenangkan karena
hilang arah.
Lupa tujuan hidup.
mengerikan.
Mungkin bagi sebagian orang,
masalahku ini hanyalah masalah yang mengada-ada. Hanyalah amsalah kecil yang
terlalu banyak mengambil ruang di dalam kepalaku. Orang yang melihat dari luar
hanya akan mengatakan bahwa hal ini bukanlah masalah besar, dan semuanya hanya
perasaanku saja.
Tapi buat gue, masalah ini nyata.
Orang-orang mungkin nggak bakalan
ngerti karena mereka nggak tahu orang seperti apa yang bisa hidup dalam
dunia gue. Dulu gue punya banyak keyakinan. dan sekarang, semakin lama
keyakinan itu satu persatu luruh.
Hanya butuh satu pemicu kecil untuk
menghasilkan sebuah ledakan yang besar.
Hanya butuh hal sepele untuk
kemudian menyadarkan gue kalau.... God, kepingan-kepingan diri gue hilang satu
persatu.
Rasanya gue pengen kabur dari hidup
gue sendiri.
Rasanya gue mau beristirahat dari
menjadi diri gue.
Gue pengen berhibernasi.
Gue pengen menghilang.
This struggle in my head.
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?