Source |
Udah tiga
hari ya aku nggak posting. Hehehe, sibuk soalnya. Hari Minggu sibuk sama acara
kelas, hari senin sibuk istirahat (apaan dahhh) sama packing buat pulkam, hari selasa kecapean gegara sesuatu yang
bakalan aku ceritakan sebentar.
Jadi, kan
hari Selasa tuh aku mau balik ke Kendari. Tapi, mulai dari mau berangkat sampai
tiba di Kendari, ada aja hal-hal ngeselin yang terjadi.
Ceritanya
gini…
Kan, Selasa
kemarin itu aku penerbangannya pagi, setengah tujuh. Jadi aku tuh sengaja
menginap di rumahnya Tari, biar bisa lebih hemat ongkos karena rencananya dia
yang mau nganterin ke bandara naik motor. Jam empat subuh aku sudah mulai
siap-siap, tapi eh tapi malah turun hujan deras. Nah, mulai khawatir nih. Kita
tungguin sampai jam lima, hujan nggak berhenti-berhenti yang ada malah makin
deras. Gaswat. Ujung-ujungnya aku dianterin sama Kakaknya Tari ke bandara naik
mobil. Rada-rada nggak enak sih, soalnya ngerepotin banget. Mana mereka, Tari dan
Kakaknya, hampir nggak tidur gegara menunggu keluarga mereka yang baru tiba di Makassar
tengah malam. Tapi assik juga sih, jadi nggak perlu kedinginan di jalan dan
mangku koper yang beratnya belasan kilo di sepanjang perjalanan. Untungnya
jalanan nggak macet meskipun hujan masih cukup deras, aku bisa sampai dengan
tepat waktu dan selamat di Bandara. Setelah saying
goodbye yang menyedihkan bersama Tari (duilehhhh), aku langsung ke counter check in. Sampai di sini
semuanya lancar jaya sampai kemudian negara air menyerang....
Jeng jeng
jeng jeng....
Kan
penerbanganku itu jam 6.35, tapi sampai jam enam masih belum boarding juga. Jam setengah tujuh, masih
belum ada pengunguman. Jam tujuh ada info kalau pesawat ke Kendari delay gegara cuaca buruk.
Fine.
Para
penumpang menunggu, mengunggu, dan menunggu. Sampai jam sembilan, hujan sudah
reda di Makassar, masih belum ada informasi keberangkatan. Positive thinking aja, mungkin di Kendari masih hujan, kan sekarang
di Kendari cuacanya Hujan-Banget-Nggak-Abis-Abis. Sampai jam sebelas masih
belum berangkat juga. Setiap kali ada pengunguman penerbangan, badan langsung
tegak, didengarkan baik-baik kali aja info penerbangan ke Kendari, namun harus
berakhir dnegan kekecewaan di dada karena harapan yang pupus berkali-kali
(duileeehhh). Berjam-jam menunggu, bacaan artikel di internet sudah habis,
timeline twitter sudah discroll sampai
ke 24 jam terakhir, buka-buka tapi youtube bufferingnya lama, dengerin Prambors
tapi siarannya hilang-hilang, hape mau lowbat, mengantuk banget tapi kursinya
nggak bisa dipakai tidur. Hhhh.
Untungnya
aku bawa buku yang minggu lalu aku beli bareng Nila, The Sun is Also A Star,
jadi nggak mati gaya-mati gaya banget. Tapi baru beberapa bab sudah puyeng
karena mata ngantuk banget. Aish, butuh jalan nih aku. Jadinya aku
keliling-keliling bandara, masih tetap pasang telinga kalau ada pengunguman.
Sampai akhirnya aku dapat tempat duduk yang ada colokannya, jadilah aku
nongkrong sambil nge-cas hape.
Sekitar
tiga puluh menitan, tiba-tiba terdengar ada orang-orang marah-marah, suaranya
dari arah gate tempat aku nunggu
tadi. Wah, kayaknya penumpang pesawat yang mau ke Kendari nih udah mulai marah-marah
nih. Baterai hape baru terisi enam persen, tapi hasrat kepo dan ini juga
menyangkut kemaslahatan hidup aku, jadinya aku cabut balik ke gate, dan di sana
sudah ada orang ngumpul rame-rame. Sudah ada beberapa orang yang
mengomel-ngomel sama staff bandara.
"Masa iya kita kompensasinya dikasih makanan, nah ini orang
puasa semua?"
"Pesawat ke Kendari kok dialihkan ke penerbangan lain? Yang
bener aja dong!"
"Ini direkam ya, direkam, biar disebar di sosial media!"
"Maskapai tipu-tipu nih! Pembohong!"
Orang-orang
pada rame bersorak, "pembohoooonggg!!!"
Ganas.
Kekuatan society mah.
Ada satu
ibu-bu sama beberapa orang bapak-bapak dan staff maskapai berdebat terus, hampir
dua jam kayaknya. Sampai beberapa penumpang mulai mengambil barang-barangnya
dan teriak "Yang mau ke Kendari ke gate
tiga saja, kita pakai pesawat yang mau ke Gorontalo. Biar mereka yang tanggung
jawab."
Gate tempat aku menunggu
langsung sepi karena para penumpang ramai-ramai pindah. Tinggal beberapa orang
yang kayaknya udah males debat, gerak-gerak, capek. Ternyata pas di gate tiga, penumpang itu masih berantem
juga sama staff bandara.
Udah jam
satu, aku ibadah dulu. Pas balik para penumpang sudah kembali ngumpul di counter staff bandara dan perdebatan
mulai memanas. Aku yang tadinya duduk anteng aja sok-sok tenang sambil baca
buku, mulai mendekati kerumunan. Sebenarnya gatel sih mau ikut teriak-teriak juga
jadi tim hore bar-bar seperti yang biasanya aku lakukan, tapi berhubung nggak tahu
masalahnya jadi aku diem dan cari tahu dulu.
"Mbak, mau ke Kendari juga ya?"
"Iya, kita juga?"
"Iya, hehehe. Penerbangan yang setengah tujuh?"
Si
mbak-mbak mengangguk.
"Kenapa ini lagi protesnya mbak?"
"Itu tadi kan di-delay pertama karena cuaca buruk, terus
sampai jam sembilan masih belum ada pemberitahuan juga. Terus kan sudah ada dua
penerbangan ke Kendari, jadi ada mii yang tanya, kenapa kita belum berangkat
karena sudah bagus miii cuaca. Eh
ternyata, pesawat yang seharusnya kita tumpangi sudah dipakai penumpang yang
mau ke Luwuk. Kita tadi harusnya sudah bisa berangkat jam sebelas. Tapi ya
sekarang begini mii..."
"Oh... gitu."
Culas sih
ya, hmmm.
Tipu-tipu
nih, hmmm.
Kemudian
perdebatan nampaknya sudah mulai mencapai akhir, pihak maskapai sudah
membolehkan kita untuk naik pesawat, info penerbangan sudah muncul di layar
informasi gate. Tapiiii,
penumpang-penumpang yang malang ini, kami yang sudah dibuat menunggu tanpa
kepastian kayak si dia itu tuh (ehhh) masih panas sodara-sodara uwuwuwuwuwuuuu.
Banyak penumpang yang merasa dirugikan karena delay dengan alasan yang nggak jelas ini. Rugi waktu sampai rugi
duit karena ada yang mau berangkat ke pulau jadi hangus tiketnya. Banyak yang
mau minta kompensasi, ganti rugi. Kemudian perdebatan terus berlanjut, kedua
pihak tidak mau mengalah dan semakin panas. Ah, nggak sih biasa aja sebenarnya.
Pokoknya pake berurat gitu deh. Panas gegara maskapai masih bebal aja, secara
ini kan bisa jadi tanda kutip-kerugian finansial-tanda kutip buat mereka kalau
mengeluarkan kompensasi, sementara pihak penumpang udah pada males banget,
capek, ngantuk, semua agenda tertunda dan rugi waktu rugi duit menunggu
bodo-bodo di bandara.
Aku sih
enteng-enteng aja sih sebenarnya ya soalnya aku juga belum ada agenda penting
gimana-gimana di Kendari. Kalau dapat kompensasi Alhamdulillah, nggak dapat yaa
bangke banget lah nih perusahaan kok nggak sadar yaaahhh udah bikin rugi.
Nah,
Akhirnya pemirsa! Setelah kurang lebih sembilan jam menunggu, tepat jam tiga
sore kami mendapat kepastian. Perdebatan antara staff maskapai dan para
penumpang akhirnya mendapat titik terang. Yeah! Kita berangkat dannn, dapat
ganti rugi. Akhirnya, usaha para penumpang selesai dan bisa berangkat dengan
bahagia dengan senyum puas di wajah.
Kompensasinya
tuh yah, berasa aku beli tiket dengan diskon delapan puluh persen. Huahahahaha!
Oke,
terus kita berangkat tralala-trilili dan sampai di Kendari dengan selamat. Yey!
Kemudian
terjadi lagi sesuatu pas mau luggage
claim, ngambil koper yang beratnya berjuta-juta kilo itu. Mati lampu cuy.
Ya elah, masih aja dapat masalah nggak di bandara sana nggak di bandara sini.
Tapi untung sih, mati lampunya nggak lama, jadinya pengambilan bagasi bisa
berlangsung dengan lancar, nggak mesti nunggu sampai berjuta-juta tahun cahaya.
Terus
setelah berhasil ngambil koper, aku keluar dari bandara dan cari-cariin Alan.
Ternyata tuh ye, Alan juga sudah menunggu di bandara sejak jam satu. Aku hampir
aja diomel-omelin gegara lama banget, untungnya dia langsung paham aja setelah
aku ceritain kejadian di bandara sebelah.
Lalu….
Pas di
perjalanan ke rumah, tiba-tiba Alan langsung aja teriak nggak jelas.
"Kenapa?"
"Jatuh sendalku."
"Oii kenapa bisa?!"
"Sa mau garuk tadi kakiku, tapi da jatuh sendalku."
"???!"
Dia
berhenti, dan dengan senyum tanpa dosanya bilang, "ko turun dulu ambilkan
sendalku."
Mpret!
"Berat
ini koper ehh, kau mii saja yang turun~"
"Kau
mii, saya yang pegang ini koper."
Hhhh,
nyerah deh. Jadinya aku turun lagi, jalan sekian meter dengan kaki yang sudah
pegal buat ambil sendal, terus balik lagi.
"Cepat
mi deh, pulang. Sa capek mi, sa mau baring-baring!"
"Hohoho,
kita singgah dulu beli risoles."
Cape
deehhh!!!
No comments:
Post a Comment
Kalau menurutmu, bagaimana?