Kepulangan Paling Drama

Thursday, June 22, 2017

Source

Udah tiga hari ya aku nggak posting. Hehehe, sibuk soalnya. Hari Minggu sibuk sama acara kelas, hari senin sibuk istirahat (apaan dahhh) sama packing buat pulkam, hari selasa kecapean gegara sesuatu yang bakalan aku ceritakan sebentar.
Jadi, kan hari Selasa tuh aku mau balik ke Kendari. Tapi, mulai dari mau berangkat sampai tiba di Kendari, ada aja hal-hal ngeselin yang terjadi.
Ceritanya gini…

Kan, Selasa kemarin itu aku penerbangannya pagi, setengah tujuh. Jadi aku tuh sengaja menginap di rumahnya Tari, biar bisa lebih hemat ongkos karena rencananya dia yang mau nganterin ke bandara naik motor. Jam empat subuh aku sudah mulai siap-siap, tapi eh tapi malah turun hujan deras. Nah, mulai khawatir nih. Kita tungguin sampai jam lima, hujan nggak berhenti-berhenti yang ada malah makin deras. Gaswat. Ujung-ujungnya aku dianterin sama Kakaknya Tari ke bandara naik mobil. Rada-rada nggak enak sih, soalnya ngerepotin banget. Mana mereka, Tari dan Kakaknya, hampir nggak tidur gegara menunggu keluarga mereka yang baru tiba di Makassar tengah malam. Tapi assik juga sih, jadi nggak perlu kedinginan di jalan dan mangku koper yang beratnya belasan kilo di sepanjang perjalanan. Untungnya jalanan nggak macet meskipun hujan masih cukup deras, aku bisa sampai dengan tepat waktu dan selamat di Bandara. Setelah saying goodbye yang menyedihkan bersama Tari (duilehhhh), aku langsung ke counter check in. Sampai di sini semuanya lancar jaya sampai kemudian negara air menyerang....
Jeng jeng jeng jeng....
Kan penerbanganku itu jam 6.35, tapi sampai jam enam masih belum boarding juga. Jam setengah tujuh, masih belum ada pengunguman. Jam tujuh ada info kalau pesawat ke Kendari delay gegara cuaca buruk.
Fine.
Para penumpang menunggu, mengunggu, dan menunggu. Sampai jam sembilan, hujan sudah reda di Makassar, masih belum ada informasi keberangkatan. Positive thinking aja, mungkin di Kendari masih hujan, kan sekarang di Kendari cuacanya Hujan-Banget-Nggak-Abis-Abis. Sampai jam sebelas masih belum berangkat juga. Setiap kali ada pengunguman penerbangan, badan langsung tegak, didengarkan baik-baik kali aja info penerbangan ke Kendari, namun harus berakhir dnegan kekecewaan di dada karena harapan yang pupus berkali-kali (duileeehhh). Berjam-jam menunggu, bacaan artikel di internet sudah habis, timeline twitter sudah discroll sampai ke 24 jam terakhir, buka-buka tapi youtube bufferingnya lama, dengerin Prambors tapi siarannya hilang-hilang, hape mau lowbat, mengantuk banget tapi kursinya nggak bisa dipakai tidur. Hhhh.
Untungnya aku bawa buku yang minggu lalu aku beli bareng Nila, The Sun is Also A Star, jadi nggak mati gaya-mati gaya banget. Tapi baru beberapa bab sudah puyeng karena mata ngantuk banget. Aish, butuh jalan nih aku. Jadinya aku keliling-keliling bandara, masih tetap pasang telinga kalau ada pengunguman. Sampai akhirnya aku dapat tempat duduk yang ada colokannya, jadilah aku nongkrong sambil nge-cas hape.
Sekitar tiga puluh menitan, tiba-tiba terdengar ada orang-orang marah-marah, suaranya dari arah gate tempat aku nunggu tadi. Wah, kayaknya penumpang pesawat yang mau ke Kendari nih udah mulai marah-marah nih. Baterai hape baru terisi enam persen, tapi hasrat kepo dan ini juga menyangkut kemaslahatan hidup aku, jadinya aku cabut balik ke gate, dan di sana sudah ada orang ngumpul rame-rame. Sudah ada beberapa orang yang mengomel-ngomel sama staff bandara.
"Masa iya kita kompensasinya dikasih makanan, nah ini orang puasa semua?"
"Pesawat ke Kendari kok dialihkan ke penerbangan lain? Yang bener aja dong!"
"Ini direkam ya, direkam, biar disebar di sosial media!"
"Maskapai tipu-tipu nih! Pembohong!"
Orang-orang pada rame bersorak, "pembohoooonggg!!!"
Ganas.
Kekuatan society mah.
Ada satu ibu-bu sama beberapa orang bapak-bapak dan staff maskapai berdebat terus, hampir dua jam kayaknya. Sampai beberapa penumpang mulai mengambil barang-barangnya dan teriak "Yang mau ke Kendari ke gate tiga saja, kita pakai pesawat yang mau ke Gorontalo. Biar mereka yang tanggung jawab."
Gate tempat aku menunggu langsung sepi karena para penumpang ramai-ramai pindah. Tinggal beberapa orang yang kayaknya udah males debat, gerak-gerak, capek. Ternyata pas di gate tiga, penumpang itu masih berantem juga sama staff bandara.
Udah jam satu, aku ibadah dulu. Pas balik para penumpang sudah kembali ngumpul di counter staff bandara dan perdebatan mulai memanas. Aku yang tadinya duduk anteng aja sok-sok tenang sambil baca buku, mulai mendekati kerumunan. Sebenarnya gatel sih mau ikut teriak-teriak juga jadi tim hore bar-bar seperti yang biasanya aku lakukan, tapi berhubung nggak tahu masalahnya jadi aku diem dan cari tahu dulu.
"Mbak, mau ke Kendari juga ya?"
"Iya, kita juga?"
"Iya, hehehe. Penerbangan yang setengah tujuh?"
Si mbak-mbak mengangguk.
"Kenapa ini lagi protesnya mbak?"
"Itu tadi kan di-delay pertama karena cuaca buruk, terus sampai jam sembilan masih belum ada pemberitahuan juga. Terus kan sudah ada dua penerbangan ke Kendari, jadi ada mii yang tanya, kenapa kita belum berangkat karena sudah bagus miii cuaca. Eh ternyata, pesawat yang seharusnya kita tumpangi sudah dipakai penumpang yang mau ke Luwuk. Kita tadi harusnya sudah bisa berangkat jam sebelas. Tapi ya sekarang begini mii..."
"Oh... gitu."
Culas sih ya, hmmm.
Tipu-tipu nih, hmmm.
Kemudian perdebatan nampaknya sudah mulai mencapai akhir, pihak maskapai sudah membolehkan kita untuk naik pesawat, info penerbangan sudah muncul di layar informasi gate. Tapiiii, penumpang-penumpang yang malang ini, kami yang sudah dibuat menunggu tanpa kepastian kayak si dia itu tuh (ehhh) masih panas sodara-sodara uwuwuwuwuwuuuu. Banyak penumpang yang merasa dirugikan karena delay dengan alasan yang nggak jelas ini. Rugi waktu sampai rugi duit karena ada yang mau berangkat ke pulau jadi hangus tiketnya. Banyak yang mau minta kompensasi, ganti rugi. Kemudian perdebatan terus berlanjut, kedua pihak tidak mau mengalah dan semakin panas. Ah, nggak sih biasa aja sebenarnya. Pokoknya pake berurat gitu deh. Panas gegara maskapai masih bebal aja, secara ini kan bisa jadi tanda kutip-kerugian finansial-tanda kutip buat mereka kalau mengeluarkan kompensasi, sementara pihak penumpang udah pada males banget, capek, ngantuk, semua agenda tertunda dan rugi waktu rugi duit menunggu bodo-bodo di bandara.
Aku sih enteng-enteng aja sih sebenarnya ya soalnya aku juga belum ada agenda penting gimana-gimana di Kendari. Kalau dapat kompensasi Alhamdulillah, nggak dapat yaa bangke banget lah nih perusahaan kok nggak sadar yaaahhh udah bikin rugi.
Nah, Akhirnya pemirsa! Setelah kurang lebih sembilan jam menunggu, tepat jam tiga sore kami mendapat kepastian. Perdebatan antara staff maskapai dan para penumpang akhirnya mendapat titik terang. Yeah! Kita berangkat dannn, dapat ganti rugi. Akhirnya, usaha para penumpang selesai dan bisa berangkat dengan bahagia dengan senyum puas di wajah.
Kompensasinya tuh yah, berasa aku beli tiket dengan diskon delapan puluh persen. Huahahahaha!
Oke, terus kita berangkat tralala-trilili dan sampai di Kendari dengan selamat. Yey!
Kemudian terjadi lagi sesuatu pas mau luggage claim, ngambil koper yang beratnya berjuta-juta kilo itu. Mati lampu cuy. Ya elah, masih aja dapat masalah nggak di bandara sana nggak di bandara sini. Tapi untung sih, mati lampunya nggak lama, jadinya pengambilan bagasi bisa berlangsung dengan lancar, nggak mesti nunggu sampai berjuta-juta tahun cahaya.
Terus setelah berhasil ngambil koper, aku keluar dari bandara dan cari-cariin Alan. Ternyata tuh ye, Alan juga sudah menunggu di bandara sejak jam satu. Aku hampir aja diomel-omelin gegara lama banget, untungnya dia langsung paham aja setelah aku ceritain kejadian di bandara sebelah.
Lalu….
Pas di perjalanan ke rumah, tiba-tiba Alan langsung aja teriak nggak jelas.
"Kenapa?"
"Jatuh sendalku."
"Oii kenapa bisa?!"
"Sa mau garuk tadi kakiku, tapi da jatuh sendalku."
"???!"
Dia berhenti, dan dengan senyum tanpa dosanya bilang, "ko turun dulu ambilkan sendalku."
Mpret!
"Berat ini koper ehh, kau mii saja yang turun~"
"Kau mii, saya yang pegang ini koper."
Hhhh, nyerah deh. Jadinya aku turun lagi, jalan sekian meter dengan kaki yang sudah pegal buat ambil sendal, terus balik lagi.
"Cepat mi deh, pulang. Sa capek mi, sa mau baring-baring!"
"Hohoho, kita singgah dulu beli risoles."
Cape deehhh!!!

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?