Waktuku SD

Saturday, June 10, 2017

source

Waktu SD dulu gimana ya?


Pas kelas satu, pensilku pernah dipinjam ibu guru buat dijadikan seruling ala-ala. karena saat itu beliau ingin mendongeng.
Ehehehe, berkesan. Ehehehe...
Bapakku seram. Kalaut ak hapal perkalian 1 sampai sepuluh dengan kecepatan 60km/jam .
Aku benci matematika.
Aku suka membaca.
Kelas tiga. Aku sudah lancar membaca. Wali kelasku memintaku untuk mendiktekan sebuah bacaan di buku IPS di depan kelas kepada teman-temanku.
Aku pernah mengambil tipe-X temanku karena dia rese sekali.
Tiga orang teman sekelasku pindah sekolah. Satu orang karena pindah rumah, dua lainnya aku lupa karena apa.
Salah satu yang pindah pernah berkelahi dan menendang tong sampah di depan kelas.
Aku bermain-main di bawah pohon beringin di dekat rumahku bersama dua orang temanku.
Percakapan paling gila yang pernah kualami. Huahahahahahhahhahahahahahahahastagfirullahahahahhahahahaha.
Kelas empat, rangkingku paling jelek selama aku SD. Rangking enam. Pulang dari acara penerimaan lapor, aku mengubah sendiri rangkingku di rapor menjadi IV.
Aku memperlihatkan raporku pada bapak, aku lupa apakah saat itu aku hanya mengoceh atau diam saja karena bapak tidak banyak berkomentar melihat raporku. Entah dia tidak memperhatikan atau tahu aku berbohong pathetically.
Ada dua anak baru di kelas empat dan mereka jago menggambar.
Aku jadi jarang dipanggil ke depan kelas untuk membacakan buku karena sekarang ada teman dengan tulisan tangan yang jauh lebih bagus dariku dan dipilih guru untuk menuliskan isi buku ke papan tulis di depan kelas.
Seorang temanku mengamuk di kelas dan melempar tasnya.
Di kelas empat mulai belajar bahasa Inggris. Gurunya cantik, berkacamata dan berjilbab. Aku suka belajar bahasa Inggris dan nilaiku lumayan di pelajaran itu. Huahahahahahhaah.
Aku bersama keempat temanku ikut lomba cerdas cermat tingkat SD. Aku tidak lulus di babak penyisihan karena salah memenggal kata 'ling-kung-an'. Sampai sekarang, aku masih bertanya-tanya apakah itu penggalan yang benar atau tidak dan aku terlalu malas mencari.
Kelas lima, Seorang temanku berkelahi dengan membawa-bawa nama orang tua, dan aku turut campur membela temanku. Lawan kami memaki dengan kata kotor dan kami mulai menangis. Aku pulang sekolah sambil menangis ditemani kedua temanku yang lain dan mengadu pada bapak. Besoknya bapak datang ke sekolah. Esok harinya, anak yang nakal itu tidak masuk sekolah.
Kelas enam. Aku suka pelajaran IPS karena wali kelasku pintar mengajar. Dia membuat kami belajar dan bersaing untuk menjawab pertanyaan tentang negara-negara ASEAN.
Di pelajaran IPA tentang Perkembangbiakan Tumbuhan aku kebagian cara stek pucuk. Bersama seorang temanku, aku menstek pucuk ranting pohon mangga. Wali kelasku bilang tanamanku akan sulit tumbuh karena daunnya besar sekali, jadi kami menggunting semua daunnya. Tanaman stek kami jadi botak.
Sejak kelas empat sampai enam, sekolah selalu terkena banjir di musim hujan. Seharian kami membersihkan teras yang kemarin terendam air, tidak belajar dan malah bermain air.
Perpustakaan sekolah dibersihkan. Ada komik tentang Presiden Soekarno, bercerita sejak ia lahir sampai menjadi presiden. Buku-buku bahasa Indonesia begitu menarik. beberapa kupinjam, beberapa tidak kukembalikan dan hilang.
Tiga tahun terakhir di SD aku ikut gerak jalan indah menyambut hari kemerdekaan. Di kelas empat, mamaku yang menjahit baju seragam kami, perpaduan warna orange ngejreng dan hitam.
Aku pernah menyukai salah seorang seniorku waktu SD. Ehehehe... hehehe….
Di kelas enam, setiap hari sore di semester dua kami les untuk persiapan Ujian Nasional.
Aku lupa kapan, apakah itu sebelum atau setelah ujian Nasional, tapi sepertinya sebelum. Wali kelasku memberikan wejangan dan menangis di depan kelas.
Kemudian...
Apa lagi ya?

No comments:

Post a Comment

Kalau menurutmu, bagaimana?