here |
Tadi sore, tetangga
sebelah rumah mengadakan pesta ulang tahun untuk anaknya yang berusia lima
tahun. Sama seperti pesta ulang tahun pada umunya, acaranya diisi dengan
serah-terima kado, lomba-lomba, tiup lilin, makan-makan dan pulang dengan perut
yang kenyang. Sebagai tetangga, saya turut diundang untuk ikut bantu-bantu di
acara tersebut. Jadi pembagi bingkisan dan fotografer dadakan (amatiran!
Serius), untungnya saya nggak disuruh juga jadi MC. Bisa-bisa bukan peserta lombanya
yang demam panggung, tapi MCnya. Hohohoho…
Dalam perkara
pestanya sendiri, sebenarnya ada beberapa hal yang sedikit mengganggu. Salah
satunya adalah jenis lagu-lagu yang dimainkan sebagai theme song acara. Tahu lagu yang seperti apa? Dangdut koplo yang
penyanyinya merupakan bintang iklan minuman berbiji selasih. Di sepanjang
acara, lagu itu terus yang dimainkan. Iya sih, saya suka dengarnya (tak perlu
dusta lah aku), tapi untuk dimainkan dalam acara ulang tahun anak yang berusia
lima tahun? Rasanya kurang pantas. Padahal dulu, kalau ada acara ulang tahun,
rata-rata lagu yang dimainkan adalah lagu Selamat Ulang Tahun (pastinya),
Pelangi Ciptaan Tuhan, Balonku Ada Lima, dan macam-macam lagu anak lainnya.
Sekarang orang-orang lebih memilih dangdut koplo, hmmm… mungkin karena
lagu-lagu dangdut tersebut bisa lebih memeriahkan suasana karena mampu mengusir
galau dan membuat hati senang.
Sebenarnya, apa sih
yang membuat lagu anak-anak tidak lagi digemari oleh anak-anak?
Mengapa
generasi-generasi krucil sekarang lebih akrab dengan jatuh cinta dan patah hati
daripada dengan cerita tentang kupu-kupu dan naik gunung?
Apa karena
lagu-lagu tersebut kadang tidak realistis? Atau karena lagu anak-anak sudah
ketinggalan jaman?
Iya sih, kayaknya
ketinggalan jaman deh.
Karena sejauh
ingatan saya, lagu anak-anak yang paling akrab di telinga ya cuma lagu-lagu
yang sempat saya sebutkan di atas tadi. Lagu
anak-anak nampaknya tidak update lagi, sekalipun update alias ada lagu
baru paling cepat sekali tenggelamnya atau bahkan tidak terdengar gaungnya.
Mungkin karena orang tua lebih memilih memuaskan telinga sendiri atau anak-anak
lebih menyenangi apa yang sering tampil dan mereka dengarkan di TV, apa yang
lebih akrab di telinga mereka.
Karena sekarang,
penyanyi yang katanya anak-anak pun lebih memilih bersenandung tentang luka
cinta yang dalam dan pengkhianatan kekasih dan cinta monyet di ayunan.
Kalau pun ada
penyanyi anak-anak yang benar-benar menyanyi untuk teman-teman seumurannya, ya
itu tadi, tak punya gaung. Cepat tenggelam.
Lantas, bagaimana
kah generasi ke depannya, yang kehilangan lagu khusus untuk diri mereka
sendiri?
Lantas, bagaimana
kah solusi yang bagus untuk hal ini?
Gimana?
Saya pun bingung.
Mungkin nanti bila saya punya anak juga dan ingin merayakan ulang tahunnya, saya
akan lebih bingung lagi memilih lagu.
Semoga saja di masa
depan lagu anak-anak akan semakin berkembangd an bertambah. Supaya orang tua di
masa depan ketika anaknya hendak berpesta ulang tahun tak akan bingung memilih
lagu.
Lagu anak-anak,
atau lagu nostalgia di masa kecil.
#DuileeehhhNostalgia
Dahulu lagu anak bisa populer salah satunya karena ada figur yang mempopulerkannya, tapi sekarang.. mayoritas mengikuti permintaan pasar, figur yang berusaha mempopulerkan lagu anak kalah tenar, dan anak mudah 'tersihir' dengan gengsi yang beredar di kalangan kawan seumurannya.
ReplyDeletePermasalahan ini sudah menjadi benang kusut, harus perlahan dan bijak menyelesaikan. Mudahnya, dari diri sendiri. Memperbanyak referensi, agar sebagai orangtua kelak, sanggup menjadi orangtua dan figur yang baik buat anak-anak..