Telat Sebagai Budaya?

Tuesday, June 9, 2015

here
Ingat dulu waktu SMA, janjian sama teman-teman sekelas entah untuk apa waktu itu. Janjiannya jam tiga, orang-orang pada datang satu jam kemudian. Gengges? Iya lah. Sampe-sampe temen gue bilang "Ini sih bukan lagi NGARET, tapi LOMBENG!"
Lombeng....
Dan perkara ngaret alias telat alias terlambat ini selalu saja bikin susah orang. Kalau kita yang ditungguin sih mungkin keenakan yaaa, "Cieeeeee ada yang nungguin...." #Pretttt

Tapi buat orang-orang yang disuruh menunggu atau terpaksa menunggu, hal itu terkadang bisa sangat menyebalkan. Kita bisa mengurusi hal lain dan malah terpaksa menunggu dalam rentang waktu yang tidak jelas.
Misalnya kita janjian mau ketemu sama teman jam satu siang dan berencana hangout satu jam, Terus habis ketemu teman mau langsung balik ke kampus buat kuliah, habis kuliah ada janji rapat di komunitas atau organisasi.  Bayangkan kalau pada agenda pertama kegiatan kita, teman kita ngaret selama satu jam?
Ya telat juga deh datang kuliahnya.
Telat juga deh rapat.
Bahkan ada kemungkinan malah nggak masuk kuliah dan dimarahin sama teman-teman komunitas gara-gara ketiadaan kita pada saat kegiatan berlangsung. 
Rusak agenda seharian karena terlambatnya satu orang!
Istilah Terlambat seharusnya tidak dikatakan sebagai budaya orang Indonesia.
Karena pada prinsipnya, budaya itu untuk dikembangkan dan dilestarikan agar tetap ada sampai Malaikat Israfil nggak galau lagi buat niup sangkakala. Kalau sejak sekarang orang-orang kerap menyugesti diri mereka dengan :
"Telat adalah budaya orang Indonesia, jadi nggak usah heran atau marah-marah."
"Telat sih udah biasa, udah jadi budaya. Nggak usah lebay kalau disuruh nunggu."
"Nyantai aja lagi. Baru juga disuruh nunggu lima jam." 
Bangke!
Otomatis orang-orang akan terus-terusan telat, akan terus-terusan terlambat memenuhi janji dan pertemuan dan memberi harapan palsu.Jangan Karena mereka berpikir bahwa datang terlambat adalah sebuah hal yang wajar. Sekedar tahu saja ya, dengan kebiasaan terlambat itu, kita telah merugikan orang lain. Setiap orang punya kehidupan pribadi dan kita memperlambat kehidupan orang lain karena menunggu kita yang tidak menghargai waktu. Di atas itu semua, kita sama halnya tidak menghargai orang yang kita buat menunggu.
Kenapa sih kita terlalu bangga menyebutkan "Telat sebagai Budaya orang Indonesia"?
Jadi kalau orang yang sering datang tepat waktu dan enggan membuat orang lain menunggu bisa dikatakan tidak berbudaya?
Tidak usah bangga dengan kebiasaan yang merugikan orang lain.
Bangga lah ketika kamu berhasil datang tepat waktu, mengalahkan kebiasaan yang selama ini dilakukan, membongkar stigma orang-orang bahwa telat telah menjadi budaya. Bangga lah ketika tidak ada orang yang kita buat menunggu. Bangga lah karena telah menghargai orang lain dengan ketepatan waktu kita.
Tolong lah. Berhenti lah terlambat. Berhenti lah ngaret. Berhenti lah lombeng.
Jangan lah terus-terusan berlindung dalam dalih "Budaya tidak tepat waktu."
Karena terlambat bukan lah kearifan lokal yang mesti dijaga.

5 comments:

  1. Malesin banget lah sama orang yang ngaret.. budaya tepat waktu yang harus dilestarikan. 😄😄🙌

    ReplyDelete
  2. like this, memang terlambat jangan dilestarikan... meskipun kadang iman lemah tergoda buat telat juga ^_^'

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah lah jangan terlambat, karena biar bagaimana pun yang datang terlambat itu biasanya selalu merugi...

      Misalnya saja, cinta yang datang terlambat.... #hadaaah #mpreeet

      Delete
  3. meii gue meii. gueee. masih aja sering dtang telat. #ahh maluu

    ReplyDelete

Kalau menurutmu, bagaimana?